Barito Utara Lestarikan Bahasa Ibu

1 day ago 21

INFO NASIONAL - Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, muncul kecenderungan di masyarakat Indonesia untuk memandang bahasa ibu atau bahasa daerah sebagai simbol keterbelakangan. Hal ini membuat sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda, cenderung memilih menggunakan bahasa asing dalam keseharian mereka, karena dianggap lebih modern dan mencerminkan status sosial tertentu.

Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah dalam upaya pelestarian bahasa ibu yang merupakan warisan budaya tak ternilai. Bahasa ibu memiliki peran penting sebagai identitas daerah sekaligus bagian dari kekayaan bangsa Indonesia. Jika tidak dirawat, maka bukan tidak mungkin akan banyak bahasa daerah di Indonesia yang punah seiring dengan berjalannya waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komitmen pemerintah untuk melestarikan bahasa daerah penting dikuatkan. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Barito Utara, yang secara serius melakukan upaya pelestarian bahasa daerah lewat revitalisasi bahasa.

Barito Utara memiliki delapan bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari. Yakni Bahasa Bakumpai, Maayan, Tewoyan, Dusun Malang, Dusun Bayan, Dusun Hilir, Siang dan Ut-Danum.

Penjabat Bupati Barito Utara, Muhlis mengatakan, revitalisasi bahasa daerah dilakukan dengan fokus pada bahasa dengan penutur terbanyak sebagai langkah strategis dalam pelestarian bahasa daerah. Bahasa tersebut, yakni Bahasa Bakumpai, Maayan, Tewoyan dan Dusun Malang. Empat bahasa lainnya, kata dia, masih dalam tahapan revitalisasi.

Penjabat Bupati Barito Utara, Muhlis. Dok. TEMPO/Hendy Mulia

“Kami berkomitmen melestarikan bahasa daerah dengan berbagai upaya,” kata Muhlis kepada Tempo, pada Senin, 26 Mei 2025. “Kami menyadari, saat ini banyak bahasa lokal yang sudah punah. Karena itu, upaya pelestarian bahasa daerah harus dilakukan agar bahasa lokal tidak punah.”

Selain melakukan revitalisasi, Dinas Pendidikan Barito Utara tengah menyusun kurikulum untuk memasukkan bahasa daerah sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah. Pemilihan jenis bahasa ibu yang akan diajarkan nantinya diserahkan kepada masing-masing sekolah berdasarkan bahasa yang paling umum dipakai di lingkungan sekitar.

Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Barito Utara juga mendidik 20 guru bahasa yang ia sebut sebagai Guru Master, yang nantinya akan menjadi tutor bagi pendidik di sekolah. “Mereka nanti akan menjadi guru yang mengajarkan guru lainnya tentang bahasa daerah. Dari sana nanti akan semakin banyak tumbuh guru-guru yang siap untuk mengajarkan bahasa daerah di Kabupaten Barito Utara,” katanya.

Sebagai bentuk nyata pelestarian bahasa daerah, pihaknya juga membuat kebijakan yang mewajibkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk mengenakan pakaian adat dan menggunakan bahasa daerah pada waktu tertentu setiap bulan. Pemkab Barito Utara juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Balai Bahasa pada tingkat provinsi, Dewan Adat Dayak, dan banyak komunitas pegiat bahasa lokal di masing-masing daerah.

Ada pula forum kerukunan paguyuban yang mewakili berbagai unsur, di antaranya budayawan, penutur bahasa daerah, dan kelompok masyarakat adat. “Di sana kita bekerja sama agar semua bahasa itu memiliki kesempatan untuk terus direvitalisasi,” ujar Muhlis. Doa melanjutkan, pemberian apresiasi dan penghargaan kepada budayawan dan penutur bahasa daerah merupakan upaya untuk mendorong semangat pelestarian bahasa. Dia juga mendukung perlombaan yang mengeksplorasi bahasa daerah dalam berbagai festival budaya.

Beragam upaya yang dilakukan oleh Pemkab Barito Utara tersebut rupanya mendapatkan perhatian dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Kabupaten Barito Utara berhasil meraih penghargaan Ksatria Bahasa pada Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2025, yang berlangsung di Gedung Merah Putih, Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemendikdasmen, pada Senin, 26 Mei 2025 lalu.

Muhlis mengatakan, penghargaan ini berhasil diraih berkat upaya Pemerintah Kabupaten Barito Utara yang secara serius melestarikan bahasa daerah. Ia pun merasa bersyukur atas penghargaan yang diterima Kabupaten Barito Utara pada gelaran FTBIN 2025.

Ia juga mengapresiasi kerja keras jajaran Pemkab Barito Utara, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Utara dan para guru, yang ia nilai berperan besar dalam upaya pelestarian bahasa daerah. Menurutnya, penghargaan tersebut menjadi bukti bahwa Barito Utara adalah daerah yang peduli terhadap pelestarian bahasa daerah.

“Kami merasa bersyukur dengan apa yang sudah dilakukan jajaran kami, dinas pendidikan, sampai para guru, sehingga Barito Utara memperoleh penghargaan sebagai salah satu daerah yang peduli terhadap pelestarian bahasa lokal,” ujarnya. Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional, menurut Muhlis, menjadi bentuk apresiasi kepada pemerintah daerah yang sudah membina bahasa daerahnya, sehingga tetap eksis dan terlestarikan.

“Upaya pelestarian bahasa ini bertujuan menghindari bahasa lokal itu punah,” kata Muhlis. “Dan tentu dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat kita, karena memang digunakan sehari-harinya oleh masyarakat.”

Pada festival tersebut turut tampil putri daerah Kabupaten Barito Utara, yakni Fauzhia Dela Taka dari SMP Negeri 2 Lahei yang menampilkan sastra lisan atau karungut dalam Bahasa Bakumpai. “Kami dari Pemkab Barito Utara tentu sangat bangga. Hal-hal yang seperti itu nanti akan terus dikembangkan,” jelasnya.

Penghargaan dan kebanggan atas putri daerah ini didapat bukan tanpa tantangan. Muhlis mengatakan, bahasa lokal sering dipengaruhi oleh bahasa lain, terlebih bagi generasi muda di era globalisasi saat ini. Selain itu, banyak juga penutur bahasa yang lebih memilih menggunakan bahasa daerah yang lebih mudah. “Kalau tidak dilestarikan, hal ini berpotensi besar mengikis bahasa asli daerah. Nantinya dikhawatirkan bahasa mereka akan punah. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi kami dan juga jajaran dinas pendidikan,” kata dia.

Muhlis berharap bahasa daerah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Barito Utara bisa semakin kuat dan menjadi kebanggan masyarakat. “Kami ingin semakin banyak masyarakat yang bangga menggunakan bahasa daerahnya dan semakin dikembangkan juga upaya-upaya untuk mempertahankan bahasa daerah.” katanya. (*)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |