Gibran Tanam Pohon Ulin di IKN. Ini Arti dan Spesifikasi Kayu Ulin

1 day ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka melakukan penanaman pohon ulin di Plaza Bhinneka Tunggal Ika, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, pada Kamis, 29 Mei 2025. Pohon tersebut melambangkan ketangguhan serta harapan.

Dikutip dari Antara, Kamis, 29 Mei 2025, Wapres didampingi oleh Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono. Penanaman pohon ini merupakan bagian dari komitmen untuk membangun IKN sebagai kota yang tidak hanya modern, tetapi juga berlandaskan pada prinsip-prinsip keberlanjutan dan nilai-nilai kearifan lokal.

Arti Pohon Ulin di IKN

Pohon ulin, tanaman endemik Kalimantan yang dikenal sebagai kayu besi, dipilih Gibran karena melambangkan ketangguhan dan keteguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pohon ini memang tumbuh secara perlahan, namun memiliki usia yang sangat panjang, menggambarkan filosofi pembangunan jangka panjang yang kokoh dan penuh kesabaran. Dalam kesempatan yang sama, Basuki Hadimuljono turut menanam pohon kapur.

Penanaman kedua pohon khas Nusantara di area dekat Tugu Titik Nol ini menjadi simbol bahwa pembangunan IKN bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga menyangkut pelestarian nilai-nilai, penguatan ketahanan, dan arah pembangunan yang jernih. Keduanya menjadi lambang harapan bahwa IKN akan tumbuh dari akar budaya yang kuat, dengan visi yang jelas menuju masa depan yang berkelanjutan.

Mengenal Pohon Ulin Lebih Dekat

Dikutip dari laman Pemerintah Kota Palangka Raya, Ulin yang juga dikenal dengan sebutan erere, bulian, atau kayu besi adalah pohon berkayu khas Kalimantan dan termasuk jenis pohon asli Indonesia dari suku Lauraceae. Pohon ulin biasanya tumbuh setinggi 30 hingga 35 meter dengan diameter batang diukur pada ketinggian dada sekitar 60 hingga 120 cm. Batangnya lurus dengan pola berbanir, memiliki tajuk bulat yang rapat serta cabang-cabang yang tumbuh mendatar.

Di Kalimantan Barat, terdapat empat varietas kayu ulin yang dibedakan berdasarkan warna batang dan kegunaannya, yaitu:

  • Ulin tando dengan warna batang coklat kemerahan
  • Ulin lilin yang memiliki batang berwarna coklat gelap
  • Ulin tembaga dengan warna batang kekuningan
  • Ulin kapur yang berwarna coklat muda

Varietas ulin tando, lilin, dan tembaga biasanya dipakai untuk pondasi bangunan dan lantai, sedangkan ulin kapur, yang mudah dibelah, sering digunakan sebagai bahan baku untuk atap sirap.

Pohon ini biasanya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, di medan yang datar hingga miring. Ulin biasanya ditemukan tersebar atau berkelompok dalam hutan campuran, namun jarang dijumpai di habitat rawa-rawa. Kayu ulin sangat tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan air laut, sehingga memiliki sifat yang sangat keras dan berat. 

Pohon Ulin seringkali dikelilingi oleh jalur melingkar dari kayu ulin, dan bagian bawahnya sering berlubang. Morfologi ulin sangat beragam, terutama dalam bentuk dan ukuran buah atau bijinya. Di Taman Nasional Kutai, ditemukan pohon ulin terbesar yang mencapai tinggi bebas cabang 45 meter dengan diameter 225 cm.

Kayu ulin dikenal kuat dan awet dengan kelas kekuatan dan ketahanan tertinggi, memiliki berat jenis sekitar 1,04. Kayu ini tahan terhadap serangan rayap dan serangga penggerek batang, serta tahan terhadap perubahan kelembaban dan suhu, termasuk paparan air laut. Walaupun kayu ulin sulit dipaku dan digergaji, kayu ini mudah dibelah.

Karena kekuatannya, kayu ulin banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti pondasi bangunan di air dan lahan basah, atap rumah, kusen, dan pintu. Selain itu, kayu ulin juga dimanfaatkan untuk konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan kapal.

Di Banjarmasin, fosil kayu ulin juga digunakan sebagai bahan batu cincin dan perhiasan. Masyarakat di Sumatra dan Kalimantan memiliki tradisi membangun rumah panggung dengan pondasi kayu ulin di tepi sungai atau rawa, karena hanya kayu ulin yang mampu bertahan lama dalam kondisi basah.

Proses regenerasi alami pohon ulin di hutan bekas tebangan umumnya kurang optimal. Perkecambahan biji ulin memerlukan waktu yang cukup lama, yakni antara 6 hingga 12 bulan, dengan tingkat keberhasilan yang relatif rendah. Selain itu, setiap pohon biasanya menghasilkan buah dalam jumlah yang sedikit. Bibit ulin yang tumbuh secara alami cenderung berkumpul dalam kelompok-kelompok.

Upaya pembibitan dan penanaman ulin, baik secara in situ maupun ex situ, telah dilakukan di beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |