Pro Kontra Pemasangan Stairlift di Candi Borobudur

1 day ago 16

TEMPO.CO, Jakarta - Pemasangan tangga mesin angkut tangga atau stairlift di Candi Borobudur saat kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron menuai beragam tanggapan. Pemasangan stairlift ini dikhawatirkan merusak bangunan cagar budaya yang sangat bersejarah itu.

Arkeolog Universitas Negeri Malang Ismail Lutfi menolak pemasangan lift tangga itu. Menurut Lutfi, pelestarian dan konservasi Candi Borobudur sudah dilakukan dengan kerja keras selama puluhan tahun. "Semua itu tidak bisa dibandingkan dengan satu kepentingan yang mengatasnamakan kenyamanan, apalagi bagi pihak tertentu," ujar Lutfi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menekankan pentingnya memperlakukan Borobudur secara proporsional sebagai warisan dunia, bukan sebagai komoditas wisata, religi, atau politik. Lutfi juga menyarankan alternatif lain, seperti pemanfaatan teknologi augmented reality (AR) agar pengunjung tetap bisa menikmati keindahan Borobudur tanpa harus naik ke struktur utama.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo mengatakan, pemasangan stairlift harus tunduk pada aturan pelestarian yang diatur dalam UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 serta pedoman UNESCO. Sebab, menurut Marsis, Candi Borobudur disusun dengan batuan andesit yang sangat rentan terhadap tekanan, gesekan, maupun benturan, yang bisa mengancam keutuhan dan stabilitas struktur. "(Stairlift) hendaknya tidak menimbulkan kerusakan fisik maupun menurunkan citra Borobudur sebagai Cagar Budaya Nasional dan Warisan Dunia," ujar Marsis.

Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Jhohannes Marbun menambahkan, setiap intervensi terhadap obyek cagar budaya harus diawali dengan kajian mendalam sesuai prinsip pelestarian. Kajian tersebut mencakup tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, termasuk analisis dampak dan upaya meminimalisir potensi kerusakan. “Penilaian dampak itu tahapan penting, yaitu berpikir sebelum bertindak,” kata Marbun mengutip Pakar Manajemen Lingkungan, Angus Morrison Saunders.

Penilaian dampak tersebut dapat mengacu pada panduan internasional seperti Guidance and Toolkit for Impact Assessments in a World Heritage Context yang disusun oleh UNESCO bersama ICCROM, ICOMOS, dan IUCN pada 2022. Hasil kajian ini akan membantu proses pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan potensi konsekuensi terhadap nilai-nilai luar biasa universal (Outstanding Universal Value/OUV) dari warisan dunia, “Prinsip-prinsip pelestarian dapat sejalan dengan isu-isu sektoral lainnya, termasuk isu inklusivitas, pemenuhan hak dan keterbatasan akses, serta tidak saling bertentangan, tetapi saling menguatkan,” kata Marbun.

Sementara, arkeolog muda Nur Kesawa berharap ada evaluasi dampak penggunaan stairlift usai kunjungan Macron secara terbuka kepada publik. “Apakah berdampak besar terhadap batu candi? Kalau berdampak besar, ke depan enggak usah dipasang,” kata Nur.

Dosen Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Ashar Saputra menjelaskan, berdasarkan logika engineering bahwa pemasangan platform stairlift tidak memberikan beban berlebih pada struktur bangunan. Ia menjelaskan, berdasarkan standar mekanikal, stairlift dirancang mengangkut beban maksimal sekitar 250 kilogram. “Kalau naik 2-3 orang, berarti diasumsikan bobot satu orang sekitar 100 kilogram demi faktor keamanan,” ujar Ashar.

Pengelola Kawasan Candi Borobudur, melalui Maya Watono, Direktur Utama InJourney Destination Management (IDM), menyatakan pemasangan stairlift dilakukan dengan metode tanpa paku dan bor sehingga tidak merusak batuan candi. Maya menambahkan, keberadaan stairlift bersifat portable, bukan hanya untuk Presiden Prabowo dan Macron melainkan juga untuk publik yang memiliki keterbatasan mobilitas, terutama biksu yang ingin beribadah. "Kami sudah berkali-kali dengan Kementerian Kebudayaan berdiskusi supaya apa yang kita lakukan ini sesuai dengan UNESCO," kata Maya pada Selasa, 27 Mei 2025, seperti dikutip dari Antara.

Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan ada rencana untuk menjadikannya sebagai fasilitas permanen di situs warisan dunia tersebut. Fadli menilai stairlift ini akan membantu pengunjung dengan keterbatasan fisik untuk menikmati Borobudur secara inklusif, sambil memastikan bahwa pemasangan alat tidak merusak struktur candi karena tanpa paku atau baut.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengakui ada wacana untuk menjadikan stairlift sebagai fasilitas permanen di Candi Borobudur. “Apakah jadi permanen atau tidak, tentu akan ada rapat resmi dan pertimbangan dari para pemangku kepentingan. Tapi sebagai sebuah usulan, ini sangat layak untuk didengar,” kata Hasan.

Hendrik Yaputra, Defara Dhanya, M. Faiz Zaki, Pito Agustin Rudiana, Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Mengapa Pengurusan Izin Tenaga Kerja Asing Rawan Korupsi

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |