Siswa korban keracunan seusai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG). Dokter sekaligus pakar gizi dr Tan Shot Yen menegaskan bahwa ikan hiu mengandung merkuri dalam kadar yang sangat tinggi sehingga bisa berbahaya bagi tubuh. (Ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter sekaligus pakar gizi dr Tan Shot Yen menegaskan bahwa ikan hiu mengandung merkuri dalam kadar yang sangat tinggi sehingga bisa berbahaya bagi tubuh. Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Benua, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Sebanyak 25 siswa mengalami gejala mual, muntah, dan sakit perut setelah mengonsumsi menu makan siang berupa ikan hiu goreng. "Ikan hiu itu tinggi merkuri," kata dr Tan saat dihubungi Republika.co.id pada Jumat (26/9/2025). Merkuri sendiri merupakan logam berat yang beracun bagi manusia dan lingkungan.
Dia juga membantah klaim Badan Gizi Nasional (BGN) yang menyebut sajian ikan hiu sebagai salah satu menu berbasis kearifan lokal di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Menurut dr Tan, masyarakat Kalimantan Barat tidak biasa mengonsumsi ikan hiu.
"Enggak ada orang Kalbar makan ikan hiu," ujar dr Tan.
Alih-alih mengolah ikan hiu, dr Tan mengatakan, banyak menu kearifan lokal yang lebih aman dan bergizi untuk program MBG di Kalimantan Barat. Misalnya bubur paddas, yang meskipun namanya paddas bubur ini sebetulnya tidak pedas.
"Bubur paddas bergizi karena dibuat dari berbagai jenis sayuran dan rempah seperti kangkung, pakis, kelapa parut, wortel, kentang, daun kunyit, dan lain-lain. Yang paling khas dari aroma bubur ini adalah adanya penambahan daun kesum," ujar dr Tan.
Lalu ada Pengkang, makanan berbahan dasar ketan dengan isian udang, dibungkus daun pisang dan dikukus. Kemudian ada aneka olahan ikan gabus, patin serta jelawat.
"Atau bisa juga bikin Pekasam ikan papuyu. Lalu Choipan, ini kudapan dari kulit tepung beras diisi sayuran, bengkuang, kadang ebi. Inkulturasi budaya Tionghoa," kata dia.