PBB: 14.000 Bayi di Gaza akan Tewas dalam 24 Jam karena Kelaparan!

9 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan bayi Palestina di Gaza bisa meninggal dalam beberapa hari tanpa makanan dan bantuan medis segera, demikian peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher pada Senin memperingatkan bahwa 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal pada Rabu 21 Mei 2025 jika mereka tidak menerima nutrisi dan perawatan yang mendesak.

Lima truk bantuan diizinkan masuk Israel pada Senin, katanya. Namun, Fletcher menggambarkan situasi itu sebagai "bencana" dan aliran bantuan saat ini sebagai "setetes air di lautan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini bukan makanan yang akan dicuri Hamas," katanya kepada BBC seperti dilansir TIME. "Kami menanggung risiko penjarahan, terkena serangan Israel. Kami akan terhalang, kami akan menanggung risiko besar, tetapi saya tidak melihat ide yang lebih baik daripada menyediakan makanan bayi, bagi para ibu, yang saat ini tidak dapat memberi makan anak-anak mereka sendiri."

Pernyataan keras Fletcher ini menyusul pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menegaskan bahwa 2 juta warga Palestina kelaparan di Jalur Gaza sementara “berton-ton makanan diblokir di perbatasan” oleh Israel.

Israel mengizinkan sejumlah truk kemanusiaan memasuki daerah kantong yang terkepung itu untuk pertama kalinya setelah hampir 3 bulan blokade total yang menyebabkan kelaparan.

Bantuan Masuk Gaza Belum Didistribusikan

PBB mengatakan pada Selasa telah diberikan izin untuk mengirim "sekitar 100" truk bantuan ke Gaza setelah blokade selama 11 minggu. Kendati demikian, belum ada bantuan kemanusiaan yang benar-benar didistribusikan di daerah kantong yang dilanda perang itu, menurut PBB.

"Hari ini salah satu tim kami menunggu beberapa jam hingga lampu hijau Israel untuk mengakses daerah Kareem Shalom dan mengambil pasokan nutrisi. Sayangnya, mereka tidak dapat membawa pasokan tersebut ke gudang kami," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan pada Selasa seperti dilansir Anadolu.

"Jadi, untuk memperjelas, meskipun lebih banyak pasokan telah masuk ke Jalur Gaza, kami belum dapat mengamankan kedatangan pasokan tersebut ke gudang dan titik pengiriman kami."

"Pada akhirnya, sekitar empat truk, bukan lima, diizinkan masuk kemarin. Hari ini, kami menerima beberapa lusin truk... Namun intinya adalah, logistik, kerumitan keamanan, dan lingkungan secara keseluruhan membuat ini menjadi sangat sangat sulit," kata Dujarric.

Ia mengatakan bantuan tersebut disimpan di dermaga pemuatan karena proses yang rumit: "Barang-barang harus melewati pagar dari Israel ke Gaza, ke area tempat truk harus diturunkan dan dimuat ulang, dan kemudian kami harus mendapatkan izin dari pasukan keamanan Israel untuk membawa orang-orang kami untuk mengambil truk-truk tersebut."

Blokade Israel selama 80 hari yang telah memberlakukan penutupan ketat penyeberangan dan pengiriman bantuan telah mengakibatkan hampir 330 kematian karena kelaparan dan lebih dari 300 keguguran di tengah apa yang digambarkannya sebagai kampanye genosida, Kantor Media Gaza mengumumkan pada Selasa seperti dikutip Anadolu.

Gaza membutuhkan sedikitnya 44.000 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan minimum penduduknya, kata pernyataan tersebut.

Dengan merinci jumlah kematian selama pengepungan selama 80 hari, Kantor tersebut melaporkan 58 kematian disebabkan oleh kekurangan gizi, dan 242 lainnya karena kekurangan makanan dan obat-obatan, sebagian besar di antara para lansia. Selain itu, 26 pasien ginjal meninggal karena kurangnya nutrisi dan perawatan kesehatan yang tepat.

Lebih dari 300 keguguran tercatat, yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi penting yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan.

Mengenai kekurangan gizi, Kantor tersebut menyoroti bahwa kesehatan penduduk yang melemah telah menyebabkan kampanye donor darah gagal, sementara rumah sakit menghadapi kekurangan unit darah yang akut di tengah meningkatnya jumlah pasien yang terluka yang membutuhkan operasi mendesak.

Kantor Gaza mendesak masyarakat internasional dan PBB untuk bertindak guna membuka kembali penyeberangan dan mengizinkan masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar untuk menyelamatkan ratusan ribu warga sipil sebelum terlambat.

Gaza membutuhkan 500 truk bantuan setiap hari dan 50 truk bahan bakar untuk fasilitas vital dan medis, katanya.

Israel terus membuat 2,4 juta warga Palestina di Gaza kelaparan secara sistematis dengan menutup jalur penyeberangan dan memblokir bantuan yang ditimbun di perbatasan sejak 2 Maret, sehingga wilayah itu dilanda kelaparan dan menyebabkan banyak kematian.

Sementara itu, militer telah mengintensifkan genosida di Gaza, dengan mengumumkan operasi darat di bagian utara dan selatan daerah kantong itu.

Militer telah melakukan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan hampir 53.600 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Sebelum perang dimulai, rata-rata 500 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari. Hal itu berubah pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Namun, wawancara mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengakui bahwa sejumlah warga Israel tewas akibat pembunuhan militer mereka sendiri atas Arahan Hannibal. Aturan ini melarang membiarkan warga Israel diculik hidup hidup oleh musuh.

Sebagai balasan, Israel melakukan genosida di Gaza memberlakukan pengepungan total di Gaza, segera menghentikan masuknya semua barang, termasuk bantuan kemanusiaan. Blokade tersebut menandai dimulainya krisis yang berkepanjangan, dengan hanya sebagian kecil dari jumlah bantuan sebelumnya yang diizinkan masuk sejak saat itu.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |