Respons Sepi dari Arkeolog Soal Eskalator di Borobudur, Goenawan: Ini Aneh

1 day ago 19

pemasangan pelat besi diCandi BorobudurFoto yang memperlihatkan adanya sejumlah pelat besi dan papan kayu yang telah dipasang di area Candi Borobudur | Facebook Gunawan A Sambodo via tribunnews

MAGELANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rencana pemasangan eskalator di Candi Borobudur untuk menyambut kedatangan Presiden Prancis, Emmanuel Macron memicu kekhawatiran dari arkeolog.

Kekhawatiran itu mencuat lantaran pemasangan fasilitas modern seperti lift atau eskalator dianggap berpotensi mengganggu kelestarian fisik maupun status Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia yang diakui UNESCO.

Salah satu yang menyuarakan keresahan tersebut adalah arkeolog sekaligus epigraf lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Goenawan Agoeng Sambodo. Melalui unggahan di media sosial Facebook, ia membagikan foto dan video yang menunjukkan adanya pelat besi dan papan kayu terpasang di area candi.

Material tersebut, menurutnya, diduga kuat bagian dari proyek pembangunan lift atau stairlift di kawasan candi yang tengah ramai diperbincangkan.

“Unggahan itu saya buat sebagai bentuk pengingat akan pentingnya prinsip pelestarian cagar budaya. Jangan sampai langkah-langkah modernisasi justru mengancam nilai historis dan arkeologis yang tak tergantikan,” ujarnya saat dihubungi, Senin (26/5/2025).

Goenawan membandingkan dengan polemik pemasangan catra (payung penutup) di puncak Candi Borobudur pada 2024 lalu, yang saat itu menuai perdebatan hangat di kalangan profesional dan publik. Namun kini, lanjutnya, isu pemasangan lift justru sepi dari respons kritis.

“Dulu waktu ada rencana pasang catra, banyak dari rekan-rekan arkeolog yang bersuara lantang. Tapi sekarang, ketika ada isu pemasangan lift bahkan sudah ada videonya, kok justru sepi,” ungkapnya.

Ia mengingatkan bahwa setiap langkah yang menyentuh struktur dan kawasan cagar budaya semestinya tunduk pada regulasi ketat serta harus mendapat rekomendasi dari badan otoritatif, termasuk UNESCO. Jika tidak, ada risiko serius—yakni dicabutnya status Borobudur sebagai situs warisan dunia.

“Kalau aturannya dilanggar, risikonya besar. Kita bisa kehilangan pengakuan internasional yang selama ini melekat pada Borobudur,” tegasnya.

Lebih lanjut, Goenawan mengaku heran dengan diamnya asosiasi maupun komunitas arkeolog atas proyek yang berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap nilai sejarah Candi Borobudur.

“Saya menyuarakan ini sebagai peneliti independen, bukan atas nama lembaga. Tapi di kalangan internal, saya belum melihat ada sikap yang jelas, baik mendukung maupun menolak. Ini aneh,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, sebelumnya menjelaskan bahwa pembangunan stairlift dilakukan untuk memfasilitasi kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur.

Menurut Hasan, karena waktu kunjungan sangat terbatas, diperlukan fasilitas tambahan untuk mempercepat akses menuju bagian atas candi.

“Presiden Prancis itu kunjungan kenegaraan, waktunya terbatas, bukan seperti kita yang bisa seharian berwisata di Borobudur. Jadi dibutuhkan sarana untuk memudahkan beliau,” ujar Hasan di Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).

Ia menekankan bahwa fasilitas tersebut dirancang agar Macron dan Presiden Prabowo bisa menapaki setiap tingkat Candi Borobudur dengan cepat dan aman.   

www.tribunnews.com

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |