UGM dan Telkom Kerja Sama Kembangkan Peringatan Dini Gempa Megathrust

4 hours ago 9

TEMPO.CO, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Telkom Indonesia bekerja sama mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi berbasis Distributed Acoustic Sensing atau Penginderaan Akustik Terdistribusi. Sistem teknologinya memanfaatkan infrastruktur jaringan kabel optik bawah laut milik Telkom sebagai komponen utama dalam mendeteksi aktivitas seismik secara real-time

Inovasi ini dianggap terobosan strategis dalam mitigasi bencana geologi, khususnya dalam menghadapi potensi gempa megathrust dari laut yang bisa menyebabkan tsunami. “Teknologi ini memberikan solusi yang cepat, presisi, dan mampu menjangkau area rawan yang selama ini minim pemantauan,” kata Kuwat Triyana, Guru Besar Fisika dan anggota tim peneliti yang sedang mengembangkan sistem peringatan dini kebencanaan itu, Rabu 21 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kuwat menjelaskan, detektor gempa ini bekerja dengan mendeteksi gelombang primer (P-wave) yang muncul lebih awal dibandingkan gelombang sekunder (S-wave) yang bersifat merusak. Dengan keunggulan ini, sistem dapat memberikan peringatan beberapa detik hingga menit sebelum guncangan utama terjadi sehingga memberikan waktu yang sangat krusial untuk evakuasi dini. 

Pemrosesan datanya, kata peneliti teknik instrumentasi yang namanya juga dikenal lewat invensi GeNose ini, bersifat real-time dan terintegrasi dengan sistem geospasial. "Sehingga memungkinkan respons kebencanaan yang lebih cepat dan terkoordinasi." 

Presiden Direktur PT Telkom Indonesia Ririek Adriansyah menyatakan bahwa kolaborasi ini memiliki arti strategis tidak hanya dari sisi mitigasi bencana, tetapi juga dalam konteks perlindungan infrastruktur nasional. Menurutnya, penggunaan kabel optik sebagai elemen deteksi juga sekaligus dapat meningkatkan ketahanan aset nasional yang vital dari berbagai risiko alam.  

"Kerja sama ini sebagai bagian dari inisiatif berkelanjutan dalam mendukung resiliensi nasional, baik dalam bidang teknologi maupun keamanan informasi," kata Ririek.

Menurut Ririek, kolaborasi ini juga memungkinkan efisiensi besar karena memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada, yakni kabel optik bawah laut yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Jalur kabel ini melintasi berbagai zona subduksi gempa aktif atau zona megathrust di wilayah selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan pantai barat Sumatera. 

“Tanpa perlu pemasangan sensor baru, sistem ini dapat menjangkau area laut dalam yang sebelumnya belum tercakup oleh sistem peringatan konvensional,” katanya.

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, Danang Sri Hadmoko menambahkan kerja sama pengembangan teknologi sistem detektor gempa berbasis akustik terdistribusi tidak hanya menjadi solusi dalam mitigasi bencana, tetapi juga mencerminkan komitmen UGM dalam membangun sistem kebencanaan yang inklusif dan berbasis data. 

“Kami melihat potensi besar sistem ini untuk diterapkan di berbagai wilayah rawan bencana di Indonesia, termasuk wilayah pesisir yang selama ini paling rentan,” tutur Danang. 

Alat deteksi gempa berbasis akustik terdistribusi ini tengah dalam tahap uji coba di kawasan Pantai Selatan Jawa dan direncanakan untuk diperluas ke daerah lain yang berisiko tinggi. UGM dan PT Telkom Indonesia juga sedang menyusun protokol kolaboratif untuk memungkinkan data digunakan secara terbuka bagi kepentingan riset dan kebijakan publik. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sistem nasional dalam menghadapi bencana secara lebih terpadu dan responsif.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |