44 Tahun IAPIM: Jejak Alumni, Mengabdi untuk Umat dan Bangsa

1 week ago 21

Image Muliadi Saleh

Kabar Pesantren | 2025-09-10 18:27:06

Oleh: Muliadi Saleh

Sejarah adalah jejak panjang yang tak sekadar dihitung dengan angka tahun, melainkan ditakar dari makna yang ditinggalkan. Pada 10 September 1971 – 10 September 2025, usia Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (IAPIM) Indonesia genap 44 tahun. Dalam rentang itu, IAPIM bukan hanya organisasi, tetapi rumah besar yang mempersatukan hati, mengikat ukhuwah, dan mengokohkan pengabdian.

Sebagaimana doa keluarga besar IAPIM Indonesia, syukur adalah kata pertama yang terucap. Syukur atas bertambahnya usia, atas perjalanan penuh makna, dan atas karya yang terus lahir dari rahim pesantren menuju kehidupan nyata. Pesantren IMMIM telah menjadi kawah candradimuka yang melahirkan generasi tangguh—dan IAPIM adalah jembatan yang menjaga ikatan itu, agar tak tercerabut dari akar nilai Islam.

Alumni sebagai Lentera di Pelbagai Jalan

Alumni pesantren IMMIM kini tersebar di berbagai ruang pengabdian. Ada yang memimpin pemerintahan, ada yang menekuni dunia akademik, ada pula yang mengisi ruang-ruang bisnis, kesehatan, dakwah, teknologi, hingga diplomasi internasional. Di regional, nasional, bahkan mancanegara, jejak mereka adalah kisah tentang ilmu yang dipeluk dengan iman, dan amal yang ditabur dengan tulus.

Firman Allah SWT menjadi pengingat:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

(QS. Ali Imran [3]: 104)

Ayat ini menemukan wujudnya dalam kiprah para alumni. Mereka berdakwah bukan hanya dari mimbar, tetapi dari meja kerja, dari ruang kelas, dari kebijakan publik, dari aktivitas sosial, hingga dari interaksi sehari-hari. Seperti sabda Nabi SAW:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)

Maka, setiap langkah alumni IMMIM adalah dakwah yang merasuk ke dalam kerja dan karya. Pengabdian mereka menjangkau pelosok desa hingga pusat kota, bahkan melintasi batas negara.

44 Tahun: Usia Matang, Usia Mengakar

Usia 44 tahun bukan sekadar bilangan. Ia adalah simbol kematangan, kokohnya akar, sekaligus keluasan cabang. IAPIM menjadi wadah yang tak hanya merawat nostalgia pesantren, tetapi juga memastikan alumni tetap terhubung dalam semangat ukhuwah Islamiyah.

Sebagaimana pernah diungkapkan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur):

“Pesantren itu ibarat sumur tua, makin digali makin jernih airnya.”

IAPIM adalah sumur yang terus mengalirkan kejernihan itu. Setiap alumni adalah embun yang jatuh di ladang kehidupan umat, bangsa, dan negara.

Menjaga Spirit, Melahirkan Karya

Di tengah dunia yang berubah cepat, alumni IMMIM membawa semangat Islam yang rahmatan lil ‘alamin: Islam yang menebar kasih sayang, membangun peradaban, dan menegakkan keadilan. Mereka menjadi bukti bahwa pesantren tidak hanya melahirkan insan ritual, tetapi juga insan sosial, kultural, dan intelektual.

Dalam refleksi 44 tahun ini, IAPIM seakan berbisik kepada kita semua: jangan pernah berhenti menyemai kebaikan. Sebab dakwah adalah napas kehidupan, dan pengabdian adalah jalan menuju ridha-Nya.

Harapan dan Doa

Semoga IAPIM Indonesia terus kokoh berdiri sebagai lembaga pemersatu alumni, penguat ukhuwah, dan motor kontribusi nyata. Semoga ia tetap melahirkan karya besar, melintasi zaman, dan selalu diberkahi Allah.

Di usia 44 tahun ini, mari kita jadikan IAPIM bukan hanya tempat bernaung, tetapi juga mercusuar yang menuntun jalan umat, bangsa, dan negara. Sebab, sebagaimana kata bijak Ali bin Abi Thalib:

“Nilai seseorang terletak pada apa yang ia perjuangkan.”

Dan IAPIM, selama empat puluh empat tahun, telah memilih untuk memperjuangkan ukhuwah, ilmu, dan pengabdian.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |