Akademisi Menilai Kunjungan Erdogan Kesempatan Besar untuk Indonesia

4 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Akademisi Hubungan Internasional dari Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, Ady Muzwardi, menilai kedatangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia diharapkan bisa memperkuat hubungan bilateral kedua negara di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Terlebih, berkaca pada kondisi keuangan Amerika Serikat beberapa waktu belakangan.

Menurut Ady, kunjungan kerja Erdogan ke Indonesia adalah kesempatan bagi Indonesia untuk lebih dekat mendekatkan Indonesia dengan Turki karena Turki adalah pemain di Timur Tengah. Lawatan ini juga membuka jalur bagi Indonesia untuk memperbesar suplai sumber daya alam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kondisi global tidak menentu, finansial yg dinamis bahkan cendrung turun, jadi kita membutuhkan Turki. Diharapkan kedua negara memperkuat kerjasama militer, pendidikan dan ekonomi," kata dia.

Ady mengatakan sedari awal Presiden RI Prabowo Subianto sudah terlihat lebih berafiliasi kepada negara-negara di BRICS seperti Cina dan Rusia, termasuk sekarang dengan Turki. Diakuinya, Prabowo memang apa yang sudah dilakukan mantan Presiden RI Joko Widodo, yaitu lebih menghadap ke Cina.

"Sekarang kita harus melihat posisi Indonesia saat ini, apakah kita mengikuti dinamika global, atau tidak berbuat apa-apa," kata Ady yang juga Ketua Jurusan Sosiologi dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Rabu, 12 Februari 2025, saat dihubungi Tempo.

Kunjungan Erdogan ke Indonesia adalah langkah baik memperkuat kerja sama dengan negara besar selain Cina. Beberapa sektor yang bisa dijalin kerja sama Indonesia dengan Turki, yakni bidang pertahanan dan keamanan. Apalagi sektor itu menjadi perhatian Prabowo dalam pemerintahannya.

"Karena kerja sama milter Indonesia dengan Korea Selatan juga gagalkan, maka kerja sama militer bisa dilakukan dengan Turki seperti penyusunan alusista, pembangunan pesawat perang, dan lainnya," kata Ady. 

Di sektor pendidikan, diharapkan Turki lebih banyak lagi membuka peluang beasiswa untuk anak-anak Indonesia belajar disana. Sedangkan kerja sama bidang perdagangan, Ady memprediksi neraca pedagangan kedua negara tidak terlalu besar. 

"Hanya dalam kerangka kerja sama bilateral, kedua negara punya hubungan yang saling mendukung. Indonesia, membutuhkan sosok Erdogan karena posisinya sebagai presiden yang kuat, dan memiliki karisman di negara-negara besar lainnya," kata Ady. 

Ady memandang, pertemuan Turki dan Indonesia juga membangun relasi lebih kuat dengan negara lain. Indonesia memilih mitra selain Amerika Serikat sehingga Indonesia harus menjadikan Edorgan sebagai partner strategis. Terlebih kondisi ekonomi Amerika Serikat saat ini dalam keadaan bangkrut sehingga belakangan Amerika Serikat membatasi kerja sama dengan Indonesia. Contohnya memutus pendanaan USAID beberapa waktu lalu.

"Kerja sama Indonesia dengan milter Amerika Serikat pun yang sudah bertahun-tahun, bakal berkurang karena kondisi keungan Amerika yang semakin menipis," kata dia. 

Indonesia sudah sepatutnya mencari mitra selain Amerika Serikat, meskipun sebenarnya Indonesia tidak berseberangan dengan Amerika. "Tetapi kita harus realistis, kita membutuhkan negara kuat untuk mendukung kelangsungan ketahanan, keamanan, pendidikan dan ekonomi Indonesia," kata Ady. 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |