TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa negara telah melayangkan kritik terhadap DeepSeek, platform kecerdasan buatan asal Cina, yang baru-baru ini menjadi sorotan karena masalah privasi dan keamanan data. Meskipun Italia dan Amerika Serikat telah mengeluarkan larangan penggunaan terhadap DeepSeek, sejumlah negara lain juga mulai memberikan tanggapan terhadap kebijakan tersebut.
Berikut adalah respons dari negara-negara selain Italia dan AS terhadap larangan DeepSeek:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prancis
Dikutip dari Euro News, Prancis melalui otoritas perlindungan data mereka, CNIL, turut merespons situasi yang berkembang mengenai DeepSeek. CNIL mengungkapkan bahwa mereka sedang menganalisis platform AI tersebut dan berencana untuk menanyakan lebih lanjut tentang cara kerja sistem DeepSeek serta potensi risiko yang terkait dengan perlindungan data pribadi.
Tindakan ini mencerminkan keinginan Prancis dan Uni Eropa untuk memastikan bahwa teknologi luar yang beroperasi di benua tersebut mematuhi regulasi perlindungan data yang ketat, seperti yang tercantum dalam GDPR (General Data Protection Regulation). Jika investigasi ini menunjukkan adanya pelanggaran, bukan tidak mungkin Prancis akan mengikuti jejak Italia dengan melarang penggunaan DeepSeek di wilayahnya.
Korea Selatan
Di Korea Selatan, otoritas perlindungan data, Personal Information Protection Commission (PIPC), juga mulai memeriksa DeepSeek terkait pengelolaan data penggunanya. Langkah ini muncul setelah melihat lonjakan ketertarikan terhadap teknologi DeepSeek di pasar Korea yang ternyata berdampak pada pergerakan saham perusahaan chip lokal, Samsung dan SK Hynix, yang menurun akibat adanya persaingan dengan teknologi AI Cina tersebut.
Menurut TRT World, PIPC berencana mengajukan pertanyaan tertulis kepada DeepSeek tentang bagaimana mereka mengelola data pribadi penggunanya. Meskipun belum ada keputusan yang pasti, langkah ini menunjukkan semakin tingginya perhatian Korea Selatan terhadap potensi risiko privasi yang dibawa oleh teknologi asing.
Jepang
Pemerintah Jepang, melalui pernyataan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan cepatnya perkembangan AI global, termasuk DeepSeek. Jepang menyatakan bahwa mereka perlu merumuskan undang-undang yang dapat memaksimalkan manfaat teknologi AI sekaligus meminimalkan risiko dan bahaya yang ditimbulkan.
Meskipun belum ada tindakan pembatasan langsung terhadap DeepSeek, Jepang menunjukkan pentingnya memiliki regulasi yang kuat untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan masyarakat. Jepang berkomitmen untuk mengembangkan kebijakan yang memungkinkan pemanfaatan AI secara aman dan terkontrol.
India
India mengambil pendekatan yang berbeda dalam menanggapi masalah privasi yang dihadapi DeepSeek. Negara ini telah mengumumkan rencananya untuk meng-hosting model AI DeepSeek di server domestik sebagai solusi untuk masalah privasi.
Menteri Teknologi Informasi India Ashwini Vaishnaw menyatakan bahwa masalah privasi dapat diatasi dengan hosting model-model DeepSeek di fasilitas komputasi AI yang ada di India. Langkah ini mencerminkan kebijakan India yang cenderung hati-hati dalam mengadopsi teknologi asing, terutama yang berasal dari Cina, namun tetap ingin memfasilitasi perkembangan teknologi AI. Ini juga menjadi bentuk penyesuaian India terhadap kebijakan data lokal yang lebih ketat.
Sementara Italia dan AS telah mengambil langkah tegas dengan melarang penggunaan DeepSeek, negara lain memiliki pendekatan yang lebih beragam. Tanggapan ini menegaskan pentingnya perlindungan data pribadi dalam menghadapi kemajuan pesat teknologi AI, serta menggambarkan pengaturan regulasi teknologi yang semakin meluas.
FORBES