Bagaimana Cara Detonator Bekerja?

5 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologi meledaknya detonator dalam peristiwa pemusnahan amunisi di kawasan Garut, Jawa Barat, Senin, 12 Mei 2025.

Wahyu mengatakan, semua berawal dari digelarnya kegiatan pemusnahan amunisi yang dilakukan Jajaran Gudang Pusat Amunisi III Pusat Peralatan TNI AD di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pukul 09.30 WIB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan, dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," kata Wahyu sebagaimana dikutip dari Antara, Senin, 12 Mei 2025.

Setelah itu, personel membuat dua lubang sumur untuk memasukkan amunisi milik TNI AD yang akan dimusnahkan. Setelah lubang tersebut dibuat dan amunisi dimasukkan, lubang tersebut lalu diledakkan oleh personel TNI AD menggunakan detonator. Namun, saat personel mengisi satu lubang tadi untuk menghancurkan detonator, tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang.

Cara Kerja Detonator

Dilansir dari federalregister.gov, detonator merupakan salah satu komponen paling penting dalam sistem kerja sebuah amunisi dalam bidang militer. Biasanya, detonator dapat ditemui di amunisi yang memiliki daya ledak seperti bom. Fungsi dari detonator adalah sebagai pemicu awal yang menyebabkan bahan peledak utama. 

Dalam struktur umum bom, bahan peledak utama umumnya bersifat stabil dan tidak mudah meledak dengan rangsangan biasa, sehingga diperlukan suatu energi awal yang cukup kuat untuk memicunya. Energi inilah yang dihasilkan oleh detonator, melalui ledakan bahan peledak primer yang sangat sensitif. Berikut cara kerja detonator.

1. Tahap aktivasi

Proses kerja detonator diawali dengan tahap aktivasi. Pada tahap ini, detonator diaktifkan melalui salah satu dari beberapa metode, tergantung pada jenis bom yang digunakan. Pemicu ini bisa berupa sumbu waktu, sensor tekanan, getaran, suara, atau sinyal elektronik seperti gelombang radio atau sinyal GPS. 

Dalam kasus bom udara modern, aktivasi bisa juga terjadi secara otomatis saat bom mencapai ketinggian atau kecepatan tertentu. Begitu pemicu diaktifkan, energi berupa panas, listrik, atau tekanan mekanis diarahkan ke komponen paling sensitif dari detonator, yaitu bahan peledak primer.

2. Reaksi bahan peledak primer

Bahan peledak primer merupakan zat kimia yang sangat sensitif terhadap energi kecil. Contoh bahan ini antara lain lead azide, lead styphnate, dan mercury fulminate. Zat-zat ini dipilih karena dapat meledak dengan sangat cepat ketika diberi energi sekecil apapun, seperti percikan listrik atau getaran ringan. Ketika energi pemicu mencapai bahan primer, terjadi ledakan awal yang meskipun kecil, sangat cepat dan menghasilkan gelombang kejut yang kuat.

3. Pemicu bahan peledak utama

Ledakan dari bahan primer kemudian diarahkan langsung ke bahan peledak utama main charge. Bahan ini biasanya berupa zat yang jauh lebih stabil seperti TNT, RDX, atau HMX. Zat-zat ini dirancang agar tidak mudah meledak karena benturan atau panas biasa, sehingga dapat disimpan dan diangkut dengan aman.

Namun, ketika dikenai gelombang kejut dari bahan primer, bahan utama ini akan meledak secara penuh, menghasilkan efek ledakan yang sangat besar berupa tekanan tinggi, suhu ekstrem, dan gelombang kejut yang mematikan.

4. Rangkaian ledakan

Proses ini bisa dijelaskan sebagai reaksi berantai yang berjenjang. Energi kecil dari pemicu memicu bahan primer. Ledakan bahan primer memicu bahan peledak utama. Ledakan bahan utama menghasilkan efek destruktif utama dari bom. Urutan ini penting karena jika bahan utama langsung diberi energi kecil, kemungkinan besar ia tidak akan meledak atau hanya terbakar. Namun, dengan adanya detonator, bahan utama dapat diledakkan secara sempurna.

Detonator biasanya dilengkapi dengan sistem pengaman karena bahan primer yang digunakan sangat sensitif. Sistem ini memastikan bahwa detonator tidak aktif sebelum waktunya atau akibat guncangan tidak sengaja.

Beberapa sistem pengaman yang digunakan antara lain adalah pengunci mekanik, pemisahan fisik antar komponen, pengaman elektronik, serta pemrograman waktu aktif. Dalam bom modern, sering kali digunakan sistem dual-fuse atau pengaman ganda, yang hanya akan memungkinkan aktivasi jika beberapa kondisi terpenuhi secara bersamaan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |