TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menaikkan tarif impor bagi barang yang masuk dari Meksiko, Kanada, dan Cina. Berdasarkan dokumen yang diteken pada Selasa, 4 Maret 2025 lalu, AS memberlakukan tarif impor baru sebesar 25 persen pada Meksiko dan Kanada dan 20 persen untuk Cina.
Banyak pelaku bisnis dan analis pasar telah memperingatkan bahwa pajak impor Trump dapat menyebabkan kenaikan harga konsumen. Menurut Asosiasi Distributor Grosir Nasional, gangguan yang disebabkan oleh tarif berisiko memperburuk inflasi, meningkatkan harga barang-barang kebutuhan pokok, dan menempatkan tekanan finansial pada bisnis dan konsumen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dean Baker, salah satu pendiri sekaligus ekonom senior di Center for Economic and Policy Research, memperingatkan bahwa tarif yang diberlakukan Trump bisa membebani keluarga Amerika lebih besar daripada perkiraan dalam laporan Beyer, yang mengutip angka dari Budget Lab di Universitas Yale.
"Meskipun laporan kami tidak membahas hal ini, tarif ini juga akan memicu tindakan balasan yang sangat merugikan produsen Amerika," kata Beyer dilansir dari laman Alternet. "Selain itu, tarif ini tidak akan mencapai tujuan yang Trump nyatakan sebagai alasan penerapannya. Baru kurang dari dua bulan menjabat, Trump telah membawa ekonomi ke jurang kehancuran dan meningkatkan risiko resesi yang nyata dan terus berkembang."
Mengabaikan peringatan dari para ahli tentang dampak tarif terhadap konsumen dan perekonomian, Trump pada hari Selasa menggandakan tarif impor China menjadi 20% dan, setelah penundaan selama satu bulan, menerapkan tarif 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko. Seperti yang dilaporkan Associated Press, kebijakan ini langsung memicu "tindakan balasan cepat" dari tiga mitra dagang terbesar Amerika.
Para pemimpin negara tersebut sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka akan merespons jika Trump merealisasikan ancaman tarifnya. Pengalaman sebelumnya juga menunjukkan dampak dari kebijakan serupa. Dalam laporan Beyer disebutkan bahwa saat Trump pertama kali menerapkan tarif terhadap China, importir dan konsumen AS pada akhirnya menanggung hampir seluruh beban tarif melalui kenaikan harga barang.
Trump baru-baru ini mengklaim bahwa kebijakan tarifnya akan memaksa produksi kembali ke Amerika Serikat, tetapi laporan tersebut menunjukkan bahwa tarif ini juga meningkatkan harga barang yang diproduksi secara domestik. Hal ini terjadi karena produsen AS yang bergantung pada bahan baku impor yang dikenai tarif akan menaikkan harga produk mereka.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Budget Lab, laporan dari Beyer memperingatkan bahwa kenaikan tarif impor akan membuat harga-harga naik.
Harga elektronik, seperti komputer, ponsel, dan televisi, akan mengalami kenaikan hampir 11%;
Harga pakaian diperkirakan akan naik sebesar 7,5%; Harga mobil, suku cadang, dan kendaraan bermotor lainnya diperkirakan meningkat lebih dari 6%; Harga minyak akan naik 1,7%, sementara produk berbasis minyak bumi dan batu bara naik 1,6%, membuat biaya bahan bakar kendaraan dan pemanas rumah tangga semakin mahal; Dan pada saat harga kebutuhan pokok sudah membebani anggaran rumah tangga, tarif ini akan semakin menaikkan harga belanjaan seperti harga produk segar, beras, dan harga makanan keseluruhan.
"Selain merugikan perekonomian nasional, kebijakan tarif Trump juga akan berdampak besar pada ekonomi di tingkat negara bagian dan lokal," demikian isi laporan tersebut. "Faktanya, banyak wilayah kecil di Selatan dan Midwest yang paling bergantung pada perdagangan internasional. Negara bagian yang perekonomiannya sangat bergantung pada perdagangan akan terkena dampak yang lebih besar."