Daerah Asal Dinosaurus, Hasil Studi Terbaru Ungkap Kemungkinan Baru: Dekat Khatulistiwa

2 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Bangsa dinosaurus bisa jadi pertama berevolusi di daerah dekat ekuator atau khatulistiwa, bukan jauh di selatan seperti yang selama ini diyakini. Sebuah studi pemodelan memunculkan dugaan baru itu, bahwa  dinosaurus berasal dari sebuah daerah yang meliputi apa yang sekarang menjadi hutan hujan Amazon, dataran Kongo, dan gurun Sahara.

"Ketika Anda mempertimbangkan banyak celah yang ada dalam catatan temuan fosil dan pohon evolusi dinosaurus, sangat mungkin daerah-daerah itulah di mana dinosaurus berasal," kata Joel A. Heath dari Departemen Ilmu Bumi, University College London, dikutip dari New Scientist.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dinosaurus tumbuh berevolusi pada suatu waktu dalam Periode Triassic, 252 sampai 201 juta tahun yang lalu. Namun, Heath mengatakan, terdapat ketidakpastian 'yang cukup besar' tentang di mana dan kapan tepatnya. "Asal usul biogeografis dinosaurus masih sangat minim dipahami," katanya dalam ringkasan laporan hasil studi, dikutip dari Jurnal Current Biology, terbit online 23 Januari 2025. 

Fosil tertua yang dikenali selama ini berusia sekitar 230 juta tahun. Fosil dinosaurus jenis Eoraptor ini ditemukan di Argentina, Amerika Selatan. Ada pula jenis Nyasasaurus parringtoni, yang diperkirakan berusia 243 juta tahun, temuan di Tanzania, Afrika. Namun, dalam laporannya, Heath dan timnya menyatakan Eoraptor sebagai fosil dinosaurus tertua yang lebih tegas identifikasi usianya. 

Sayangnya tak ada analisis yang cukup untuk bisa menentukan berapa juta tahun dinosaurus-dinosaurus itu telah hidup sebelumnya. "Pasti ada banyak yang terjadi dalam evolusi dinosaurus, tapi kita tidak memiliki bukti fosil-fosilnya," kata Heath.

Dia menerangkan, pada 230 juta tahun lalu bumi terlihat berbeda daripada saat ini. Seluruh benua bergabung membentuk sebuah superbenua yang disebut Pangaea, berbentuk seperti C, dengan garis ekuator mengiris tepat bagian tengah horizontal huruf itu. Afrika dan Amerika Selatan saat itu menjadi bagian selatan dari Pangaea--keduanya menyatu seperti dua potongan puzzle.

Fosil dinosaurus berusia 230 dan 243 juta tahun berasal dari bagian selatan Amerika Selatan dan Afrika, yang langsung membimbing kebanyakan pakar untuk menduga kalau Gondwana sebelah barat daya adalah pusat asal dinosaurus. Gondwana adalah nama sub-superbenua itu yang ada di bagian selatan. Bagian utaranya disebut Laurasia.

Untuk mengkajinya lebih dalam, Heath dan koleganya dari Departemen Ilmu Bumi University College London dan juga Natural History Museum London membangun pemodelan komputer untuk menghitung mundur dari periode dinosaurus tertua itu sampai ke asal muasal kelompoknya. Heath dkk mengkreasikan sejumlah besar versi, untuk mengakomodasi ketidakjelasan seperti gap dalam catatan fosil, rintangan geografis yang potensial, dan keraguan yang masih menjadi misteri tentang bagaimana nenek moyang dinosaurus terhubung satu sama lain.

Hasilnya, kebanyakan dari ragam simulasi yang dijalankan menyimpulkan bahwa dinosaurus pertama muncul dekat ekuator. Hanya sebagian kecil simulasi saja yang mendukung asal usul dari selatan.

Menurut Heath, para ahli paleontologi selama ini cenderung menduga dinosaurus tak mungkin berkembang dekat ekuator karena tak ada fosil yang ditemukan di wilayah ini. Alasan lain, ekuator menjadi wilayah yang menantang untuk ditinggali. "Daerah ini sangat, sangat kering dan panas," kata Heath, "Dinosaurus diyakini tak akan mampu bertahan dalam kondisi seperti itu."

Meski demikian, kebanyakan model simulasi yang dijalankan Heath dan timnya menyatakan berbeda. Keluaran model, disebutkannya, "memperkirakan hal-hal yang kita pikirkan tidak akan mungkin sebelumnya."

Menurut Heath, langkanya fosil dinosaurus dari daerah dekat ekuator bisa jadi alasan yang tidak tepat untuk menyimpulkan dinosaurus tak datang dari kawasan itu. Sebabnya, selama ini para ahli paleontologi cenderung menggali di Amerika Utara dan Eropa, dan baru belakangan saja di Cina. "Ada begitu banyak wilayah di bumi yang cederung terabaikan," katanya.

Heath menambahkan, para ahli geologi belum banyak menemukan batuan dengan usia yang relevan terhadap daerah temuan studi yang mereka bisa ekskavasi. "Mereka (batuan itu) mungkin memang tidak terekspos dalam cara yang mudah untuk kita bisa mempelajarinya."

Bagaimanapun juga, sepotong bukti pendukung pemikiran Heath telah muncul belum lama ini. Pada 8 Januari 2025, tim peneliti yang dipimpin David Lovelace dari University of Wisconsin-Madison melaporkan penemuan fosil dinosaurus tertua yang selama ini pernah ditemukan dari bagian utara Pangaea.

Mereka mengungkap spesies baru yang disebut Ahvaytum bahndooiveche, satu jenis sauropodomorph yang berkerabat ke dinosaurus leher panjang seperti Diplodocus yang berevolusi belakangan. Tim itu menemukan fosilnya dalam batuan Formasi Popo Agie Wyoming, dan diperhitungkan berusia 230 juta tahun. 

Menurut Heath, jika dinosaurus sudah berada di utara dan selatan Pangaea pada periode itu, tak mungkin mereka tak ada di wilayah ekuator. "Mereka pasti telah menyeberanginya," katanya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |