Deretan Bantuan Internasional Mulai Dikirim Pasca Gempa Myanmar

1 day ago 13

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Myanmar dengan kekuatan 7,7 M memicu kekhawatiran yang cukup besar kepada masyarakat global. Pasalnya, kondisi negara ini yang tidak siap tanggap atas bencana pascakudeta tahun 2021 memperburuk dampak akibat gempa ini. Akibatnya, bantuan dan pertolongan untuk evakuasi korban gempa bumi Myanmar semakin sulit.

Selain itu, kondisi listrik dan internet yang mati di beberapa bagian Myanmar membuat kesulitan komunikasi untuk menyalurkan bantuan di negara ini.

Seperti dilansir CNN, bahkan, seruan tak terduga dari Min Aung Hlaing sebagai Komandan Militer Junta militer Myanmar muncul untuk meminta bantuan. Kondisi Myanmar akibat junta sebelumnya sudah membuat mereka menjadi negara paria, salah satu negara termiskin dan seruan meminta pertolongan ini disebut-sebut bahwa ukuran kehancuran negara ini akibat gempa memang sangat besar. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertolongan dari dunia internasional sebenarnya memiliki ketakutan untuk mengirimkan bantuan-bantuan karena ketakutan sulitnya masuk bantuan dan tidak bisa menyasar kepada para korban. Dalam sebuah wawancara yang dilakuakn oleh Vatican News dengan Direktur Burma Campaign UK, Mark Farmaner, menyebutkan bahwa sejauh ini gereja lokal sudah dikerahkan untuk memberikan tempat pengungsian kepada para korban. 

Hal ini dilakukan karena bangunanan keagamaan lainnya seperti masjid tidak bisa digunakan sebagai tempat berlindung karena militer yang berkuasa mengakibatkan penihilan pemeliharaan bangunan, termasuk masjid. Dengan kondisi ini. "Militer tidak menempatkan pembatasan ketat pada pergerakan gereja lokal, hal ini dapat membuat gereja untuk menjangkau daerah yang mungkin diblokir untuk lembaga bantuan internasional,” ungkap Farmaner dilansir dari Vatican News.

Dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri melalui Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) sudah menggerakan dukungan berupa alokasi dana USD 5 juta untuk mendukung upaya tanggap darurat. Bahkan, USD 10 juta sudah PBB kumpulkan dari berbagai donatur dari cabang PBB, United Nations Office for Project Services (UNOPS).

Tak hanya dari PBB, Pemerintah Inggris sendiri dari laman negaranya juga sudah memberikan pernyataan bahwa mereka menjanjikan untuk mengirim bantuan sebesar £10 juta sebagai respons kemanusiaan terhadap bencana alam.

Sebagaimana dikutip dari Gov.Uk, mereka juga menyebutkan bahwa mereka telah menghubungi mitra-mitra lokal mereka untuk segera turun dan memberikan bantuan. Tak lupa untuk menyebutkan bahwa semua Warga Negara Inggris yang tinggal dan terdampak dari bencana ini akan mendapatkan dukungan konsuler berkelanjutan

Dari benua seberang sendiri, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong sendiri menyebutkan bahwa mereka akan mengirimkan USD 2 juta untuk korban gempa bumi di Myanmar dan akan disalurkan melalui Palang Merah Internasional (ICRC).

Berdasarkan laporan di Aljazeera, saluran dana ke ICRC ini adalah tahapan awal dan akan dana selanjutnya jika dibutuhkan. 

Namun, Penny menjelaskan bahwa mereka tidak akan memberikan bantuan melalui pemerintahan Myanmar yang sudah dikuasai oleh junta militer. "Kami tidak akan memberikan dana langsung kepada rezim militer dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan bantuan kami tidak melegitimasi rezim militer di Myanmar," terangnya sebagai bentuk sikap bahwa militer ini menjadi ancaman stabilitas di wilayah Asia-Australia. 

Dari Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan dukanya atas gempa Myanmar. Di tengah kondisi negara saat ini dan absen dalam memberikan pernyataan, ia akhirnya muncul dan menyampaikan bahwa ia sebagai perwakilan dari negara Indonesia siap untuk mengirimkan semua bantuan yang dibutuhkan melalui akun resmi X-nya. 

“I extend my deepest condolences for the devastating earthquake that struck Myanmar and Thailand. Our thoughts and prayers are with the people of both countries during this difficult time. Indonesia stands ready to provide all necessary support for recovery efforts in the affected areas,” tulis Prabowo. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |