Gaduh Kurs Rupiah di Google, Kesalahan Teknis atau Dugaan Peretasan untuk Manipulasi Informasi Finansial?

3 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Publik dikejutkan dengan tampilan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Google pada Sabtu, 1 Februari 2025. Laman pencarian raksasa itu menampilkan kurs Rp 8.170 per dolar AS, jauh dari kurs resmi yang berada di kisaran Rp 16.300 per dolar AS. Perbedaan drastis ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini sekadar kesalahan teknis atau ada upaya peretasan untuk mengacaukan informasi finansial?

Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha, menilai kemungkinan adanya upaya penyusupan ke dalam sistem Google tidak bisa diabaikan. "Meskipun Google memiliki sistem keamanan canggih, manipulasi data tetap bisa terjadi, terutama jika ada celah dalam mekanisme pengambilan data mereka," ujar Pratama dalam keterangannya, Sabtu, 1 Februari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dugaan ini semakin kuat setelah tim CISSReC melakukan verifikasi dengan membandingkan kurs USD ke IDR di Google dengan situs xe.com. Hasilnya, hampir semua nilai tukar di Google sesuai dengan sumber lain, kecuali kurs rupiah yang berbeda jauh. 

Dalam dunia siber, serangan terhadap penyedia data keuangan bukanlah hal baru. Upaya peretasan pada sistem informasi finansial bisa digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari spekulasi pasar hingga menciptakan kepanikan ekonomi. Jika data kurs mata uang dapat dimanipulasi di platform sebesar Google, dampaknya bisa luas, terutama bagi investor dan pelaku bisnis yang mengandalkan informasi real-time dalam mengambil keputusan. 

"Manipulasi kurs mata uang bisa menjadi bagian dari strategi spekulatif atau bahkan sabotase ekonomi. Jika ada pihak yang sengaja mengubah data kurs di Google, ini bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas finansial," kata Pratama. 

Menurutnya, salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah serangan man-in-the-middle attack, di mana peretas berhasil mengubah data sebelum ditampilkan di Google. Kemungkinan lainnya adalah eksploitasi bug dalam sistem Google yang memungkinkan manipulasi kurs tertentu. 

Kesalahan informasi yang berlangsung lama tanpa koreksi dapat merusak kepercayaan publik terhadap akurasi data di Google. Pratama menegaskan Google harus lebih transparan dalam menjelaskan sumber dan mekanisme pengambilan data kurs mereka, serta memastikan sistemnya kebal terhadap intervensi eksternal. 

"Google bukan sekadar mesin pencari, tetapi juga salah satu sumber utama informasi ekonomi global. Jika kesalahan seperti ini bisa terjadi dan dibiarkan berlarut-larut, kredibilitas mereka dalam menyajikan data finansial patut dipertanyakan," ujarnya. 

Lebih lanjut, ia mengimbau masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada Google dalam mendapatkan informasi nilai tukar. Bank Indonesia, Bloomberg, Reuters, dan OANDA adalah beberapa referensi yang lebih terpercaya. 

Jika dugaan manipulasi ini benar, bukan hanya Google yang harus bertanggung jawab, tetapi juga perlu ada investigasi lebih lanjut dari pihak berwenang untuk memastikan bahwa informasi finansial di era digital tetap aman dan bebas dari intervensi pihak tak bertanggung jawab.

Google sebelumnya angkat bicara soal tampilan di laman situs tersebut pada hari Sabtu sore kemarin yang memperlihatkan informasi nilai tukar dari rupiah ke dolar Amerika Serikat (AS) yang berada pada level 8.170,65.

"Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga," kata perwakilan Google dalam keterangan, Sabtu, 1 Februari 2024, seperti dikutip dari Antara.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |