Gara-gara Trump, Netanyahu Ingin Kurangi Bantuan Militer AS secara Bertahap

3 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ingin secara bertahap mengurangi bantuan militer dan keamanan dari Amerika Serikat. Ini di tengah memanasnya hubungan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump, demikian dilaporkan media lokal pada Senin 12 Mei 2025.

“Saya rasa kami perlu membiasakan diri untuk lepas dari ketergantungan pada bantuan militer Amerika,” kata Netanyahu dalam pertemuan dengan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset pada Ahad malam, seperti dikutip harian Israel Maariv dan dilansir Anadolu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Netanyahu menyebut bahwa Israel setiap tahunnya menerima dana sekitar US$4 miliar atau sekitar Rp66 triliun dari AS untuk pengadaan senjata. Namun, menurutnya, ada kemungkinan Israel akan mengikuti langkah serupa seperti saat menghentikan bantuan ekonomi dari AS.

Meski demikian, Netanyahu tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai alasan di balik pernyataan mengejutkan itu, yang muncul di tengah memburuknya hubungannya dengan Presiden Trump.

Beredar pula laporan bahwa Trump telah memutus kontak langsung dengan Netanyahu karena merasa dimanipulasi.

Menurut media Israel, ketegangan antara Trump dan Netanyahu dipicu oleh perbedaan pandangan soal Iran, kelompok Houthi di Yaman, perang di Gaza, serta kebuntuan dalam upaya gencatan senjata di wilayah tersebut.

Trump dan Netanyahu semakin berselisih pendapat mengenai isu-isu utama Timur Tengah, dengan ketegangan yang semakin dalam menjelang kunjungan regional Trump yang secara khusus akan mengecualikan Israel pada Selasa 13 Mei 2025 hingga Kamis 15 Mei 2025.

Kedua pemimpin, yang dulunya sangat dekat karena isu Iran dan Gaza, kini sangat berbeda pendapat tentang cara mengatasi kedua krisis tersebut.

Trump mendorong keterlibatan diplomatik dengan Teheran dan diakhirinya perang di Gaza, sementara Netanyahu terus menganjurkan tekanan militer, termasuk serangan terhadap infrastruktur nuklir Iran.

Menurut laporan terbaru di harian Israel Yedioth Ahronoth yang dikutip Anadolu, Trump dan timnya "sudah muak" dengan penolakan Netanyahu untuk menyesuaikan diri dengan pendekatan regional Washington yang terus berkembang.

Pada awal masa jabatannya, Trump mendukung serangan Israel di Gaza, membatalkan jeda pengiriman bom era Biden, dan mengklasifikasikan kelompok Houthi Yaman sebagai organisasi teroris. Ia berulang kali menyerukan agar Gaza "diambil alih" dan dimukimkan kembali, bahkan menyarankan untuk mengubahnya menjadi pusat wisata.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah berubah. Ia menghentikan aksi militer terhadap Houthi yang didukung Iran dan kini tengah melakukan pembicaraan langsung dengan Teheran.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada NBC News bahwa para pemimpin Israel "khawatir tentang kesepakatan apa pun" yang melibatkan Iran.

Netanyahu dilaporkan marah dengan keraguan Trump untuk melarang pengayaan uranium dalam perjanjian nuklir potensial dengan Iran.

Para pembantunya menyampaikan kekhawatiran tersebut ada utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Ia kemudian mengkritik serangan militer baru Israel di Gaza, dan sebaliknya menyerukan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan.

Pemerintah Netanyahu bersikeras bahwa Washington harus menolak hasil apa pun kecuali penghentian nuklir Iran secara menyeluruh.

Para pejabat Israel khawatir bahwa negosiasi baru dapat menyia-nyiakan apa yang mereka lihat sebagai keunggulan strategis yang langka setelah serangan udara yang dilaporkan pada Oktober lalu merusak pertahanan udara Iran.

Kunjungan Trump ke Timur Tengah yang akan datang dimulai pada Selasa dan akan mencakup pemberhentian di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, tetapi tidak ke Israel. Rencana perjalanan dan kesenjangan kebijakan yang semakin lebar menandakan mendinginnya hubungan antara kedua pemimpin, yang pernah bergerak seirama.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |