TEMPO.CO, Jakarta - Bali memikat wisatawan mancanegara bukan hanya lewat keindahan alamnya tetapi juga melalui budayanya yang kaya. Masyarakat di pulau ini memiliki perayaan unik yang identik dengan suasana hening, yaitu Hari Raya Nyepi.
Berbeda dengan perayaan di berbagai tempat lain yang kerap diramaikan dengan pesta dan kembang api, Nyepi justru menjadi hari ketika seluruh aktivitas di Bali dihentikan sementara. Namun, bukan sekadar berdiam diri, hari raya ini juga menjadi momen bagi umat Hindu di Bali untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merujuk laman nyepi.com, Lonely Planet, dan arsip pemberitaan Tempo, mari mengenal lebih dekat soal Hari Raya Nyepi, mulai dari makna perayaan hingga aturan-aturan yang perlu dipatuhi, dan waktu perayaannya di tahun 2025.
Apa Itu Hari Raya Nyepi?
Nyepi, juga kerap disebut sebagai Hari Raya Keheningan, merupakan salah satu perayaan penting bagi umat Hindu di Bali dalam memperingati pergantian Tahun Baru Saka, sebuah sistem penanggalan Saliwahana dari India. Selama hari raya ini, umat Hindu bermeditasi selama 24 jam dan meninggalkan segala aktivitas, termasuk menyalakan lampu.
Umumnya, Hari Raya Nyepi jatuh pada bulan Maret, tetapi tanggal perayaannya bisa berbeda-beda setiap tahunnya bergantung pada Kalender Hindu. Adapun perayaan Nyepi tahun ini jatuh pada akhir Maret 2025. Berikut ini sejarah, makna, dan tradisi yang dilakukan saat Nyepi.
Sejarah dan Makna Hari Raya Nyepi
Seperti dijelaskan sebelumnya, Hari Raya Nyepi dirayakan untuk memperingati pergantian Tahun Baru Saka. Situs nyepi.com menjelaskan bahwa perayaan tahun baru ini sudah dilakukan sejak tahun 78 Masehi dan cikal-bakalnya memiliki koneksi dengan situasi di negara asal agama Hindu, India.
Jadi, agama Hindu berkembang di masa-masa India menghadapi krisis dan konflik sosial yang berkepanjangan. Masalah ini akhirnya tuntas setelah Raja Kaniskha I, yang berhasil menyatukan bangsa terlepas dari perbedaan keyakinan agama, naik tahta pada Maret 78 Masehi. Alhasil, perayaan bersejarah ini selanjutnya diperingati sebagai hari kebangkitan persatuan, toleransi, dan perdamaian.
Adapun makna Nyepi bagi umat Hindu adalah merenungkan hidup dan memohon kepada Tuhan untuk menyempurnakan kesucian Bhuana Agung (alam dunia) maupun Bhuana Alit (alam manusia), dalam menemukan jati diri sekaligus mendapatkan keseimbangan diri dan alam semesta, seperti dijelaskan arsip pemberitaan Tempo.
Apa yang Dilakukan Masyarakat Bali selama Nyepi?
Jalanan di Bali selama Nyepi akan terasa senyap dan terbebas dari kemacetan kendaraan bermotor untuk sementara waktu. Kebanyakan umat Hindu di Bali semasa Nyepi akan bermeditasi ataupun beristirahat, tetapi mereka sebenarnya masih mengerjakan aktivitas seperti biasanya.
Berdasarkan nyepi.com, umat Hindu tetap makan atau berkomunikasi satu sama lain, tetapi itu semua dilakukan menyesuaikan dengan aturan selama Nyepi: tidak ada lampu atau api, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak bersenang-senang. Hanya saja, beberapa memutuskan untuk berpuasa karena adanya larangan untuk memasak atau menghidupkan api.
Bersamaan dengan ini, pemerintah setempat juga sengaja menghentikan sementara layanan listrik, internet, serta siaran radio maupun TV untuk menjamin ketenangan selama perayaan Nyepi.
Larangan selama Hari Raya Nyepi
Bagian sebelumnya telah menyinggung soal aturan-aturan tertentu yang wajib dipatuhi selama Hari Raya Keheningan. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai larangan selama Nyepi di Bali:
1. Amati Geni (Tidak Ada Api)
Amati Geni merujuk pada larangan untuk tidak menyalakan api atau cahaya, dan listrik termasuk ke dalam kategori ini. Larangan ini bisa diartikan secara harfiah maupun filosofis (berarti, umat Hindu tidak boleh menyalakan api dalam dirinya, yakni nafsu).
2. Amati Karya (Tidak Bekerja)
Umat Hindu tidak bekerja ataupun melakukan berbagai aktivitas fisik lainnya selama Nyepi merupakan manifestasi dari Amati Karya. Adapun larangan melakukan aktivitas fisik semata-mata bertujuan agar fokus melakukan penyucian rohani dan introspeksi diri.
3. Amati Lelungan (Tidak Bepergian)
Amati Lelungan memiliki makna bahwa umat Hindu tidak bepergian ke luar rumah dengan harapan melakukan aktivitas mawas diri melalui kegiatan meditasi.
4. Amati Lelanguan (Tidak Bersenang-senang)
Amati Lelanguan berarti umat Hindu dilarang untuk bersenang-senang ataupun mengumbar hawa nafsu. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk memusatkan pikiran dan berserah diri kepada Tuhan.
Apa yang Terjadi jika Melanggar Aturan?
Selama perayaan Nyepi di Bali, akan ada sekelompok petugas keamanan, yakni pecalang, yang akan memastikan setiap komponen masyarakat di Bali, terlepas apakah mereka umat Hindu atau tidak, mematuhi setiap aturan selama perayaan keheningan tersebut.
Lantas, jika melanggar aturan, apakah terdapat sanksi hukum?
Sejauh ini, berdasarkan keterangan nyepi.com, tidak ada sanksi hukum bagi wisatawan. Petugas pecalang biasanya hanya akan memberi tahu turis-turis yang berkeliaran di jalan untuk kembali masuk ke dalam ruangan sembari mengedukasi mereka perihal aturan selama Nyepi.
Pada perayaan Nyepi 2024, seperti diceritakan Lonely Planet, dua orang wisatawan berkebangsaan Prancis tertangkap berjalan-jalan dalam kondisi mabuk dan telanjang dada sembari bernyanyi-nyanyi. Ketika ditangkap anggota pecalang, mereka mengaku tidak tahu-menahu perihal Nyepi. Lantas, mereka mendapat edukasi soal hari raya tersebut oleh petugas pecalang sebelum akhirnya dibawa kembali ke vila.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Wisatawan selama Nyepi
Untuk mencegah berbagai ketidaknyamanan sembari menunjukkan toleransi kepada umat Hindu di Bali, nyepi.com membagikan sejumlah hal yang wajib Anda persiapkan apabila berlibur di Bali menjelang perayaan Nyepi:
- Pastikan Anda tidak memiliki rencana perjalanan pada saat Nyepi berlangsung.
- Persiapkan makanan Anda dengan cukup, tanpa perlu menimbun makanan secara berlebih.
- Sediakan uang cash cukup sebagai pegangan atau antisipasi keadaan darurat.
Sementara itu, selama ini Nyepi, pastikan Anda untuk melakukan hal-hal berikut:
- Matikan lampu otomatis di area taman dan halaman rumah Anda.
- Gunakan headset atau sejenisnya jika Anda ingin mendengarkan musik atau menonton film dari laptop Anda.
- Jangan membuat kegaduhan atau bercengkrama sembari mengeluarkan suara yang keras.
- Hargai peraturan adat yang berlaku di Bali dengan tidak mengunggah konten apa pun ke akun sosial media selama Nyepi berlangsung.
- Tetap berada di dalam area rumah/villa/hotel Anda; jangan keluar kecuali untuk alasan gawat darurat.
Hal-hal lain yang juga perlu Anda ketahui selama perayaan Nyepi di Bali adalah sebagai berikut:
- Rumah sakit tetap bukan untuk keadaan darurat.
- Bandara I Gusti Ngurah Rai beserta terminal bus, dan pelabuhan di penjuru Pulau Bali ditutup.
- Restoran ditutup untuk pengunjung dan penduduk lokal.
- Hotel tetap akan menyediakan layanan-layanan dasar untuk tamu, tetapi akses ke kolam renang maupun fasilitas lainnya dibatasi.
Tentang Perayaan Hari Raya Nyepi 2025 di Bali
Tahun ini, Nyepi 2025 bertepatan dengan Sabtu, 29 Maret 2025. Di Indonesia sendiri, perayaan ini ditetapkan sebagai hari libur nasional sehingga tidak ada yang bekerja maupun bersekolah.
Seperti disebutkan sebelumnya, Nyepi berlangsung selama 24 jam. Dalam hal ini, perayaan Nyepi tahun ini berlangsung sejak Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 05.59 hingga keesokan harinya, yaitu Minggu, 30 Maret 2025, pukul 06.00.
Tentang Pawai Ogoh-ogoh
Sebelum masuk ke dalam fase penuh keheningan, di sore hari sebelum Nyepi, terdapat pawai ogoh-ogoh. Tahun ini, pawai ogoh-ogoh digelar pada waktu sore di Jumat, 28 Maret 2025.
Beberapa tempat terbaik untuk menyaksikan pawai yang menampilkan berbagai patung-patung raksasa mengerikan ini adalah sebagai berikut:
- Kuta - Pasar Kuta
- Legian - Jalan Legian dekat Hotel Mercure
- Kerobokan - Lio Square
- Seminyak - Camplung Tanduk
- Denpasar - Lapangan Puputan
- Sanur - Dekat McD Sanur
Pilihan editor: Kegiatan Wisata TNBTS Ditutup Total Sementara untuk Hormati Nyepi dan Lebaran