Kontroversi Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron, Tanda Patriarki Masih Kuat di Korea Selatan

10 hours ago 13

CANTIKA.COM, JakartaIndustri hiburan Korea Selatan, yang dikenal dengan sebutan K-Entertainment, telah meraih popularitas global berkat musik K-pop, drama, dan filmnya. Namun, di balik gemerlapnya, terdapat sisi gelap yang mencerminkan budaya patriarki yang kuat. Kasus terbaru yang melibatkan aktor Kim Soo Hyun dan mendiang aktris Kim Sae Ron menyoroti isu ini, mengungkap tekanan dan ketidakadilan yang dialami oleh para pelaku industri, terutama perempuan.

Kasus Kim Sae Ron dan Kim Soo Hyun: Sebuah Kronologi

Pada 16 Februari 2025, dunia hiburan dikejutkan oleh berita meninggalnya aktris muda Kim Sae Ron. Ia ditemukan tewas di apartemennya di Seongdong-gu, Seoul, diduga akibat bunuh diri. Kematian Sae Ron terjadi tepat pada hari ulang tahun aktor ternama Kim Soo Hyun, memicu spekulasi mengenai hubungan mereka.

Setelah kematian sang aktris, muncul spekulasi mengenai hubungan antara keduanya. Sebuah video YouTube viral mengklaim bahwa Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron menjalin hubungan selama enam tahun, termasuk pada saat Sae Ron masih di bawah umur. Keluarga Sae Ron menuduh YouTuber Lee Jin Ho sebagai terduga penyebab tekanan yang dialami oleh Kim Sae Ron sebelum kematiannya.

Kontroversi juga semakin memanas ketika muncul dugaan bahwa Kim Soo Hyun, aktor papan atas Korea Selatan diduga memiliki hubungan dengan Kim Sae Ron sejak aktris tersebut masih di bawah umur. Dalam siaran pers pada Senin (17/03/2025), keluarga Kim Sae Ron mengklaim bahwa hubungan tersebut berlangsung selama enam tahun, dimulai saat Kim Sae Ron berusia 15 tahun dan Kim Soo Hyun berusia 27 tahun. Mereka juga mengungkapkan adanya bukti yang kuat seperti diary yang ditulis Kim Sae Ron saat menjalin hubungan dengannya, surat cinta yang ditulis oleh Kim Soo Hyun selama masa wajib militernya, serta foto-foto yang menunjukkan kedekatan mereka. 

Menanggapi tuduhan tersebut, agensi Kim Soo Hyun, Gold Medalist membantah klaim bahwa aktor tersebut memiliki hubungan dengan Sae Ron saat ia masih di bawah umur dan menyatakan bahwa Kim Soo Hyun tidak terkait dengan kematiannya.

Tekanan Industri dan Budaya Patriarki

Kasus ini menyoroti tekanan yang dialami oleh para pelaku industri hiburan Korea Selatan, terutama perempuan. Budaya patriarki yang kuat seringkali menempatkan perempuan pada posisi rentan, menghadapi standar ganda dan ekspektasi yang tidak realistis. Film seperti Kim Ji Young Born 1982 menggambarkan bagaimana diskriminasi gender dan beban sosial mempengaruhi kehidupan perempuan di Korea Selatan.

Kasus ini mencerminkan bagaimana budaya patriarki yang kuat di Korea Selatan dapat mempengaruhi dinamika dalam industri hiburan. Budaya yang menempatkan laki-laki pada posisi dominan dalam struktur sosial sering kali membuat perempuan berada pada posisi yang rentan. Dalam konteks industri hiburan, hal ini dapat terlihat dari perbedaan perlakuan antara idol laki-laki dan perempuan. Idol laki-laki cenderung mendapatkan pengakuan dan perlakuan yang lebih baik dibandingkan idol perempuan.

Di sisi lain, budaya patriarki tercermin dalam kontrol ketat terhadap citra dan perilaku artis perempuan. Mereka seringkali menjadi sasaran kritik tajam dan cyberbullying, yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental. Kasus Burning Sun pada 2019, misalnya, mengungkap ketidakadilan gender dan eksploitasi perempuan dalam industri hiburan.

Media juga memiliki peran signifikan dalam membentuk opini publik dan sering kali memperkuat norma-norma patriarki. Dalam kasus Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron, media di Korea Selatan berperan dalam menyebarkan spekulasi dan rumor tanpa verifikasi yang jelas, yang dapat memperburuk situasi bagi individu yang terlibat. Pemberitaan yang sensasional tanpa mempertimbangkan dampaknya dapat meningkatkan tekanan pada artis dan memperburuk kondisi mental mereka.

Dampak pada Karier dan Kehidupan Pribadi

Setelah insiden mengemudi dalam keadaan mabuk pada 2022, karier Kim Sae Ron mengalami penurunan drastis. Ia menghadapi kritik publik dan kesulitan finansial, bahkan harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan. Tekanan ini diperparah oleh rumor dan spekulasi mengenai hubungannya dengan Kim Soo Hyun yang semakin membebani kondisi mentalnya.

Tekanan dan kritik yang berlebihan dari masyarakat juga berdampak serius pada kesehatan mental artis. Keadaan mendiang Kim Sae Ron menyoroti bagaimana budaya patriarki dan ekspektasi sosial dapat menambah beban psikologis bagi artis wanita, yang sering kali diharapkan untuk mempertahankan citra sempurna tanpa cela.

Sementara itu, Kim Soo Hyun juga menghadapi konsekuensi serius. Beberapa merek ternama, seperti Prada, Tous Les Jours, YOU Korea, Eider, Dinto, dan lain-lain telah memutuskan kerjasama dengan aktor tersebut setelah munculnya kontroversi ini. Meskipun agensinya membantah tuduhan tersebut, dampak negatif terhadap citra dan kariernya tidak dapat dihindari.

Dampak Budaya Patriarki dalam Kasus Kim Sae Ron

Kasus Kim Sae Ron memperlihatkan bagaimana budaya patriarki turut memengaruhi dinamika dalam industri hiburan, terutama dari beberapa sudut pandang berikut:

Ketimpangan dalam Relasi Kuasa
Jika benar Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron memiliki hubungan sejak Sae Ron masih di bawah umur, maka situasi tersebut mencerminkan adanya ketidakseimbangan relasi kuasa. Kim Soo Hyun, sebagai aktor senior dan laki-laki dewasa, memiliki posisi yang lebih dominan, sementara Sae Ron, sebagai aktris muda perempuan, berada dalam posisi yang jauh lebih rentan.

Respon Media dan Publik
Setelah insiden mengemudi dalam keadaan mabuk, Kim Sae Ron menghadapi gelombang kritik tajam dari media dan publik, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh bias gender. Sementara itu, dugaan keterlibatan Kim Soo Hyun tidak mendapatkan reaksi publik yang setara dalam intensitasnya.

Beban Finansial
Tuntutan ganti rugi sebesar 700 juta won yang diajukan agensinya menunjukkan tekanan ekonomi yang berat bagi Kim Sae Ron. Ini mencerminkan ketimpangan yang muncul dalam sistem industri hiburan yang cenderung lebih membebani artis perempuan secara tidak adil.

Urgensi Perubahan dalam Industri Hiburan Korea Selatan

Kasus ini secara tidak langsung mempertegas pentingnya penanganan serius terhadap budaya patriarki yang telah lama mengakar dalam industri hiburan. Beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain, mengedukasi masyarakat dan para pelaku industri mengenai kesetaraan gender serta pentingnya keadilan dalam perlakuan terhadap semua pekerja di industri hiburan.

Kemudian, membuat dan menegakkan regulasi untuk melindungi hak-hak pekerja perempuan, mencegah eksploitasi, serta memberikan ruang aman dari diskriminasi. Lalu, mendorong keterwakilan yang seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam media, guna mengubah narasi publik mengenai peran gender secara menyeluruh.

Dengan berbagai inisiatif ini, diharapkan industri hiburan Korea Selatan bisa berkembang menjadi ruang yang lebih adil, setara, dan inklusif bagi semua pihak tanpa memandang jenis kelamin. Kasus ini ingin menggarisbawahi perlunya perubahan mendasar dalam industri hiburan Korea Selatan.

Budaya patriarki yang mengakar harus dihadapi dengan serius, dan langkah-langkah harus diambil untuk melindungi kesejahteraan mental dan fisik para artis, terutama perempuan. Penting juga bagi media dan publik untuk lebih bijak dalam menanggapi rumor dan spekulasi, serta memberikan dukungan daripada kritik yang merusak.

Dengan refleksi dan tindakan yang tepat, diharapkan industri hiburan Korea Selatan dapat menjadi lingkungan yang lebih adil dan mendukung bagi semua pelakunya, tanpa memandang gender.

Pilihan Editor: Gold Medalist Klarifikasi Hubungan Kim Soo Hyun & Kim Sae Ron: Bantah Tuduhan dan Ungkap Fakta Baru

ALLKPOP | KOREABOO | JURNAL FISIP UNTAD | NAVER | KOREATIMES

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |