Mengapa Tindakan Donald Trump Memecat Petinggi Pentagon Bisa Menjadi Preseden yang Berbahaya?

3 hours ago 7

DALAM satu langkah besar pada Jumat malam, 21 Februari 2025, Presiden Donald Trump memecat enam pejabat senior Pentagon dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika Serikat.

Perombakan personel senior ini terjadi setelah Pentagon mengumumkan bahwa mereka akan memangkas setidaknya lima persen dari 900.000 tenaga kerja sipilnya, dan mengatakan bahwa keputusan ini diambil "untuk menghasilkan efisiensi dan memfokuskan kembali departemen ini pada prioritas-prioritas presiden."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemecatan para perwira tersebut telah menjadikan Pentagon sorotan politik. Partai Demokrat menuduh Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth berusaha mempolitisasi militer dan memastikan bahwa militer dipimpin oleh orang-orang yang secara pribadi setia kepada presiden.

Dikutip Arab News, Hegseth bersikeras bahwa presiden hanya memilih para pemimpin yang dia inginkan, dengan mengatakan "ada kontrol sipil atas militer. Tidak ada yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Trump "berhak memilih tim penasihat keamanan nasional dan militer utamanya," kata Hegseth kepada Fox News Sunday.

Adam Smith, anggota Partai Demokrat di Komite Angkatan Bersenjata DPR AS, berkomentar bahwa Trump memecat para petinggi Pentagon dan juga ribuan pegawai federal "bukan karena mereka tidak kompeten atau bagus dalam pekerjaan mereka, tetapi karena Trump menginginkan penjilat."

"Siapa pun yang tidak berjanji setia harus pergi," kata Smith dalam sebuah video yang diposting di X. "Hal itu benar-benar merendahkan kompetensi dan kemampuan orang-orang yang melayani negara kita."

Siapa Saja Petinggi Pentagon yang Dipecat Trump?

Trump pekan lalu memerintahkan pemecatan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal C.Q. Brown Jr, Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Lisa Franchetti, Wakil Kepala Angkatan Udara Jenderal James Slife, dan para jenderal advokat untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Tidak termasuk dalam pengumuman Jumat adalah pemecatan ketujuh, yaitu pemecatan Letnan Jenderal Angkatan Udara Jennifer Short, asisten militer senior Menteri Pertahanan Pete Hegseth, demikian dilaporkan NBC News. Pentagon belum mengakui pemecatannya.

Trump, yang telah memecat Laksamana Angkatan Laut Linda Fagan, perempuan pertama yang memimpin cabang militer, dalam beberapa jam setelah dilantik pada 20 Januari, telah lama berjanji untuk memecat para perwira yang "tidak beres". Sebagai gantinya, dia dan Hegseth telah mempromosikan perwira yang memiliki latar belakang yang mereka sebut sebagai "budaya pejuang".

Tidak ada alasan yang diberikan untuk pemecatan tersebut. Trump dan Hegseth hanya mengatakan bahwa hal itu dimaksudkan untuk menempatkan "kepemimpinan baru yang akan memfokuskan militer kita pada misi utamanya untuk mencegah, melawan, dan memenangkan perang."

Namun pada Selasa, Gedung Putih berusaha untuk menepis kritik atau pertanyaan seputar pemecatan Brown secara khusus. "Dia (Trump) pikir dia (Brown) melakukan pekerjaan yang buruk dan ini saatnya untuk perombakan di Pentagon," kata sekretaris pers Karoline Leavitt dalam sebuah konferensi pers saat ditanya alasan Trump memecat Brown.

Leavitt menambahkan aspek kepercayaan masyarakat juga menjadi pertimbangan.

"Mereka gagal dalam tujuh audit berturut-turut, kepercayaan terhadap militer Amerika Serikat di antara para pejuang perang kita rendah," kata dia. 

Apakah Bersih-bersih Pentagon oleh Trump Memiliki Preseden?

Para analis mengatakan bahwa tidak pernah ada catatan tentang begitu banyak pemimpin militer yang digulingkan sekaligus. "Ada dua hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Salah satunya adalah cakupannya, dan yang kedua adalah kurangnya penjelasan publik," kata Mark Cancian, seorang pensiunan kolonel Korps Marinir yang sekarang menjadi penasihat senior di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies, seperti dikutip The Hill.

"Hal-hal ini telah terjadi dalam satu peristiwa tunggal. Tidak pernah terjadi secara menyeluruh seperti ini, dan dengan penjelasan yang sangat sedikit tentang alasannya," kata Cancian lagi.

Dalam membela langkah tersebut, Partai Republik telah menunjuk pada pemecatan Jenderal Douglas MacArthur, seorang komandan tertinggi selama Perang Dunia II dan Perang Korea pada tahun 1951 oleh Presiden Truman. Keduanya berselisih mengenai cara menangani Perang Korea, dengan MacArthur mengabaikan perintah langsung dari presidennya, yang berujung pada pemecatannya.

Mereka juga mengutip pemecatan Jenderal Angkatan Darat David McKiernan, komandan pasukan AS di Afghanistan, oleh mantan Presiden Obama, lima bulan setelah menjabat pada 2009, dan juga pengunduran diri Jenderal Stanley McChrystal, pengganti McKiernan. McChrystal dipecat oleh Obama pada 2010 setelah dilaporkan mengejek para pejabat Gedung Putih dalam sebuah artikel di Rolling Stone.

Apakah Pemecatan Ini Dapat Menjadi Preseden yang Berbahaya?

Para ahli mengatakan bahwa banyaknya pemecatan di bawah pemerintahan Trump menjadi preseden yang mengkhawatirkan bagi militer AS, yang selalu berusaha untuk tetap bersikap apolitis, dan pemerintah federal pada umumnya.

Langkah ini juga dapat menurunkan kualitas nasihat yang diberikan oleh para perwira militer kepada pimpinan sipil mereka, karena mereka yang takut bertentangan dengan kecenderungan politik Trump akan kurang bersedia untuk berbicara, kata para analis.

"Suatu hari nanti, akan ada presiden dari Partai Demokrat. Apakah presiden dari Partai Demokrat itu akan datang dan memecat setengah dari Kepala Staf Gabungan, dengan mengatakan bahwa mereka semua adalah makhluk partisan dari pemerintahan sebelumnya? Apakah kita akan masuk ke jenderal Demokrat dan Republik, di mana mereka merasa harus memilih tim? Ini sangat buruk," kata Cancian tentang kekhawatiran seputar pemecatan tersebut.

Naveed Shah, direktur politik untuk Common Defense, sebuah organisasi akar rumput veteran militer AS yang berfokus pada isu-isu progresif, mengatakannya dengan lebih gamblang.

"Hal ini akan mempersulit para pemimpin senior untuk melakukan pekerjaan mereka," kata Shah, seorang veteran Angkatan Darat. "Ini akan mewarnai jenis nasihat militer yang mereka berikan kepada [pemerintah]... dan juga menciptakan situasi di mana orang harus memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti perintah yang mungkin sesuai dengan hukum."

Shah mengatakan bahwa dia paling khawatir dengan pemecatan para pengacara top Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, yang menurut Hegseth pada Senin diperlukan karena mereka berpotensi menjadi "penghalang bagi perintah yang diberikan oleh panglima tertinggi."

"Ini cukup menakutkan dan membuat saya bertanya-tanya untuk apa mereka menggunakan militer," kata Shah.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |