Respons Temuan Mikroplastik, DKI Terapkan Filtrasi Udara dan Air Hujan

4 hours ago 7

Jakarta, CNN Indonesia --

Temuan terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengungkap keberadaan kandungan partikel mikroplastik berbahaya dalam air hujan di Jakarta telah membuktikan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

Merespons hal tersebut, Pemprov DKI menegaskan komitmen atas berbagai hasil riset yang menyoroti kualitas lingkungan, termasuk air, udara, dan tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Asep Kuswanto mengatakan Pemprov DKI menerapkan teknologi filtrasi udara dan air hujan untuk mengatasi temuan mikroplastik dalam menindaklanjuti hasil penelitian BRIN.

"Temuan BRIN ini bukan sekadar peringatan, melainkan momentum untuk memperkuat riset dan solusi. Polusi plastik kini bukan hanya masalah laut atau sungai, tetapi sudah sampai di langit Jakarta," ujar Asep di Jakata, Minggu (19/10) seperti dikutip dari Antara.

Dengan demikian, DLH DKI bekerja sama bersama BRIN untuk melakukan penelitian lanjutan serta menyiapkan usulan standar baku mutu mikroplastik.

"Kami terbuka untuk berkolaborasi dalam penelitian, pengembangan teknologi filtrasi, dan inovasi produk ramah lingkungan. Menjaga langit Jakarta dari mikroplastik adalah tanggung jawab semua pihak," kata Asep.

Selain itu, Asep mengatakan Pemprov DKI Jakarta bersama BRIN kini tengah memperluas pemantauan mikroplastik di udara dan air hujan melalui sistem Jakarta Environmental Data Integration (JEDI), sebuah platform berbasis data untuk pemantauan kualitas lingkungan.

Data yang terhimpun dari sistem ini akan menjadi dasar pengambilan kebijakan yang lebih berbasis bukti (evidence-based policy).

Asep menambahkan, sinergi riset ini tidak hanya memperkuat basis data ilmiah, tetapi juga mendukung lahirnya kebijakan pengendalian polusi yang lebih efektif dan adaptif.

Upaya pengurangan plastik akan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari rumah tangga, kawasan bisnis, hingga sektor industri.

"Ke depan, Pemprov DKI Jakarta akan fokus pada riset terapan, penerapan teknologi filtrasi udara dan air hujan, serta inovasi produk ramah lingkungan," katanya.

Pekan lalu saat memaparkan hasil risetnya, Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova mengatakan air hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. Dia mengatakan sampel penelitian itu adalah air hujan yang jatuh di wilayah ibu kota RI, Jakarta sejak 2022 lalu.

"Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya," kata Reza seperti dikutip dari laman BRIN, Sabtu (18/10).

Reza lalu menjelaskan dugaan cemaran mikroplastik itu bisa berada di dalam air hujan yang turun dari langit. Menurutnya, partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," ujar Reza.

Menurut Reza, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Reza menilai fenomena itu terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Menurutnya mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan.

Proses ini, kata Reza dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

Dia menyatakan untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor.

Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang.

Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan.

(antara/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |