Samuel Sekuritas: IHSG Rontok di Sesi I, Terdampak Defisit APBN dan Koreksi Bursa Global

4 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok di sesi pertama perdagangan Jumat, 14 Maret 2025, seiring dengan melemahnya pasar global dan sentimen negatif dari defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sudah mencapai Rp 31 triliun dalam dua bulan pertama 2025. Berdasarkan catatan dari riset tim Samuel Sekuritas Indonesia, IHSG turun 1,57 persen ke level 6.542,7.

"Di dalam negeri, perdagangan di sesi pertama mencatatkan 208 saham menguat, 307 saham melemah, dan 237 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 4,1 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak 637.046 kali dan volume 74,1 juta lot," demikian yang tertulis dalam keterangan resmi Samuel Sekuritas, Jumat siang, 14 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak satu pun indeks sektoral yang mencatatkan penguatan pada sesi pertama hari ini. Indeks sektor teknologi (IDXTECHNO) menjadi yang paling tertekan, turun 1,3 persen setelah rentetan reli dalam beberapa hari terakhir. Koreksi ini dipicu oleh kejatuhan saham big tech, seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang anjlok 19,9 persen, serta WIFI (-9,8 persen) dan NINE (-9,4 persen).

Sektor properti (IDXPROPERT) juga mengalami tekanan dengan pelemahan 1,4 persen, diikuti sektor keuangan (IDXFINANCE) yang turun 1 persen. Saham blue chip seperti BBCA (-1,6 persen), TPIA (-2,5 persen), dan BREN (-0,8 persen) turut menyeret IHSG ke zona merah.

Meski di tengah pelemahan pasar, saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), yang merupakan pendatang baru di sektor tambang nikel, mencatatkan frekuensi transaksi tertinggi sebanyak 136.503 kali. Saham lain yang juga aktif diperdagangkan adalah AWAN (30.869 kali) dan WIFI (19.557 kali).

Dari segi volume perdagangan, saham GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) memimpin dengan 5,9 juta lot yang diperdagangkan, diikuti MINE (4,1 juta lot) dan BUMI (2,3 juta lot).

Kondisi pasar saham dunia turut menambah tekanan bagi IHSG. Wall Street ditutup melemah pada Kamis, 13 Maret 2025, dengan Dow Jones terkoreksi 1,30 persen, S&P 500 anjlok 1,96 persen, dan Nasdaq turun 1,39 persen. Sentimen negatif datang dari data inflasi yang masih menjadi momok bagi pasar, kebijakan perdagangan Donald Trump yang berpotensi memicu ketegangan ekonomi, serta ancaman government shutdown di AS.

Namun, meski pasar AS tertekan, indeks saham Asia justru menunjukkan perlawanan. Indeks Hang Seng melonjak 1,8 persen, Shanghai Composite naik 1,3 persen, dan Nikkei menguat 0,4 persen. Kospi dan STI tercatat stagnan.

Di tengah tekanan IHSG, beberapa saham berhasil mencatatkan lonjakan harga signifikan. Lima besar top gainer di sesi pertama hari ini adalah:

• KICI (+31,8 persen ke Rp149 per saham)

• SMIL (+21,3 persen ke Rp420 per saham)

• LPGI (+10 persen ke Rp352 per saham)

• PADI (+10 persen ke Rp55 per saham)

• WGSH (+10 persen ke Rp154 per saham)

Sebaliknya, saham-saham yang paling tertekan di sesi pertama ini antara lain:

• DCII (-19,9 persen ke Rp180.925 per saham)

• LIVE (-13,9 persen ke Rp198 per saham)

• SMDM (-13,5 persen ke Rp2.100 per saham)

• KSIX (-11,6 persen ke Rp212 per saham)

• INET (-11,5 persen ke Rp1.074 per saham)

Dengan sentimen negatif yang masih membayangi, tekanan terhadap IHSG diprediksi belum mereda dalam waktu dekat. Investor akan mencermati perkembangan global, terutama terkait kebijakan moneter AS dan dinamika ekonomi domestik, termasuk potensi dampak dari defisit APBN terhadap stabilitas fiskal Indonesia.

Pasar kini menanti langkah pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas pasar modal di tengah tantangan ekonomi global yang masih bergejolak.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |