Serba-serbi Keluhan Haji: Jemaah Tak Bisa Berangkat, Kegagapan Syarikah, hingga Nasi Keras

7 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Inspektur Jenderal Kementerian Agama Khairunnas mengatakan sebanyak 99.354 jemaah haji reguler Indonesia telah tiba di Arab Saudi, atau sekitar 48,57 persen dari total kuota jemaah reguler Indonesia tahun ini. Dia menyebut pemberangkatan bertahap akan terus berlangsung hingga menjelang puncak ibadah haji pada awal Juni nanti. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak pemberangkatan haji dimulai pada 3 Mei 2025 lalu, sejumlah permasalahan dalam pelaksanaan ibadah haji terus mencuat. Mulai dari permasalahan teknis seperti visa jemaah yang sulit keluar hingga keluhan soal sajian makanan. Keluhan itu muncul di tengah upaya Kemenag memperketat pengawasan layanan haji, baik di embarkasi Indonesia maupun saat jemaah tiba dan beribadah di Arab Saudi. 

Berikut serba-serbi permasalahan dan keluhan dalam pelaksanaan haji 2025:

Komnas Haji Soroti Kegagapan Pelaksanaan Syarikah

Ketua Komnas Haji Mustolih Siradj mengatakan sejumlah persoalan teknis serius dalam penyelenggaraan ibadah haji 2025. Salah satu masalah krusial yang disorot adalah ihwal penerapan sistem multisyarikah.  Jika sebelumnya hanya ada satu mitra penyelenggara layanan haji, kini ada delapan syarikah yang ditunjuk pemerintah. 

Ia menjelaskan, akibat perbedaan syarikah dalam satu kelompok terbang, sejumlah jemaah bahkan anggota keluarga bisa terpisah penginapan dan transportasinya di Tanah Suci. 

“Bayangkan satu keluarga yang sejak manasik sudah disiapkan jadi satu regu, tiba-tiba terpecah. Ini mengganggu, apalagi kalau jemaahnya lansia. Ada kekhawatiran mereka tidak bisa bertemu di sana karena beda syarikah,” ujar Mustolih saat dihubungi pada Kamis, 15 Mei 2025.

Multisyarikah merupakan sistem penyelenggaraan layanan ibadah haji yang ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Dengan sistem ini, layanan kepada jemaah diserahkan pada perusahaan profesional yang disebut syarikah. Di Madinah dan Makkah, jemaah juga tidak akan lagi dikelompokan berdasarkan kelompok terbang (kloter). 

Jemaah Terpisah dari Rombongan Jadi Masalah Paling Banyak Ditemukan

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M. Hanafi mengatakan laporan paling banyak diterima adalah terpisahnya pasangan suami istri atau anak dari orang tua, dan pendamping dengan jemaah lanjut usia.

"Serta ada juga beberapa jemaah disabilitas yang terpisah dengan pendampingnya,” kata dia sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama pada Kamis, 15 Mei 2025.

Namun, menurut Hanafi, kasus seperti ini hanya terjadi untuk beberapa orang saja. Dia menyebut secara umum dengan metode syarikah ini pengaturan jemaah haji lebih tertib. "Jemaah yang tahun ini berangkat bersama pasangannya, tidak terpisah oleh pendekatan kloter berbasis syarikah. Secara umum mereka tetap bersama baik saat di Madinah maupun Makkah," tuturnya. 

Banyak Visa Jemaah Bermasalah

Komnas Haji mencatat persoalan visa tahun ini jauh berbeda dengan tiga tahun terakhir, terutama pasca-pandemi. Tahun 2024, misalnya, dari total 241 ribu kuota, hanya 45 yang tak terserap. Hampir tak ada masalah visa. Tapi kini, menurut Mustolih, sejumlah jemaah bahkan tidak bisa berangkat karena visa tak keluar.

“Terjadi mismatch antara data pemerintah dengan pelaksanaan oleh syarikah. Satu kelompok penerbangan bisa diurus oleh beberapa syarikah. Ini harus jadi perhatian karena sangat teknis tapi berpengaruh besar terhadap kenyamanan jemaah,” ucapnya. Komnas Haji berharap masalah ini bisa dimitigasi segera sebelum gelombang kedua keberangkatan. 

Jemaah Keluhkan Nasi Keras Hingga Terlalu Pedas

Kementerian Agama (Kemenag) mengakui adanya sejumlah keluhan dari jemaah haji Indonesia mengenai makanan yang disediakan selama mereka menjalani ibadah haji di Arab Saudi. Salah satu yang paling banyak disoroti adalah tekstur nasi yang keras, rasa masakan yang terlalu pedas, hingga menu makanan yang dinilai kurang cocok bagi jemaah lanjut usia.

“Beberapa jemaah mengeluhkan tekstur nasi, rasa pedas, dan menu yang kurang cocok untuk lansia. Kami langsung minta pihak katering melakukan penyesuaian,” kata Inspektur Jenderal Kemenag Khairunnas dalam konferensi pers pada Jumat, 16 Mei 2025.

Keterlambatan Distribusi Koper

Keluhan lain yang juga muncul di Arab Saudi ialah keterlambatan distribusi koper jemaah dan pemisahan sementara anggota kloter. Khairunnas mengatakan hal tersebut langsung ditangani dengan penyesuaian akomodasi agar pasangan suami istri tetap sekamar dan lansia tetap mendapat pendampingan.

Kemenag menyatakan akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi berkala demi memastikan jemaah dapat menjalankan ibadah haji dengan tenang dan nyaman. “Petugas harus bekerja dengan semangat ibadah, bukan sekadar menjalankan tugas,” ujar Khairunnas.

Bea Cukai Arab Saudi Sita 100 Slof Rokok dari Bagasi Jemaah Haji Indonesia

Wakil Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara, Abdillah Muhammad, mengatakan petugas bea cukai Saudi Arabia menyita sebanyak 100 slof rokok dari bagasi jemaah haji Indonesia di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Arab Saudi.

Dia menyebut temuan ratusan rokok itu bukan yang pertama kalinya terjadi. “Kejadian ini bukan yang pertama, tapi jumlahnya yang terbesar sejauh ini,” ujar Abdillah sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama pada Kamis, 15 Mei 2025. 

Adapun rokok-rokok tersebut ditemukan dalam bagasi kelompok terbang JKG yang tiba pada pukul 04.30 waktu Arab Saudi. Setelah melewati pemeriksaan X-Ray, ujar Abdillah, petugas bandara mendapati sekitar 1.000 bungkus rokok yang tersebar di sembilan koper jemaah. Barang-barang kemudian tersebut langsung disita oleh otoritas bea cukai setempat.

Ada Temuan Virus MERS-CoV di Arab Saudi

Kementerian Kesehatan mengimbau para jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan menyusul laporan kasus infeksi virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) di Arab Saudi. 

MERS-CoV adalah penyakit pernapasan serius yang ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi, terutama unta, serta melalui droplet dari manusia ke manusia. Gejala awal meliputi demam, batuk, dan kesulitan bernapas, yang bisa berkembang menjadi komplikasi berat.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan sembilan kasus positif MERS-CoV yang terdeteksi antara 1 Maret hingga 21 April 2025. Delapan kasus ditemukan di Riyadh dan satu di Hail. Dua pasien di antaranya meninggal dunia.

“Meski kasus MERS-CoV ini tidak banyak dan saat ini dalam kondisi terkendali, para jemaah dan petugas haji harus tetap waspada,” kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Mohammad Imran yang melaporkan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 16 Mei 2025.

Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |