Viral Ajakan Tarik Uang di Bank BUMN Imbas Danantara, Apa Bahayanya?

1 day ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Ajakan untuk menarik uang tabungan di rekening bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tengah menghebohkan media sosial. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto.

Berdasarkan pantauan Tempo, Danantara menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan atau trending topic di X (Twitter) per Kamis, 20 Februari 2025 pukul 10.00 WIB. Ada sekitar 87.700 cuitan (tweet) atau unggahan yang dilakukan warganet berkaitan dengan sovereign wealth fund (SWF) atau dana investasi pemerintah tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mencurigakan dan mengerikan jika Danantara tidak bisa diperiksa @KPK_RI (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan @bpkri (Badan Pemeriksa Keuangan) ya, apalagi ada mantan napi koruptor BI (Bank Indonesia) di sana. Ayo pindahin uang kita dari bank BUMN,” tulis salah satu akun X @dr_alt*********, Kamis, 20 Februari 2025. Lantas, apa saja dampak dari penarikan uang di bank secara besar-besaran? 

Ragam Bahaya Penarikan Uang Massal di Bank

Melansir repo.darmajaya.ac.id, penarikan uang massal atau rush money merupakan suatu gerakan untuk menarik uang secara bersama-sama dari tabungan masing-masing dengan jumlah yang besar, atau bahkan ada juga yang mengambil uang yang berada di tabungan bank sampai tidak ada yang tersisa. 

Rush money, panic bank, atau juga disebut sebagai bank run bisa terjadi kapan saja, mulai dari akibat kesehatan bank, kondisi perekonomian, hingga lantaran kepercayaan nasabah yang hilang. Berikut beberapa dampak dari penarikan uang besar-besaran: 

1. Krisis Perbankan

Mengutip repository.metrouniv.ac.id, penarikan uang massal yang terjadi di sebuah bank bisa memicu krisis perbankan saat menjalar ke bank lainnya (contagious effect). Fenomena krisis perbankan telah menjadi permasalahan global dan beberapa kali terjadi, baik di negara maju maupun negara berkembang, terutama sejak era liberalisasi keuangan pada 1980-an dan 1990-an. 

Kemudian, mengacu pada International Journal of Business, Economics, and Law atau IJBEL (2021), ajakan untuk mencairkan uang massal akan membuat bank kekurangan uang tunai hingga akhirnya bangkrut. Bank akan mengalami gagal bayar karena simpanan nasabah sebenarnya diputar untuk penyaluran kredit. 

Dampak langsung dari rush money adalah lembaga perbankan akan mengalami kesulitan likuiditas yang besar, diikuti dengan kekurangan likuiditas perekonomian secara keseluruhan. Kondisi tersebut diperparah dengan melonjaknya suku bunga di pasar uang antarbank hingga ratusan persen. 

2. Kerugian Nasabah

Fenomena rush money juga berpotensi merugikan nasabah, karena menarik uang sebelum jatuh tempo, sehingga nilainya anjlok. Apabila nasabah terpancing dengan ajakan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan dapat menguntungkan pihak-pihak tertentu atau provokator dengan cara memanfaatkan fluktuasi nilai tukar dan indeks saham. 

3. Krisis Ekonomi

Dampak dari rush money juga akan meluas hingga membahayakan pelaku bisnis lainnya dan perekonomian, karena peredaran uang yang tidak lancar. Pemerintah kemudian akan berupaya agar dampaknya tidak merembet, sehingga dikhawatirkan terjadi resesi ekonomi yang lebih parah serta pemulihannya bisa membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. 

Pemerintah juga bisa saja mengambil kebijakan stabilisasi dan reformasi perbankan secara menyeluruh. Namun, jika penjaminan oleh pemerintah dilakukan saat keuangan tidak cukup, maka dapat menyebabkan beban fiskal yang sangat besar. Pemerintah terpaksa harus mencari sumber pendanaan lain, seperti utang, yang pada akhirnya akan menambah beban utang negara.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |