
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Suasana sakral dan penuh syukur menyelimuti kawasan Sendang Gemuling, Dukuh Karang, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Rabu (18/6/2025) pagi.
Ratusan warga dari berbagai usia memadati area sendang sejak pukul 06.00 WIB untuk mengikuti prosesi tradisi Nyadran. Tradisi yang juga dikenal sebagai Sadranan itu digelar sebagai wujud rasa syukur atas panen raya padi dan limpahan nikmat kesehatan serta keselamatan.
Kegiatan yang digelar setahun sekali ini menjadi warisan leluhur masyarakat Karang yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Uniknya, tradisi ini selalu dihelat pada hari Rabu Legi usai panen masa tanam kedua, bertepatan dengan datangnya musim kemarau.

Dalam prosesi Nyadran tersebut, warga membawa aneka sajian khas tradisional. Di antaranya nasi putih atau nasi gurih (uduk), lauk mie goreng, serundeng kelapa, ayam ingkung, kerupuk, peyek kacang atau peyek ikan, lalapan, pisang, dan kulupan lainnya. Semua hidangan itu ditata di atas tampah dari anyaman bambu atau wadah plastik.
Menu tersebut dikenal sebagai sego bancakan atau nasi berkat. Sebelum disantap bersama, nasi berkat itu terlebih dahulu didoakan bersama oleh warga dipimpin seorang tokoh agama. Barulah setelah itu, makanan dibungkus dengan daun jati lalu dibagikan dan dinikmati bersama.
Tokoh adat setempat, Mbah Harjo, menyampaikan bahwa tradisi Nyadran ini merupakan peninggalan para leluhur yang harus dilestarikan.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat yang hadir menjaga tradisi syukuran Nyadran ini. Semoga kita semua senantiasa diberi keselamatan, kesehatan, dan rezeki yang melimpah. Nyadran ini sudah menjadi adat turun temurun. Jangan diubah-ubah. Ini bagian dari jati diri kita. Setelah ini akan ada tradisi Dekahan Dusun di rumah saya pada Rabu Kliwon,” ujar Mbah Harjo dalam sambutannya.
Diketahui, tradisi Nyadran ini dulunya dipimpin oleh almarhum Mbah Admo Dimejo Sardi atau yang akrab dikenal sebagai Mbah Bayan Sepuh, tokoh yang sangat dihormati warga Karang. Kini, peran itu dilanjutkan oleh Mbah Harjo sebagai penerus adat dan tradisi.
Sementara itu, doa bersama dipimpin oleh Ustadz Warji. Dalam ceramahnya, ia mengajak warga untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah, termasuk sumber air yang terus mengalir di wilayah mereka.
“Atas syukuran bapak ibu hari ini, mari kita ucapkan Alhamdulillah dan membaca Al-Fatihah. Semoga Gusti Allah senantiasa memberi rezeki, kesehatan, dan nikmat atas hasil bumi serta sumber air yang kita miliki,” ungkapnya.
Tradisi Nyadran di Sendang Gemuling menjadi bukti bahwa budaya lokal masih hidup dan dijaga erat oleh warganya. Tak hanya sebagai wujud rasa syukur, tradisi ini juga menjadi perekat harmoni dan kebersamaan di tengah masyarakat pedesaan.
Huri Yanto
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.