TEMPO.CO, Jakarta - Komedi adalah kekuatan bagi Asri Welas, sekaligus belenggu yang membentuk persepsi terhadapnya di industri film. Selama lebih dari tiga dekade berkecimpung di dunia hiburan, Asri selalu diingat sebagai pemeran pendukung—terutama dalam peran-peran komedi. Karakter yang melekat pada Asri, justru membuatnya terus menerus mendapat peran yang itu-itu saja.
Kini, aktris sekaligus model kelahiran 7 Maret 1979 itu ditantang untuk tampil berbeda dalam film Sukma karya sutradara Baim Wong. Memadukan drama, thriller, dan horor, film ini mengangkat tema kecantikan perempuan. Meskipun nama tokoh yang ia perankan masih ditutup rapat, Asri mengaku mendapat tantangan besar untuk keluar dari zona nyaman, yaitu meninggalkan identitas komedinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ditemui Tempo pada Rabu, 22 Januari 2025 di kawasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, perempuan bernama asli Asri Pramawati itu juga menyoroti bagaimana industri film ikut membentuk standar kecantikan yang sempit, terutama untuk pemeran utama. Asri berbagi pandangannya mulai dari andilnya dalam film Sukma, standar kecantikan, hingga kungkungan peran dan keinginannya bermain dalam genre aksi.
Baim Wong menantang Anda untuk tampil tanpa ciri khas komedi dalam film Sukma. Apa perbedaan mencolok dari peran-peran sebelumnya?
Biasanya setiap film kan aku seperti itu ya, humoris, penuh dengan gestur, slapstick, ekspresi, sehingga penonton menerima komedi. Jadi, kalau ada asimilasi film, pasti sesi komedi ada di Asri. Tapi berbeda sama film ini, justru Baim Wong menantang aku untuk nggak boleh banyak gerak, nggak boleh slapstick, nggak boleh ekspresi berlebihan. Nah, sementara komedi tuh di situ semua. Aku ada di industri ini adalah ketika aku muncul—penuh tawa kan? Tapi di sini, dia (Baim) menginginkan yang berbeda.
Film Sukma berkisah tentang sebuah cermin kuno dan topik kecantikan perempuan yang menjadi premis utama. Ini jadi alasan lain untuk mengambil peran tersebut?
Sebenarnya, persepsi tentang cantik itu selalu kesempurnaan yang muncul. Seperti kulit putih, badan bagus, tinggi langsing, rambut hitam terurai. Nah, kenapa tema ini aku juga suka? Karena aku sebagai perempuan, tidak berada dalam kategori yang aku bilang tadi. Jadi cantik itu bukan melulu soal bagaimana kulitmu, bagaimana penampilanmu, bukan.
Kenapa film ini jadi menarik untuk aku? Persepsi orang masing-masing tentang kecantikan itu berbeda ya. Jadi, kecantikan itu industri? Iya. Karena dengan bilang kamu menjadi cantik, akhirnya semua orang berbondong-bondong, apalagi perempuan. Pengen ikut di dalam grup itu, pengen dibilang cantik. Tapi lagi-lagi, dunia bilang cantik itu ada stereotipnya. Nah, itu dalam film ini digali.
Kalau di industri film Tanah Air, bagaimana Asri melihat standar kecantikan saat ini? Terutama untuk pemeran utama.
Sekarang ada banyak sekali film-film Indonesia, pemeran utamanya ada yang nggak cantik juga. Salah satunya seperti Imperfect (2019) karya Ernest Prakasa. Menurut aku, sekarang industri film sudah semakin pintar. Produser, sutradara sudah semakin sadar juga. Tidak semua pemeran utamanya cantik atau ganteng. Mereka lebih memilih yang berkarakter, menjadi dirinya sendiri. Itu yang bikin aku senang.
Anda lebih dikenal sebagai aktris pendukung di film-film komedi. Meskipun punya kemampuan akting yang mumpuni, mengapa Anda jarang mendapat kesempatan menjadi pemeran utama?
Itu dia. Jadi, kalau pemeran itu ada stereotipnya. Kalau yang kocak, ambil Asri Welas. Nanti pasti kocak banget. Beberapa sutradara bilang sama aku, kenapa suka sama Asri Welas? Karena dari skenario yang diberikan, itu bisa dikembangkan dan menjadi karakter yang berbeda di setiap peran. Misalnya, lucunya tidak itu-itu saja.
Tapi, sekarang aku bukan cuma lucu-lucu aja yang aku ambil perannya. Jadi, contohnya di film Guru-Guru Gokil (2020). Di situ aku menjadi sesuatu yang lain. Aku juga bilang sama beberapa sutradara yang sudah mulai berani menawarkan aku untuk karakter yang nggak lucu. Jadi, kesempatannya untuk aku itu sering terbatas. Yang ditawarkan kadang-kadang itu lagi, itu lagi. Tapi, sebisa mungkin ketika di film-film dengan karakter lucu, aku memunculkan sisi yang berbeda.
Jika mendapat kesempatan sebagai pemeran utama dengan karakter yang lebih menarik, Anda ingin bermain dalam film seperti apa?
Mudah-mudahan bisa main film aksi. Jadi pembunuh. Atau orang dengan gangguan jiwa. Pengen aku. Cuma mudah-mudahan kesempatannya ada ya.
Apakah ada aktor atau aktris yang menjadi pemantik untuk berperan di film aksi?
Zendaya. Main action bisa, love story bisa, nyanyi juga bisa.