TEMPO.CO, Jakarta - Berlibur seharusnya menyenangkan. Secara umum, liburan menjadi kegiatan yang disukai guna mengisi ulang tenaga serta melepas penat dari kesibukan sehari-hari. Namun, banyaknya pelancong di waktu dan tempat yang sama sering kali membuat stres, terutama di destinasi wisata populer yang menghadapi permasalahan overtourism atau pariwisata berlebih.
Melansir Metro.co.uk, sebuah studi oleh Dipndive mengungkapkan 10 kota paling tidak ramah bagi serta membuat stres wisatawan tapi masih menarik perhatian banyak pelancong. Perusahaan yang bergerak dalam bidang scuba diving dan snorkeling ini mengamati berbagai faktor penyebab pengalaman berlibur kurang menyenangkan, di antaranya jumlah wisatawan, luas wilayah, total penduduk, tingkat kebisingan, kualitas udara (AQI), harga restoran, biaya transportasi tarif taksi, dan indeks kejahatan. Simak daftarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Las Vegas, Nevada, AS
Las Vegas meraih posisi pertama dengan skor 95. Kota yang dijuluki Sin City ini menghadirkan hotel-hotel mewah, kasino raksasa, hingga hiburan kelas dunia. Di balik kemewahan yang ditawarkan, pelancong harus membayar kebutuhan dengan harga mahal. Kemudian, kepadatan ekstrem dengan 187 ribu pengunjung per 100 ribu penduduk, disertai tingkat kebisingan tinggi, membuat stres.
2. San Fransisco, California, AS
Daerah yang dikenal sebagai Kota di Tepi Teluk ini populer didatangi turis yang ingin mampir ke Jembatan Golden Gate, Pulau Alcatraz, dan Painted Ladies. Tapi, San Fransisco mendapat nilai gabungan sebesar 93 karena pengunjung menghadapi kerumunan yang padat, kualitas udara buruk, serta biaya restoran tinggi.
3. New York, AS
New York adalah salah satu tempat wisata utama pelancong. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di Big Apple, termasuk melihat landmark terkenal seperti Patung Liberty, Central Park, dan Times Square. Karena banyaknya turis berkunjung, membuat tingkat kebisingan kota ini juga tinggi.
4. London, Inggris
Dalam daftar, Ibu Kota Inggris, London memperoleh skor sebanyak 85, tingginya angka disebabkan oleh harga hidup termasuk mahal, biaya transportasi umum sebesar £2,82 atau Rp 59.000 per tiket dan makan di luar seharga £20,76 atau Rp437.000.
5. Los Angeles, California, AS
Pantai indah, cuaca menyenangkan, serta kemeriahan industri film menjadi alasan pelancong memilih Los Angeles sebagai lokasi liburan. Sayangnya, popularitas tersebut merusak kualitas udara, tingkat AQI harian mencapai 116. Hal itu menyebabkan aktivitas luar ruangan menjadi kurang nyaman.
6. Zurich, Swiss
Zurich adalah kota yang menawarkan liburan layaknya di negeri dongeng. Tapi, harga keperluan untuk sehari-hari tergolong mahal. Kebutuhan pokok turis seperti makanan sebesar €26,44 setara Rp 468.000 dan transportasi sebesar €4,65 atau Rp 82.000 per tiket.
7. San Diego, California, AS
San Diego populer di kalangan wisatawan karena banyak pantai dan wisata populer, diantaranya San Diego Zoo Safari Park, SeaWorld San Diego, serta Legoland California. Karena hal itu, kota di California tersebut menarik perhatian banyak pelancong. Studi itu melaporkan tingkat kebisingan tinggi serta kualitas udara di level sedang.
8. Milan, Italia
Di posisi delapan ada Milan dengan skor 73. Kota di Italia ini dikenal sebagai ibu kota mode dan desain global. Milan juga populer karena arsitekturnya yang ada dari abad pertengahan hingga kontemporer, misalnya Katedral Duomo. Tetapi, landmark serta pengaruh budaya berkontribusi terhadap kepadatan dan tingkat kejahatan di sini.
9. Portland, Oregon, AS
Portland adalah kota terbesar di negara bagian Oregon. Terkenal karena budayanya dinamis dengan perpaduan unik antara alam dan perkotaan. Namun, kota tersebut memiliki nilai sebesar 72 karena tingkat kejahatan tinggi. Selain itu, wilayah yang dijuluki sebagai Kota Mawar cukup padat dikunjungi wisatawan.
10. Paris, Prancis
Paris dengan skor gabungan sebanyak 71 menempati urutan kesepuluh dalam tingkat stres. Kota Cinta ini terkenal sibuk selama 24 jam berturut-turut dan harus menghadapi kepadatan wisatawan tertinggi sebanyak 273 ribu turis per 100 ribu penduduk.
NIA NUR FADILLAH | METRO.CO.UK