3 Hal Unik Film Pirate Queen: Zheng Yi Sao dari Artificial Intelligence

5 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Film produksi bersama Malaysia dan Singapura bertajuk Pirate Queen: Zheng Yi Sao, telah resmi diluncurkan pada 24 April 2025 di TGV KLCC, Kuala Lumpur. Bukan sekadar film sejarah, Pirate Queen menjadi perbincangan karena diklaim sebagai film panjang pertama di dunia yang seluruh visualnya dihasilkan oleh artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan. 

Dilansir dari berbagai sumber, berikut tiga hal menarik dari proyek film ini.

  1. Film Pertama yang Seluruh Dihasilkan AI

Dilansir dari laman MalayMail, film berbahasa Mandarin yang disutradarai serta diproduksi oleh Future Studios (Malaysia) dan FizzDragon (Singapura), Pirate Queen dibuat dengan konten yang sepenuhnya dihasilkan AI-generated content atau AIGC, menggunakan teknologi machine learning, computer vision, dan natural language processing. Proyek ini berkolaborasi bersama kreator internasional dari 12 negara. Tim produksi menggunakan alat bantu AI untuk pembuatan adegan, penyuntingan naskah, animasi, dan pascaproduksi.

  1. Berdasarkan Kisah Nyata

Dinukil dari laporan The Independent SG, Pirate Queen: Zheng Yi Sao menceritakan kisah nyata Zheng Yi Sao alias Ching Shih, seorang perempuan dari keluarga nelayan di Guangdong yang sempat dipaksa menjadi pekerja seks. Hidupnya berubah ketika ia menikah dengan pimpinan bajak laut Zheng Yi. Setelah suaminya wafat, Zheng Yi Sao mengambil alih kepemimpinan armada Red Flag Fleet dan menjadi salah satu bajak laut perempuan paling sukses dalam sejarah.

  1. AI sebagai Alat Bantu

Dalam peluncuran resmi di TGV KLCC, Kuala Lumpur, Presiden Future Studios sekaligus produser eksekutif film, Profesor Yoki Chin, mengatakan bahwa film ini membuktikan kemungkinan produksi film dengan visual yang sepenuhnya dihasilkan AI. Ia menyebut ini sebagai permulaan era baru perfilman, di mana AI menjadi alat untuk penceritaan budaya, inovasi, dan narasi inklusif. “Ini adalah awal dari era baru dalam pembuatan film di mana AI menjadi alat untuk bercerita tentang budaya, inovasi, dan narasi yang inklusif,” kata Chin seperti yang dikutip dari laporan CNA Style

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Chin menambahkan, karya-karya selanjutnya bisa saja hanya sebagian menggunakan AI atau sepenuhnya seperti film ini, dan akan terus mengalami penyempurnaan.

“Karya kami selanjutnya, baik yang menggunakan AI hanya sebagian, atau sepenuhnya seperti yang satu ini, akan terus menjadi lebih baik,” katanya “Artificial Intelligence bukan untuk menggantikan kita, tapi untuk memberi lebih banyak pilihan dalam berekspresi secara kreatif.”

Setelah pemutaran perdana, Chin mengumumkan bahwa Pirate Queen: Zheng Yi Sao dijadwalkan tayang di bioskop pada Juni atau Juli tahun ini. Namun belum diketahui apakah penayangannya akan ada di Indonesia. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |