TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan pengemudi ojek online (ojol), taksi online (taksol), dan kurir menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, pada Senin, 17 Februari 2025.
Aksi yang diikuti dengan mogok kerja tersebut bertujuan untuk menyuarakan berbagai tuntutan terkait kesejahteraan para pengemudi daring. Salah satu tuntutan utama dalam demonstrasi kali ini adalah kepastian pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan platform penyedia layanan transportasi online.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pengemudi yang tergabung dalam Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), menuntut Kementerian Ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa perusahaan aplikasi seperti Gojek, Grab, dan lainnya memberikan THR kepada mereka, yang selama ini belum menjadi kewajiban perusahaan.
Hal ini disebabkan oleh status hubungan kerja pengemudi yang tidak dianggap sebagai karyawan tetap, melainkan mitra kerja dalam sistem kemitraan dengan platform aplikasi.
Di balik konflik dan tuntutan tersebut, ada tiga pelopor utama yang telah mengubah wajah transportasi di Indonesia, yakni Uber, Gojek, an Grab. Ketiga perusahaan ini tidak hanya berperan sebagai penyedia layanan, tetapi juga telah membentuk ekosistem baru dalam industri transportasi.
Uber
Uber adalah perusahaan asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai pelopor ride-hailing secara global. Didirikan pada 2008 oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp di Paris, Uber pertama kali beroperasi di New York pada 2010 sebelum akhirnya melebarkan sayapnya ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Uber masuk kdonesia pada 13 Agustus 2014 dengan layanan transportasi roda empat di wilayah Jakarta, terutama di kawasan CBD Kuningan dan Sudirman. Keunggulan utama Uber adalah teknologinya yang canggih, tarif kompetitif, serta pengalaman pengguna yang nyaman.
Model bisnis Uber yang berbasis aplikasi juga menarik banyak investor dan menjadikannya sebagai salah satu perusahaan ride-hailing terbesar di dunia. Namun, kehadiran Uber di Indonesia tidak berlangsung lama.
Pada 2018, Uber mengalami kesulitan dalam bersaing dengan Gojek dan Grab yang lebih agresif dalam menawarkan promo dan ekspansi layanan. Akhirnya, Uber memutuskan untuk menjual operasionalnya di Asia Tenggara kepada Grab dengan imbalan kepemilikan 27,5 persen saham di perusahaan tersebut. Dengan akuisisi ini, seluruh layanan Uber di kawasan tersebut dihentikan, dan aplikasinya resmi ditutup pada 8 April 2018.
Gojek
Gojek adalah perusahaan teknologi asal Indonesia yang menjadi pelopor layanan ojek online di Tanah Air. Didirikan oleh Nadiem Makarim pada 13 Oktober 2010, Gojek awalnya beroperasi sebagai layanan pemesanan ojek melalui call center. Saat itu, ojek online belum dikenal luas dan masyarakat masih bergantung pada ojek pangkalan.
Perubahan besar terjadi ketika Gojek meluncurkan aplikasi mobile untuk Android dan iOS pada Januari 2015. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat memesan layanan transportasi dengan lebih mudah, dan jumlah pengemudi Gojek pun meningkat pesat.
Dalam waktu singkat, layanan ini menjadi fenomena nasional. Keberhasilannya menarik perhatian investor, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri ride-hailing.
Gojek tidak hanya menyediakan layanan transportasi, tetapi juga memperluas ekosistemnya dengan menghadirkan layanan pengiriman makanan (GoFood), kurir (GoSend), belanja (GoMart), hingga jasa kebersihan dan pijat. Dengan inovasi ini, Gojek berkembang menjadi superapp pertama di Indonesia dan menjadi startup decacorn dengan valuasi lebih dari 11 miliar dolar AS pada 2019, atau setara Rp 178 triliun.
Grab
Grab yang awalnya bernama GrabTaxi merupakan perusahaan ride-hailing yang didirikan oleh Anthony Tan di Malaysia pada 2012. Awalnya, Grab hanya menyediakan layanan taksi berbasis aplikasi, tetapi kemudian berekspansi ke layanan ojek online dengan meluncurkan GrabBike di Vietnam pada Oktober 2014.
Grab mulai beroperasi di Indonesia pada pertengahan 2014, dan layanan GrabBike secara resmi diluncurkan di Indonesia pada Mei 2015. Dengan dukungan dana besar, Grab mampu bersaing dengan Gojek melalui strategi promosi agresif, termasuk tarif promo Rp5.000 per perjalanan, yang lebih murah dibandingkan Gojek saat itu. Hal ini membuat GrabBike dengan cepat mendapatkan basis pengguna yang besar.
Seiring waktu, Grab berkembang menjadi eperti Gojek, menawarkan layanan pengiriman makanan (GrabFood), pengiriman barang (GrabExpress), hingga layanan keuangan digital. Grab bahkan menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara, dengan valuasi mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp 162 triliun.
Persaingan ketiga perusahaan ini membuktikan bahwa industri ride-hailing di Indonesia terus berkembang dengan cepat. Mereka juga mendukung berbagai perusahaan rintisan lain yang turut meramaikan industri ini pada 2015-an.
Dengan inovasi yang terus berlanjut, ojek online kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai solusi digital dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Rizki Dewi Ayu dan Khumar Mahendra turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.