TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang Demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap belakangan ini menjadi perhatian publik, termasuk di media asing. The Star, media asal Malaysia, menggambarkan unjuk rasa itu sebagai bentuk protes rakyat Indonesia terhadap situasi terkini atas kebijakan Prabowo dan mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi terkini di Indonesia terwujud dalam sejumlah gerakan yang memprotes kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan pendahulunya," kata laporan The Star, Selasa, 18 Februari 2025.
Sebelumnya, sejumlah elemen mahasiswa menggelar puncak demo “Indonesia Gelap” pada Kamis, 20 Februari 2025. Aksi tersebut merupakan lanjutan dari demonstrasi yang sebelumnya berlangsung di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat pada Senin, 17 Februari 2025.
Tentang Aksi Indonesia Gelap
1. Demo Terpusat
Demo yang digelar pada Kamis, 20 Februari 2025 merupakan aksi terpusat nasional setelah masa Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar unjuk rasa serentak di masing-masing daerah, termasuk Jakarta. Selain di Jakarta, demo mahasiswa terjadi di sejumlah daerah, seperti Bandung, Lampung, Surabaya, Malang, Samarinda, Banjarmasin, Aceh, dan Bali.
Aliansi BEM SI menggagas aksi ini untuk menyuarakan kekhawatiran serta kekecewaan terhadap kebijakan negara di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Situasi negara dinilai sudah “makin gelap” akibat kebijakan-kebijakan yang ada.
2. Bertepatan Pelantikan Kepala Daerah
Koordinator Pusat Aliansi BEM SI, Herianto, mengatakan pemilihan tanggal puncak aksi karena bertepatan dengan pelantikan kepala daerah terpilih, yakni pada 20 Februari 2025. Sebanyak 481 kepala daerah akan dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada hari itu di Istana Negara Jakarta.
Mahasiswa, kata Herianto, ingin memperingatkan kepala daerah terpilih tanggung jawab moral untuk menghadirkan keadilan bagi masyarakat. "Jadi bebannya bukan pemerintah pusat saja. Pemerintah daerah juga harus berpikir posisi di sana," kata Herianto saat dihubungi, Selasa, 18 Februari 2025.
3. Mengadili Jokowi
Salah satu tuntutan yang dibawa masa BEM SI adalah mengadili mantan presiden ketujuh, Joko Widodo atau Jokowi. “Kami menilai terdapat andil Jokowi dalam kegagalan pemerintahan ini,” ucap Herianto pada Selasa, 18 Februari 2025.
Gabungan Mahasiswa dari Aliansi Semarang Menggugat menggelar aksi Indonesia Gelap di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, 18 Februari 2025. Tempo/Budi Purwanto
Herdiansyah juga menjelaskan bahwa cara pemerintahan Prabowo dalam menjalankan negara tidak jauh berbeda dari kebijakan yang diterapkan oleh Jokowi. Oleh karena itu, tuntutan mahasiswa saat ini dianggap sebagai dampak dari berbagai kebijakan yang diwariskan pemerintahan sebelumnya.
4. Mensesneg Temui Mahasiswa
Menteri Sekretaris Negara atau Mensesneg Prasetyo Hadi menemui mahasiswa dalam Aksi Indonesia Gelap pada Kamis, 20 Februari 2025. Pada kesempatan itu, ia menandatangani draf tuntutan mahasiswa sebagai bentuk negara menerima dan akan mempelajari tuntutan yang diajukan.
“Mari kita berdiskusi yang konstruktif berikan masukan terhadap terhadap poin-poin yang pihak saudara tuntut,” kata Prasetyo dalam di atas mobil komando.
Prasetyo juga menyatakan akan meminta perwakilan dari setiap organisasi untuk mengadakan audiensi. Setelahnya, barulah pemerintah akan menetapkan kebijakan yang sesuai dengan tuntutan mahasiswa.
5. Massa Aksi Menang
BEM SI menyatakan telah menang saat Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menemui massa aksi di Jalan Merdeka Barat pada Kamis, 20 Februari 2025. Sebelumnya Koordinator Pusat BEM SI Herianto mengatakan unjuk rasa ‘Indonesia Gelap’ akan berakhir hingga pihak Istana Negara menemui massa aksi.
Kehadiran Mensesneg itu menghentikan amarah mahasiswa yang sebelumnya sempat mendorong barrier beton saat unjuk rasa berlangsung. Sebagai perwakilan pemerintah, Prasetyo menandatangani draf tuntutan mahasiswa dalam aksi bertajuk Indonesia Gelap itu. Dia mengatakan tanda tangan tersebut sebagai bentuk negara menerima dan akan mempelajari tuntutan yang diajukan.
Alif Ilham Fajriadi, Hammam Izzuddin, Raden Putri Alpadillah Ginanjar, dan Rizki Dewi Ayu berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Sumpah Mahasiswa dan Lagu Darah Juang Bergaung dalam Aksi Indonesia Gelap