9 Poin Menarik Pidato Megawati Terbaru

5 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri saat menghadiri Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 pada Kamis malam, 8 Mei 2025, menyampaikan sejumlah berbagai isu di Tanah Air, mulai perpolitikan, ihwal konservasi, revisi undang-undang atau RUU, hingga nasi goreng.

Adapun kegiatan ini diikuti oleh 232 desa wisata dari berbagai kabupaten/kota yang dipimpin oleh kader PDIP di seluruh Indonesia. Presiden Kelima RI itu tampak mengenakan pakaian berwarna merah dan didampingi putranya yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat atau DPP PDIP, M. Prananda Prabowo dan istrinya, Nancy Prananda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut poin-poin yang disampaikan Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya di penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025.

1. Sebut Partainya Babak Belur di Pemilu 2024 dan Singgung Ada yang Main Dua Kaki

Megawati mengakui partainya babak belur dalam Pemilu 2024. Menurut dia, salah satu penyebab utama kekalahan PDIP adalah adanya perpecahan di basis daerah pemilihan, yang seharusnya menyumbang suara terbesar. Megawati juga menyinggung ada pihak yang bermain dua kaki. Istilah ini merujuk pada pihak yang berada di dua kubu.

“Tapi kalau kaliannya melempem ya enggak menang. Apa buktinya, saya lihat, gila deh, tempat yang seharusnya kami dulang, itu dipecah-pecah. Enggak usah diomongkan. Saya kan ketua umum, tahu saya. Waduh, yang itu kakinya dua. Gila,” ujarnya tanpa menyebutkan siapa sosok di balik yang ia maksud memecah belah suara PDIP.

2. Sebut PDIP Tetap Jadi Nomor Satu Berkat Pertolongan Rakyat

Melihat kekalahan di depan mata saat itu, Megawati mengatakan ia terus berdoa dan minta petunjuk Tuhan. Megawati berdoa bahwa pihaknya membangun partai demi bangsa negara. Bukan untuk mencari kekuatan dan uang belaka. Berkat doa itu, kata Megawati, rakyat menolong PDIP dan menjadikannya tetap partai nomor satu.

Alhasil, meski babak belur di Pemilu, putri Presiden Pertama RI Sukarno itu mengatakan PDIP masih meraup kemenangan di tingkat kabupaten dan kota. Ia lalu menyimpulkan PDIP bisa bertahan berkat pertolongan rakyat, bukan dari kader partai. Sehingga, ujar Mega, sepanjang rakyat mencintai PDIP, mereka bisa solid bergerak.

“Provinsi yang dihantam, dap dap dap!. Saya perhatikan, di bawahnya ditahan. Naik. Coba lihat aja hasil-hasilnya,” ujarnya.

3. Bantah Tudingan Pernah Jual Pulau di Indonesia

Dalam kesempatan itu, Megawati membantah tudingan yang menyebutnya pernah menjual pulau di Indonesia. Megawati memang didesuskan menjual pulau seiring lepasnya Pulau Ligitan dan Sipadan dan menjadi milik Malaysia saat era pemerintahannya. Menurut ibunda Ketua DPR RI Puan Maharani ini, tudingan tersebut disampaikan oleh seorang laki-laki yang tak ia sebutkan namanya.

“Kan Bu Mega Cuma memimpin tiga tahun, sudah gitu jual pulau,” kata Ketua Umum PDIP itu menirukan tudingan yang ia maksud.

Adapun kedua pulau itu menjadi milik Malaysia setelah Indonesia kalah di persidangan internasional. Kedua pulau itu menjadi rebutan kedua negeri jiran ini sejak 1960-an. Megawati tidak terima dengan tuduhan tersebut, sebab menurutnya ia justru memberikan kontribusi besar saat memimpin. Terutama periode krisis moneter pada 1998 hingga 1999. Megawati mengklaim saat dirinya menjabat sebagai presiden telah membetulkan ekonomi.

“Kapan saya jualan pulau? Saya membetulkan ekonomi,” ujarnya kemudian.

4. Klaim Kebijakannya Mampu Lunasi Utang Negara dari IMF

Ia juga mengatakan berkat kebijakannya saat jadi presiden, Indonesia dapat penghargaan karena mampu melunasi utang negara dari International Monetary Fund atau IMF. Ia pun meminta agar rakyat melihat rekam jejak hasil kepemimpinannya, bukan hanya saat sekarang ketika ia sudah lengser. Ia juga enggan dianggap sebagai provokator ketika menyampaikan kritik untuk pemerintahan yang sedang berjalan.

Megawati mengatakan bahwa sebagai presiden, dirinya menghadapi situasi yang amat berat saat itu, termasuk mengurus kredit macet lebih dari 300 ribu debitur dalam skema Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). “Itu stafnya hebat. Kalau tidak bisa bayar, gampangnya dia harus masuk penjara,” ungkap Megawati.

5. Sebut Bali Tak Boleh Dikonversi

Dalam pidatonya, Megawati juga menyatakan bahwa Bali memiliki tanah yang subur, sehingga tidak boleh di konversi karena milik negara. Awalnya ia menjelaskan dirinya meminta kepada Wayan Koster dan Wakilnya Bali I Nyoman Giri Prasta untuk melakukan focus grup discusion (FGD).

“Untuk apa? Sebelum saya memilih Pak Koster, Gubernur beliau, Wakil, saya bilang, kamu tidak akan saya jadikan kalau kamu tidak bisa membuat FGD. FGD itu sebuah pertemuan dari yang namanya banyak sekali. Ada organisasi, ada dari pengusahalah, macam-macam,” kata Megawati, dikutip Antara.

Megawati kemudian menyebut bahwa Bali memiliki tanah yang subur. Kemudian dirinya meminta agar tanah Bali tidak dikonversi. “Apa artinya dikonversi? Tidak boleh diubah. Dia adalah milik negara untuk rakyat. Bisa mengolah, mencari makannya. Ngerti? Awas tidak ngerti dan tidak dilaksanakan. Kalau Bali saja bisa, masak lain daerah tidak bisa,” ujarnya.

6. Sebut WNA Tak Boleh Semena-mena di Bali

Megawati juga menegaskan bahwa Warga Negara Asing (WNA) juga tidak boleh semena-mena di Bali. Presiden ke 5 RI itu juga mencontohkan sejumlah WNA berkasus di Bali, dan memerintahkan Giri untuk melakukan deportasi. Dia heran jika ada WNA yang berlaku sembarangan di Bali.

“Saya suruh dia deportasi. Boleh tanya sama Pak Giri. Betul? Seketika. Pulangkan dia. Kita sama juga. Kalau pergi ke luar negeri, ada tata acaranya. Ada tata acaranya. Berpakaian kita juga. Mesti kayak apa,” jelas Megawati.

7. Sebut Gonta-ganti Kebijakan Seiring Pergantian Presiden Seperti Poco-Poco

Megawati juga menyoroti cepatnya pergantian kebijakan setiap jabatan presiden berakhir. Ia bahkan mengibaratkan hal tersebut sebagai tari Poco-poco yang identik dengan irama cepat. Menurut dia, pemerintahan akan berjalan lebih efektif bila pergantian kebijakan tidak selalu dilakukan saat presiden berubah. Ia berpendapat para pejabat negara masih bisa mengimplementasikan kebijakan pemimpin sebelumnya.

“Ganti menteri, ganti presiden, ya jangan langsung ganti aturan. Sudah ada yang mau dijalankan, terus diganti, itu bagaimana?” kata Presiden RI ke-5 tersebut. Melihat pola yang terus berulang itu ia mengaku sedih. “Gawat republik ini. Maunya itu apa, aturan bolak-balik gonta-ganti. Saya bilang seperti menari poco-poco,” ujar Megawati saat berpidato dalam Trisakti Tourism Award di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.

8. Soroti RUU Pemilu, Tidak Boleh Ubah Subtansi Demokrasi

Megawati juga menyoroti revisi Undang-Undang (UU) Pemilu yang akan dibahas di DPR. Menurutnya, ia belum mengetahui jika akan ada revisi UU lainnya. “Ini mau berubah pula Undang-Undang Pemilu. Saya belum tahu,” kata Megawati.

Megawati memperingatkan agar revisi UU Pemilu tidak boleh dilakukan hanya untuk mengubah substansi demokrasi. Pasalnya, jika hal ini dilakukan maka demokrasi nilainya bisa terlihat hanya dari materi.

“Tapi please niatnya negara untuk melakukan pemilu itu bukan untuk mencari seseorang akhirnya membeli kekuasaan,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua DPR RI menyatakan pembahasan RUU tentang Pemilu masih melihat situasi di lapangan terlebih dahulu. Apalagi saat ini Komisi II DPR masih fokus akan membahas rancangan undang-undang (RUU) tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Ini juga sedang kita lihat situasi di lapangan ya setelah hari-hari ini,” ucap Puan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Mei 2025.

9. Singgung Lagi Soal Nasi Goreng

Megawati juga kembali menyinggung nasi goreng saat menghadiri acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025. Dalam pidatonya, ja menyebut Presiden Prabowo Subianto minta dimasakkan nasi goreng olehnya. Awalnya, Megawati mengungkapkan bahwa dirinya bisa menjadi koki atau chef.

“Saya jelek-jelek gini, kalau saya daftar sebagai chef pasti diterima. Betul loh. Itu nggak bohong loh. Biar gimana aja, masa aku sudah Presiden ke-5, sudah gitu ketua umum partai, terus suruh masakin masak-masak, terus ngasih kamu, ya tidaklah. Masa masakin buat kalian,” kata Megawati.

Setelah itu, Megawati mengaku Presiden Prabowo sering bertanya dan meminta dimasakkan nasi goreng olehnya. “Yang masih nanya terus tuh tahu nggak sopo? Rahasia ya. Siapa? Hayo, Presiden bolak-balik nanya ‘Kapan aku dibikinin nasi goreng Mbak ya’. Yo Presiden sopo yo? Terang aja dah,” ujarnya.

Megawati menyatakan bahwa Prabowo merasa senang ketika dimasaki nasi goreng. Megawati kemudian berkelakar kepada kader PDIP siapa yang mau dimasakkan nasi goreng. “Itu senang banget loh, nanti tak, siapa mau nasi goreng Ibu Mega? Yo tapi bayar loh. Gimana nggak bayar, masa saya selalu dalam posisi tertekan,” ucap Megawati.

Sebelumnya, Megawati menegaskan bahwa dirinya tidak bermusuhan dengan Presiden Prabowo. Hal tersebut disampaikan Megawati dalam pidato politiknya saat acara HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Jumat, 10 Januari 2025.

Megawati ketika itu mengungkit momen dirinya memasak nasi goreng untuk Prabowo. Momen itu diketahui terjadi ketika Prabowo bertamu ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, pada 24 Juli 2019.

“Dia senang saya masakin nasi goreng, sudah lama. Ada yang ngomong minta nasi goreng, loh aku ae lagi mumet, banyak anak-anakku yang tidak jadi. Emangnya tidak boleh? Boleh, tapi prinsip aku nang kene, situ rame yang rusuhi. Kalau perlu enggak ketemu,” ungkap Megawati.

Dian Rahma Fika dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |