Bank Mandiri Prediksi Inflasi Naik hingga Akhir Tahun ke Level 2,38 Persen

1 week ago 20

TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Kepala Ekonom (Office of Chief Economist) Bank Mandiri memprediksi inflasi akan meningkat secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini merespons laporan Badan Pusat Statistik (BPS) soal inflasi tahunan sebesar 1,03 persen per Maret 2025, berbalik dari posisi deflasi 0,09 secara tahunan pada Februari tahun ini. 

“Faktor yang mempengaruhi adalah tekanan harga pangan musiman dan risiko eksternal yang berkelanjutan,” seperti dikutip dari Daily Economic and Market Review Kantor Kepala Ekonom Bank Mandiri dalam Daily Economic Review, Kamis, 10 April 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kantor Kepala Ekonom Bank Mandiri menyebut harga pangan, salah satunya beras meningkat di seluruh tingkat distribusi pada Maret 2025. Hal ini didukung data BPS yang mencatat harga beras di tingkat penggilingan naik 0,81 persen (mom), tingkat grosir naik 1,12 persen (mom), dan di tingkat eceran naik 0,55 persen (mom). Karena itu, peran pemerintah dianggap penting untuk menjaga distribusi pangan dan stabilitas harga. 

Tak hanya itu, tarif 32 persen dari Pemerintah Amerika Serikat juga dianggap akan meningkatkan ketegangan perdagangan dan mengganggu rantai pasok. “Secara keseluruhan, kami mempertahankan perkiraan inflasi akhir 2025 pada 2,38 persen,” seperti dikutip dari kajian harian tersebut. 

Pada Selasa lalu, Bank Indonesia (BI) telah menyatakan akan menjaga stabilitas harga dan sinergi dalam mengendalikan inflasi dengan pemerintah yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan di berbagai daerah.

“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Maret 2025. 

BI menilai Inflasi inti tetap terjaga rendah. Inflasi inti pada Maret 2025 tercatat 0,24 persen secara bulanan, relatif stabil dari realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25 persen. Perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global dan kenaikan permintaan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga.

Realisasi inflasi inti pada Maret 2025 disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti Maret 2025 tercatat sebesar 2,48 persen secara tahunan, stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,48 persen.

Kelompok volatile food juga mengalami inflasi. Kelompok volatile food per Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,96 persen secara bulanan, lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,93 persen. Inflasi kelompok ini disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.

Peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit dipengaruhi oleh keterbatasan produksi akibat gangguan cuaca. Sementara itu, meningkatnya harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan permintaan selama periode HBKN Idul Fitri. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,37 persen, atau menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,56 persen secara tahunan. 

“Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” kata Ramdan. 

Kelompok administered prices juga mengalami inflasi. Kelompok administered prices per Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 6,53 persen secara bulanan, meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,65 persen.

Peningkatan inflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas tarif listrik, seiring berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik sampai dengan daya 2.200 VA.

Inflasi administered prices yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas angkutan udara seiring dengan implementasi diskon harga tiket penerbangan berjadwal domestik kelas ekonomi selama periode HBKN Idul Fitri. Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16 persen, tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02 persen secara tahunan. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |