Benarkah Uji Calon Vaksin TBC di Indonesia Setelah Dukungan untuk Program MBG?

6 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Narasi berkembang di media sosial kalau penghargaan atas program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pemberian dana hibah harus dibayar dengan kesediaan bangsa Indonesia menjadi 'kelinci percobaan' uji calon vaksin TBC. Narasi berkembang setelah Presiden Prabowo Subianto, penggagas Program MBG dalam kampanye Pilpres 2024, bertemu filantropis yang juga pendiri Microsoft Bill Gates pada awal bulan ini.

Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erlina Burhan menerangkan, Vaksin TBC yang ramai dibincangkan itu adalah kandidat vaksin Tuberklosis (TB) jenis M72/AS01E. Dikembangkan sejak 2004, uji klinis calon vaksin ini disponsori Bill & Melinda Gates Foundation (BMFG) dan saat ini sudah sampai uji klinis tahap 3 atau final.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karenanya, Erlina menekankan, kandidat vaksin TBC itu bukanlah vaksin baru yang sedang dikembangkan di Indonesia. Faktanya, M72/AS01E disebutnya sebagai kandidat vaksin TBC yang paling maju dari 15 yang ada saat ini. "Bukan pula vaksin milik Bill Gates yang baru saja ditemukan," kata Erlina kepada Tempo, Sabtu 10 Mei 2025. 

Erlina mengatakan dirinya menjadi Ketua Peneliti Utama Nasional (National Principal Investigator) dalam uji klinis yang dilakukan di Indonesia. Dia menyatakan bertanggungjawab penuh atas uji dan segala prosedur keamanannya.

Diterangkannya, uji klinis menjadi prosedur wajib yang dibutuhkan untuk semua jenis modalitas kesehatan, seperti dialisis, obat, hingga vaksin. Indonesia, menurut Erlina, sudah beberapa kali memperoleh kesempatan untuk melakukan uji klinis. "Jadi ini sangat sering dilakukan di Indonesia, dan sudah menjadi prosedur yang biasa-biasa saja," katanya. 

Untuk uji klinis M72/AS01E fase tiga saat ini, Erlina menjelaskan dilakukan di lima fasilitas kesehatan terpilih yaitu Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Islam, Rumah Sakit Cempaka Putih, dan Rumah Sakit UI Depok. 

Telah dilakukan sejak September 2024, per April tahun ini, kata Erlina, telah ada 2.095 partisipan uji klinis di Indonesia, atau 10 persen dari target total 20 ribu untuk tahapan uji klinis ketiga ini. "Kami mengembangkan uji klinis di lima fasilitas kesehatan itu, sedangkan di Zambia terdapat lebih dari 30 fasilitas kesehatan untuk mengembangkan vaksin tersebut," kata Erlina membandingkan. 

Riwayat Calon Vaksin TBC

Kandidat vaksin Tuberklosis (TB) jenis M72/AS01E dikembangkan perusahaan biofarmasi multinasional GlaxoSmithKline sejak 2004 lalu. Sebelum dilakukan uji klinis terhadap manusia, calon vaksin tersebut juga sudah melalui uji pada hewan seperti tikus, kelinci, dan kera. "Uji laboratorium dilakukan dengan pengawasan ketat. Hasilnya menunjukkan cukup menjanjikan," kata Erlina. 

Uji klinis fase pertamanya dilakukan terhadap kurang dari 100 orang sehat pada 2006 lalu. Respondennya berasal dari Belgia, Swiss, dan Filipina. "Hasil uji fase satu menunjukkan potensi kelayakan dan keamanan yang bagus, sehingga diizinkan lanjut ke fase dua." 

Uji klinis fase dua dilakukan dengan menambah eskalasi jumlah partisipan penerima vaksin menjadi sekitar seribu orang pada 2014. Menurut Erlina, uji klinis fase dua ini diinisiasi oleh GlaxoSmithKline Biologicals. Indonesia disebutnya mulai terlibat di fase ini bersama beberapa negara lainnya seperti Afrika Selatan, Kenya, dan Malawi. 

Kemudian, fase ketiga membutuhkan jumlah partisipan yang jauh lebih  besar, yaitu 20 ribu. Indonesia terpilih menjadi negara keterwakilan negara-negara Asia. Selain itu, juga terdapat negara Zambia yang mewakili negara-negara di Afrika. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |