TEMPO.CO, Jakarta - Arus mudik Lebaran 2025 diwarnai dengan sejumlah bencana hidrometeorologis yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh cuaca buruk dengan intensitas hujan tinggi.
Kalimantan Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir Antara, bencana banjir terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat mengatakan bahwa banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Kelay dan Sungai Segah akibat hujan deras dalam beberapa hari terakhir, ditambah dengan pasang laut yang menyebabkan air tertahan di darat.
Adapun sebanyak sembilan desa/kampung di empat kecamatan yang terdampak banjir di antaranya, Kecamatan Teluk Bayur ada dua desa (Tumbit Melayu dan Labanan Makarti), Kecamatan Sambaliung ada lima desa (Inaran, Bena Baru, Tumbit Dayak, Long Lanuk, Pegat Bukur), Merasa di Kecamatan Kelay, dan Bukit Makmur di Kecamatan Segah.
Yogyakarta
Pada Jumat 28 Maret 2025, banjir dan longsor akibat hujan ekstrem melanda sejumlah kabupaten di Yogyakarta seperti Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Sleman. Ratusan rumah warga sempat terendam banjir akibat sungai-sungai meluap dan belasan lainnya rusak akibat longsor.
Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Makwan, mewanti wanti dampak cuaca ekstrem menjelang libur Lebaran ini. Sebab di Kabupaten Sleman, hujan lebat turut memicu longsor dan menerjang kawasan Kecamatan Prambanan terutama di Desa Bokoharjo dan Sumberharjo pada Jumat, 28 Maret 2025 petang.
Di Desa Bokoharjo, persisnya Dusun Cepit, longsor membuat sebuah rumah warga diterjang batu berukuran diameter kurang lebih 120 sentimeter. "Batu besar itu menggelundung dari ketinggian 50 meter bukit di atasnya, menimpa rumah warga di bagian belakang, tak ada korban luka maupun jiwa," kata Makwan.
Selain itu, BPBD Kabupaten Bantul, menyebut cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas lebat yang mengguyur daerah ini pada Jumat petang mengakibatkan banjir di 26 lokasi.
"Pada Jumat 28 Maret 2025 terjadi hujan dengan intensitas lebat di Bantul yang mengakibatkan empat kejadian pohon tumbang dan 26 lokasi terdampak genangan air," kata Komandan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah, Sabtu, 29 Maret 2025.
Selain banjir, kata dia, cuaca ekstrem di wilayah Bantul yang terjadi sejak sore hingga malam tersebut juga mengakibatkan satu lokasi jembatan ambrol dan 23 kejadian gerakan tanah atau longsor.
Menurut dia, dampak hujan dengan intensitas lebat tersebut tersebar di 24 kelurahan yang ada di 12 kecamatan, dengan dampak terbanyak di wilayah Imogiri sebanyak 22 titik tersebar di enam kelurahan, terbanyak di Wukirsari ada 14 titik.
"Sedangkan objek yang terdampak cuaca ekstrem yaitu rumah enam titik, bangket satu titik, akses jalan lima titik, talud tiga titik, fasilitas pendidikan ada empat titik, jembatan ambrol satu titik, dan pemukiman 21 titik," katanya.
Gorontalo
Banjir berarus deras merendam empat desa di Kecamatan Biau, Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, sejak Jumat, 28 Maret 2025 dengan ketinggian air mencapai satu hingga satu setengah meter merendam permukiman di wilayah tersebut.
"Ini banjir terparah yang merendam kecamatan ini. " kata Camat Biau Sutamin K. Usman di Gorontalo, Sabtu, 29 Maret 2025.
Banjir merendam empat desa yaitu Desa Didingga, Biau, Omuto, dan Bualo. Terparah melanda Desa Didingga, khususnya di permukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT) di desa tersebut.
Hampir seluruh permukiman terendam, bahkan beberapa rumah diinformasikan mengalami kerusakan sedang hingga berat, harta benda pun hanyut terbawa banjir.
Sutamin mengatakan banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur sejak Jumat, 28 Maret 2025 siang, membuat abrasi Sungai Didingga sehingga air sungai meluap dan membanjiri permukiman warga dengan ketinggian air ekstrem, ditambah berarus deras.
Kata BMKG
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, sebelumnya telah mengingatkan para pemudik mengenai risiko cuaca ekstrem menuju Hari Raya Lebaran 2025. “Periode mudik merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, yang ditandai dengan cuaca ekstrem,” katanya dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 27 Maret 2025.
Menurut Dwikorita, masa pancaroba bisa memicu hujan lebat berdurasi singkat, petir, dan angin kencang. Ada juga potensi angin puting beliung dan hujan es di beberapa wilayah. “Salah satu daerah yang berpotensi terpapar hujan dengan intensitas sedang hingga lebat adalah Jawa Barat,” tuturnya.
Kawasan permukiman terendam banjir di Kenali Besar, Jambi, 30 Maret 2025. Antara/Wahdi Septiawan
Dia sebelumnya juga sempat mengatakan curah hujan masih tinggi di sejumlah wilayah Indonesia meski periode kemarau sudah di depan mata. Hujan lebat berdurasi singkat masih berpotensi turun selama dasarian atau 10 hari pertama April 2025, persis pada periode arus balik mudik.
Selama perjalanan arus mudik Lebaran maupun arus balik, tim BMKG juga aktif mengingatkan soal risiko gelombang tinggi di laut, rata-rata hingga 2 meter, yang muncul di perairan selatan Sumatera, selatan Jawa, serta Nusa Tenggara Timur. Fase bulan purnama pada akhir bulan ini juga berpotensi menimbulkan banjir rob di area pesisir.
Irsyan Hasyim dan Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Daftar Rest Area di Jawa dalam Arus Mudik Lebaran 2025