TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia mencatat Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) mencetak kinerja transaksi surat utang yang cemerlang pada 2024. Nilai transaksi surat berharga di SPPA sebesar Rp246,1 triliun dan Interdealer Domestic Market Share mencapai 16 persen. Jumlah itu mengalami peningkatan total nilai transaksi sebesar 76 persen dan market share sebesar 77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada Senin, 10 Maret 2025, Bursa Efek Indonesia resmi meluncurkan fitur baru Transaksi Repurchase Agreement (Repo) pada SPPA. Peluncuran ini sejalan dengan roadmap pengembangan SPPA dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta likuiditas dari perdagangan surat utang dan pasar uang oleh bank, Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Perusahaan Efek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan peluncuran fitur Transaksi Repo ini, Pengguna Jasa SPPA dapat memperoleh benefit sarana untuk bertransaksi Repo menggunakan underlying surat utang khususnya Surat Utang Negara (SUN). Transaksi Repo ini akan melengkapi fitur transaksi outright (jual putus) yang saat ini sudah tersedia pada platform SPPA BEI.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyampaikan transaksi repo dengan underlying SUN pada platform yang sama dengan transaksi jual beli SUN, akan menjadikan SPPA sebagai pool of liquidity atas perdagangan surat utang di Indonesia. Hal ini akan memudahkan bank, BPD, Perusahaan Efek dan money broker yang tergabung dalam Pengguna Jasa SPPA untuk memonitor pasar surat utang dan pasar uang pada single platform yang sama.
“SPPA juga menawarkan proses perdagangan sampai dengan post trade yang straight-through-processing (STP), sehingga menjawab kebutuhan industri atas mekanisme transaksi di pasar uang,” kata Jeffrey dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa, 11 Maret 2025.
Jeffrey mengatakan peluncuran SPPA Repo ini merupakan momentum bagi BEI dalam berperan lebih aktif pada pengembangan dan penguatan pasar keuangan di Indonesia. Sesuai dengan strategi digitalisasi dan penguatan infrastruktur Pasar Keuangan yang diterapkan oleh Bank Indonesia, SPPA Repo ditargetkan untuk dapat menjadi bagian utama dari Infrastruktur Pasar Keuangan di Indonesia.
Jeffrey mengakui optimis bahwa SPPA akan memainkan peran penting dalam ekosistem Perdagangan Surat Utang dan Pasar Uang di Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menyatakan berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik sehingga para pelaku pasar mendapatkan harga yang terbaik, mekanisme perdagangan yang best practice serta proses post-trade yang efisien.
“Harapannya, SPPA juga dapat dijadikan platform bersama oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia untuk monitoring harga, media kuotasi harga oleh Primary Dealers, serta membantu dalam pengambilan keputusan terkait fiscal policy dan monetary policy,” kata Jeffrey.
Saat ini telah terdapat 39 Pengguna Jasa SPPA yang langsung dapat memanfaatkan layanan transaksi Repo Surat Utang mulai awal tahun ini, yang meningkat sebesar 95 persen dibandingkan saat awal diimplementasikan. Jumlah ini ditargetkan akan semakin bertambah seiring dengan sosialisasi, komunikasi dan sinergi yang terus dibangun oleh BEI dengan pelaku pasar.
Dengan layanan yang semakin lengkap melalui kehadiran fitur Transaksi Repo, SPPA BEI diharapkan dapat menjadi pilihan utama bagi para pelaku pasar surat utang dan pasar uang di pasar modal Indonesia. SPPA juga akan terus berupaya menjadi sistem yang efisien dan aman untuk penyelesaian transaksi Repo sekaligus mendukung keberlanjutan pasar modal serta pasar uang di Indonesia.