Densus 88: Ledakan di SMA 72 Tak Terkait Aktivitas Terorisme

3 hours ago 5

CNN Indonesia

Selasa, 11 Nov 2025 19:33 WIB

Densus 88 Antiteror Polri menyatakan ledakan di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara bukan aksi terorisme, melainkan hanya sekadar tindakan kriminal umum. Densus 88 Antiteror Polri menyatakan ledakan di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara bukan aksi terorisme, melainkan hanya sekadar tindakan kriminal umum. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Jakarta, CNN Indonesia --

Densus 88 Antiteror Polri menyatakan ledakan di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara bukan aksi terorisme, melainkan hanya sekadar tindakan kriminal umum.

"Tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan oleh ABH (anak berkonflik dengan hukum). Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum," kata juru bicara Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11).

Mayndra menyebut saat ini terjadi fenomena global yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana terjadi komunikasi transnasional yang rentan terpapar aliran kekerasan di dunia maya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayndra menduga pelaku atau ABH yang melakukan aksi peledakan itu terinspirasi aksi kekerasan atau terorisme yang terjadi di negara lain.

"Jadi kalau rekan-rekan lihat di dalam senjata airsoft gun (yang dibawa pelaku) di permukaannya ditulis berbagai macam nama tokoh (teroris) maupun ideologi yang berkembang, hampir di beberapa benua, yaitu di Eropa maupun di Amerika," tutur dia.

"Akan tetapi sekali lagi yang bersangkutan hanya melakukan copy cat atau peniruan saja, karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan," sambungnya.

Sebelumnya, ledakan terjadi di SMAN 72 Jakarta Utara, Jumat (7/11) sekitar pukul 12.15 WIB, di area masjid sekolah saat kegiatan salat Jumat berlangsung.

Tidak ada korban meninggal dunia dalam insiden itu. Namun, korban luka dalam peristiwa itu tercatat ada sebanyak 96 orang.

Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri menyebut pelaku atau anak yang berkonflik dengan hukum itu merupakan pribadi yang tertutup dan jarang bergaul dengan orang lain.

Ia menyebut hal itu diketahui penyidik setelah memeriksa total 16 orang saksi termasuk tersangka, keluarga hingga para siswa dan guru di sekolah tersebut.

"Dari keterangan yang kami himpun Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) yang terlibat dikenal pribadi tertutup dan jarang bergaul," ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11).

(dis/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |