Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BI Sebut Desa Wisata Sulsel Punya Potensi Gaet Investasi Asing

5 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Potensi desa wisata di Sulawesi Selatan terus mendapat sorotan. Tidak hanya karena keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga karena peluang besar yang dimilikinya untuk menarik investasi asing. Hingga 2025, provinsi ini memiliki lebih dari 600 desa wisata yang terus berkembang.

Sektor ini dipandang mampu menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, apalagi belum lama ini pemerintah pusat menargetkan pertumbuhan ekonomi yang cukup ambisius dengan capaian 8 persen pada 2029 mendatang.

Menanggapi hal ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan menilai desa wisata memiliki potensi besar untuk memperkuat sektor riil dan menjaga stabilitas ekonomi daerah.

"Sulawesi Selatan itu sangat kuat dengan destinasi-destinasinya. Masing-masing desa wisata itu punya karakteristik keunggulannya sendiri-sendiri," ujar Ekonom Senior Kpw BI Sulsel Deded Tuwanda dalam acara Capacity Building bertajuk "Kiprah Bank Indonesia dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah" di Makassar, Rabu (22/10/2025), malam.

Deded mengatakan potensi ekonomi di tingkat daerah tidak bisa hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga lewat dorongan investasi yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, investasi terutama dari sektor riil menjadi kunci untuk memperkuat ekonomi lokal. Untuk mendorong hal itu, BI bersama pemerintah daerah terus berupaya menyiapkan proyek-proyek investasi yang siap ditawarkan kepada calon investor, termasuk dari luar negeri.

"Kalau kita bicara pembiayaan ekonomi, tentu enggak bisa hanya berharap dari APBD dan APBN saja. Kita sangat berharap pembiayaan ekonomi itu sumbernya juga dari investasi," kata dia.

"Ketika sudah ada investment project ready to offer, kita bisa tawarkan ke investor, terutama investor asing. Kalau investor asing masuk ke sektor riil, tentu modalnya tidak gampang keluar seperti di surat berharga atau saham. Itu bagus juga karena berimplikasi positif pada nilai tukar rupiah," ungkapnya menambahkan.

Kekayaan desa wisata di Sulawesi Selatan harus menjadi fokus potensial karena setiap desa, menurutnya, memiliki daya tarik tersendiri mulai dari panorama alam hingga budaya lokal yang unik.

"Misalnya di Bira dengan pantai pasir putihnya, atau di Toraja dengan kekuatan budayanya. Tinggal bagaimana membuat atraksi yang berkelanjutan, sehingga wisatawan bisa stay lebih lama dan melakukan spending di daerah. Itu bagus untuk ekonomi lokal," kata Deded.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan, Muhammad Arafah, menyebut bahwa pengembangan desa wisata di Sulsel terus mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

"Pada 2021 jumlahnya hampir 200, kemudian bertumbuh menjadi 400 lebih pada 2022, dan 500 lebih di 2023. Tahun 2024 sudah lebih dari 600 desa wisata," ungkap Arafah.

Menurutnya, pertumbuhan ini tak lepas dari potensi alam dan budaya Sulsel yang luar biasa, serta dukungan infrastruktur yang terus ditingkatkan. Ia menambahkan, Disbudpar Sulsel juga aktif melakukan pendampingan dan promosi untuk meningkatkan daya tarik desa wisata.

"Ada lima pilar yang kami terapkan dalam mengembangkan pariwisata. Kita juga ada pendampingan jadi hampir setiap saat desa wisata ini kita undang untuk mendorong perkembangan pariwisata. Dari sisi promosi, tentu untuk daya tariknya juga kita gencarkan," ujarnya.

Lebih jauh, Arafah menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat infrastruktur pariwisata agar aksesibilitas ke desa wisata semakin mudah.

"Dari pariwisata kita mencoba mengelolanya agar aksesibel. Tapi banyak juga sisi aksesibilitas masih belum terjangkau baik, karena jalannya yang rusak," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Unit Kehumasan BI DIY, Maya Mulyawati, turut menilai bahwa Sulsel memiliki posisi strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata. Ia pun sepakat terkait adanya sinergi antara pemerintah daerah dan BI dalam mengembangkan pariwisata sebagai penggerak ekonomi.

"Kami memandang bahwa Sulawesi Selatan bukan hanya Indonesia bagian Timur tetapi juga merupakan simpul penting dalam jaringan ekonomi nasional, dengan pelabuhan internasional, konektivitas logistik yang kuat serta kekayaan budaya dan kuliner yang mendunia. Makassar mempunyai posisi strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Maya.

"Dengan beberapa destinasi unggulan tersebut, tentunya kami mengharapkan bisa menginspirasi, terkait bagaimana upaya Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga bagaimana ekonomi tetap berkembang terutama di pariwisata," ucapnya.

Meski BI berfungsi utama menjaga stabilitas moneter, di tingkat daerah BI juga memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor riil seperti pariwisata termasuk melalui Desa wisata yang kini bukan hanya sarana promosi budaya dan pariwisata, melainkan juga instrumen ekonomi yang didorong mampu menarik investasi asing dan memperluas lapangan kerja di daerah.

"BI mempunyai peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi termasuk sektor pariwisata," katanya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |