Gaji Cak Lontong yang jadi Komisaris Pembangunan Jaya Ancol

1 day ago 15

TEMPO.CO, Jakarta - Lies Hartono atau Cak Lontong resmi ditunjuk menjadi Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Selain Cak Lontong, mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso juga menjadi Komisaris, sedangkan eks Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra terpilih sebagai Komisaris Utama.

Keputusan itu sebagaimana hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan. Lantas, berapa gaji yang bakal diterima Cak Lontong? 

Gaji Komisaris Pembangunan Jaya Ancol

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan Laporan Tahunan 2024 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, prosedur penetapan remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi mengacu pada Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 79 Tahun 2019 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Pengawas, dan Dewan Komisaris Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta dengan memperhatikan hasil kajian perseroan. 

Komponen remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi terdiri atas honorarium bagi Dewan Komisaris atau gaji bagi Direksi, tunjangan, fasilitas, dan tantiem atau insentif kinerja. Adapun pembayaran pajak atas honorarium atau gaji, tunjangan, dan fasilitas ditanggung perseroan, sedangkan tantiem atau insentif kinerja menjadi tanggung jawab masing-masing individu. 

Besaran remunerasi Komisaris Utama Pembangunan Jaya Ancol, yaitu 45 persen dari gaji Direktur Utama. Sementara Komisaris lainnya sebesar 90 persen dari gaji Komisaris Utama. 

Pada tahun buku 2024, total gaji empat orang Komisaris sebesar Rp 4.130.000.000 dan tantiem mencapai Rp 5.868.000.000, atau seluruhnya berjumlah Rp 9.998.000.000. Dengan asumsi setiap orang mendapatkan remunerasi yang sama rata, maka masing-masing individu menerima Rp 2.449.500.000 per tahun atau Rp 208 juta per bulan. 

Perjalanan Karier Cak Lontong

Diketahui, Cak Lontong tidak hanya dikenal sebagai presenter sekaligus komedian, tetapi juga mulai merambah ke dunia politik. Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024, dia ditunjuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno atau Pramono-Rano. 

Selain itu, Komisi Informasi (KI) Jakarta memilih Cak Lontong sebagai Duta Keterbukaan Informasi. “Kalau di KI Pusat, ada Pak Mahfud MD sebagai Duta Informasi. Di DKI, kami tunjuk Cak Lontong sebagai dutanya,” kata Wakil Ketua Komisi Informasi DKI Jakarta Luqman Hakim Arifin, Kamis, 24 April 2025. 

Cak Lontong menyatakan siap membantu untuk menyosialisasikan adanya KI kepada masyarakat. Menurut alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu, keterbukaan informasi saat ini memang sudah mendesak, apalagi ketika informasi yang baik tidak tersampaikan, sehingga akan menimbulkan masalah. 

Untuk itu, lanjut dia, bukan masalah jabatan menjadi duta, tetapi fungsi menyebarkan informasi adanya Komisi Informasi kepada masyarakat jauh lebih penting. “Bukan masalah jabatannya, tetapi secara fungsi itu lebih penting. Kita tahu bahwa sosialisasi tentang Komisi Informasi ini mungkin belum bisa banyak dirasakan masyarakat kehadirannya,” ucap Cak Lontong. 

Adapun Cak Lontong mengawali kariernya di bidang seni dari panggung Ludruk Cap Toegoe Pahlawan Surabaya. Kemudian, namanya semakin dikenal setelah diundang sebagai bintang tamu pada program acara Republik BBM bersama Effendi Gazali di Indosiar pada 2006. 

Setelah itu, dia tampil reguler di Stand Up Comedy Show di Metro TV pada 2011 dan menjadi panelis pada program televisi Indonesia Lawak Klub Trans 7 pada 2013. Dalam program itu, dia hadir bersama Komeng, Jarwo Kwat, dan Denny Chandra. Lalu, dia memandu acara kuis Waktu Indonesia Bercanda (WIB) di Net TV pada 2016. 

Di luar acara on air, pria kelahiran 7 Oktober 1970 di Magetan, Jawa Timur itu juga laris mengisi acara off air. Dia sering kali tampil monolog stand up comedy di depan para pejabat, bermain kesenian ludruk tradisional bersama maestro asal Surabaya Kartolo cs, dan belakangan turut mengelola program siniar (podcast). 

“Cak Lontong itu cerdas, saya umpani lawakan selalu bisa nye-mash jadi humor,” ucap Kartolo kepada Tempo beberapa waktu lalu. 

Alif Ilham Fajriadi dan Kukuh S. Wibowo berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |