IDEAS Prediksi Sawah di Jabodetabek Bakal Hilang dalam Beberapa Dekade ke Depan

3 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) menemukan alih fungsi lahan sawah yang begitu masif di aglomerasi Jakarta. Menurut IDEAS, jika pemerintah tidak mengambil langkah signifikan untuk melindungi sawah yang tersisa, maka akan terjadi kepunahan.

“Dalam 10 tahun terakhir, lahan sawah di Jawa, terutama di kawasan aglomerasi Jakarta, mengalami ancaman serius akibat urbanisasi yang tidak terkendali,” ujar Peneliti IDEAS, Sri Mulyani, dalam keterangan resmi pada Senin, 3 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sri mengkritik kebijakan pemerintah yang menetapkan Jabodetabek-Punjur sebagai kawasan strategis nasional, namun malah diikuti oleh sejumlah proyek infrastruktur berskala besar. Menurut Sri, hal tersebut justru semakin mempercepat urbanisasi. 

Ia memaparkan, pada 2024, jumlah sawah di koridor timur yang meliputi Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Karawang hanya seluas 129.830 hektar. Jumlah ini berkurang 30.174 hektar dari tahun 2019 yang masih mencapai 160.004 hektar. Artinya, kata dia, tingkat konversi di tiga kota ini mencapai 4,09 persen per tahun.

Dari angka tersebut, Sri berujar, Bekasi memiliki laju konversi sawah yang paling tinggi mencapai 8,70 persen. Kota ini kehilangan sekitar 4.205 hektar sawah per-tahunnya. “Jika tren ini terus berlanjut tanpa adanya intervensi kebijakan yang kuat, maka lahan sawah di Bekasi diperkirakan akan habis pada tahun 2033,” ujar Sri.

Lebih lanjut, Sri mengatakan di sisi selatan Jakarta yang mencakup Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Cianjur juga mengalami fenomena yang sama. Dalam lima tahun terakhir, empat kota ini kehilangan 26.753 hektar sawah dengan laju konversi mencapai 5,22 persen per tahun. 

“Pada tahun 2019 lahan sawah di kawasan ini masih seluas 113.766 hektar. Namun pada tahun 2024 hanya tersisa 87.013 hektar,” tuturnya. 

Di kawasan ini, Kabupaten Bogor menjadi wilayah yang paling cepat kehilangan lahan sawahnya dengan tingkat konversi mencapai 6,38 persen atau setara dengan 2.591 hektar sawah setiap tahunnya. Jika pola ini terus berlanjut, IDEAS menilai lahan sawah di Bogor bisa punah pada tahun 2037.  

“Cianjur juga menghadapi situasi serupa, dengan hilangnya 2.762 hektar sawah per tahun, yang berpotensi membuat seluruh sawah di wilayah ini habis pada tahun 2044,” kata Sri.

Berpindah ke koridor barat Jakarta yang mencakup Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Cilegon. Kawasan ini mengalami penyusutan sebanyak 20.725 sawah dengan tingkat konversi rata-rata mencapai 4,52 persen per tahun.

Dari 6 wilayah itu, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang menjadi wilayah yang paling banyak kehilangan sawah dengan total 3,73 persen per tahun. Sawah di dua kota ini diperkirakan akan habis pada 2048 mendatang.

“Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan urbanisasi terhadap lahan pertanian semakin besar,” kata Sri. 

Selain itu, dari hasil penelitian IDEAS, besarnya alih fungsi sawah tidak hanya berdampak pada petani, tetapi juga terhadap ketahanan pangan nasional yang semakin rentan. Terbukti dari produksi beras nasional yang konsisten mengalami penurunan dari 33,9 juta ton pada tahun 2018, menjadi hanya 30,9 juta ton pada tahun 2023.  

Dengan masifnya penurunan produksi beras tersebut, IDEAS menilai rencana Prabowo Subianto membuka 3 juta hektare sawah di luar Jawa justru menambah permasalahan. 

“Seharusnya, kebijakan pemerintah lebih diarahkan untuk mempertahankan lahan sawah yang tersisa di Jawa dan meningkatkan kesejahteraan petani. Jika alih fungsi lahan sawah tidak dihentikan, maka program cetak sawah baru di luar Jawa hanya akan menjadi upaya tambal sulam yang tidak menyelesaikan akar masalah,” kata dia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |