TEMPO.CO, Jakarta - Ahmad Basarah, politisi kawakan dari PDI Perjuangan (PDIP), baru-baru ini ditunjuk sebagai juru bicara (jubir). Bersama Ronny Talapessy, keduanya ditunjuk sebagai jubir oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Penunjukan keduanya ditetapkan pada Senin, 24 Februari 2025.
Penunjukan Ahmad Basarah sebagai jubir baru di PDIP, menarik perhatian publik, mengingat rekam jejak panjang dan kiprahnya yang signifikan dalam dunia politik Indonesia. Sebelum berkarier di partai berlambang banteng tersebut, Basarah memulai perjalanan karier politiknya dengan latar belakang sebagai aktivis mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awal Karier sebagai Aktivis Mahasiswa
Sebelum ditunjuk sebagai jubir baru PDIP, Basarah dulunya pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2004-2009, Ia maju dari Daerah Pemilihan Jawa Timur V. Sosok kelahiran 16 Juni 1968 tersebut mengenyam pendidikan formalnya dimulai di SD Rawa Terate 01, kemudian SMP Negeri 68 Cakung, dan SMA Negeri 36 Rawamangun, Jakarta.
Aktivasi jiwa mulai tumbuh sejak menjadi mahasiswa di Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Lenteng Agung, Jakarta, pada tahun 1988-1992. Ia kemudian memperdalam ilmu politik di FISIP Universitas 17 Agustus (Untag), Jakarta, dari tahun 1992-1995. Gelar Sarjana Hukum (SH) diperolehnya dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, dan gelar Magister Hukum (MH) dari Universitas Indonesia (UI). Gelar doktornya diraih di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan disertasi tentang Pancasila.
Keterlibatannya di GMNI menjadi titik awal dimulainya karier politik Basarah. Melalui organisasi tersebut, Ia membesarkan nama dan menempanya menjadi seorang politikus ulung. Pada 1996, Basarah terpilih sebagai Sekretaris Jenderal GMNI yang membuatnya terlibat langsung gerakan reformasi.
Selain aktif di GMNI, Basarah juga mengikuti berbagai pendidikan nonformal, seperti Kursus Guru Kader Angkatan I PDI Perjuangan, Kursus Kader Jurnalistik Presidium GMNI, Kursus Kader Pancasila Presidium GMNI, Kursus Kader Pendalaman Pancasila, dan Kursus Kader Marhaenis.
Perjalanan Karier Ahmad Basarah
Setelah aktif di GMNI, Basarah pun memulai perjalanannya di dunia perpolitikan Indonesia. Selain pernah menjadi anggota DPR pada periode 2004-2009, aktivis mahasiswa itu juga kembali maju dan lolos di Senayan untuk masa bhakti 2009-2014 dan menjadi anggota Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
Pada 2014, Basarah kembali mencalonkan diri dan lolos lagi untuk menjadi wakil rakyat. Ia dipercaya oleh Ketua Umum PDIP Megawati sebagai Ketua Fraksi MPR RI mewakili partai yang identik berwarna merah tersebut. Berikutnya, pada 2018, Basarah diamanatkan menjadi Wakil Ketua MPR RI berdasarkan revisi Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Perjalanannya sebagai Wakil Ketua MPR dilalui bersama Ahmad Muzani dari Partai Gerindra dan Muhaimin Iskandar dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan beberapa tokoh politik lainnya.
Selanjutnya, di tahun berikutnya, pada 2019 Basarah kembali mencoba peruntungannya dengan mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dan lolos untuk masa bhakti 2019-2024. Tidak hanya pernah menjabat sebagai wakil rakyat, Basarah juga pernah menduduki posisi sebagai Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia, organisasi sayap PDI Perjuangan pada 2007-2012. Bahkan hingga kini, Megawati mempercayai posisi jubir untuk dipegang oleh Ahmad Basarah bersama rekan sesame kadernya, Ronny Talapessy.
Ahmad Basarah tidak hanya aktif di dunia politik, tetapi juga dikenal memiliki kompetensi yang kuat dalam bidang ketatanegaraan dan Pancasila. Melalui disertasinya, Basarah mengupas kedalaman Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum nasional dan tolok ukur pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi, serta melakukan penyelidikan ilmiah atas kelahiran Pancasila.
Penelitiannya menyimpulkan bahwa penetapan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila oleh Presiden Joko Widodo memiliki dasar argumentasi yang kuat. Disertasi ini diuji oleh pakar-pakar di bidangnya. Kemampuannya dalam menguraikan latar belakang sejarah dan filosofis Pancasila menjadikannya dipercaya menjadi Wakil Ketua Tim Kerja Empat Pilar MPR dan aktif dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.