TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kota Seoul mulai menerapkan pembatasan kunjungan ke kawasan Bukhcon Hanok Village atau Desa Hanok Buckhon pada 1 Maret 2025. Wisatawan yang melanggar peraturan akan dikenakan denda.
Pembatasan kunjungan ini untuk mengatasi overtourism. Wisatawan boleh mengunjungi kawasan bersejarah yang terletak di belakang Perpustakaan Jeongdok antara Istana Gyeongbok dan Istana Changdeok di pusat Distrik Jongno, mulai pukul 10 pagi hingga 5 sore. Area terlarang yang disebut zona merah seluas 34 ribu meter persegi. Kalau di luar jam tersebut akan dikenakan denda sebesar 100.000 won (Rp 1.140.000).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara warga masyarakat yang terdaftar di zona merah, keluarga, kenalan, pelanggan toko di zona tersebut, pedagang, tamu akomodasi di zona tersebut, orang yang sekadar melintas di zona tersebut tanpa ada kegiatan pariwisata, serta kendaraan yang tidak dipergunakan untuk kepentingan pariwisata tidak dikenakan denda, ungkap kantor tersebut.
Penerapan jam malam turis untuk zona merah sempat diuji coba pada November 2024. Beberapa kegiatan pariwisata yang diatur selama jam malam termasuk mengambil foto atau video, tinggal dan mengamati lingkungan sekitar, atau berkeliaran di jalan untuk tujuan wisata tanpa menggunakan toko.
Daya tarik Buckhon Hanok Village
Buckhon Hanok Village salah satu destinasi yang wajib dikunjungi wisatawan yang datang ke Korea Selatan. Kawasan ini terkenal dengan rumah-rumah hanok dari Dinasti Joseon, lorong-lorong sempit dan berliku. Arsitektur kuno Bukchon, dengan tiang-tiang kayu, pintu, halaman, dan atap genteng yang khas, telah memikat wisatawan lokal maupun internasional.
Baekchon Hanok Village dibuka mulai jam 9 pagi sampai jam 6 sore pada hari kerja. Biasanya setiap harus Senin ditutup, kecuali hari libur. Masuk ke dalam rumah tidak dipungut biaya. Salah satu hanok yang paling menonjol adalah Baek In-Je House. Rumah ini menonjol karena skala dan signfikasi aristekturnya yang unik, serta sejarahnya. Desainnya mempertahankan keindahan Hanok tradisional sambil menggabungkan tren modern pada masanya.
Rumah tersebut merupakan kediaman Baek In-je, seorang dokter yang mendirikan Rumah Sakit Inje University Seoul Paik. Baek diculik ke Korea Utara selama Perang Korea. Setelah perang, istri dan keluarga yang berduka terus tinggal di ruamh itu. Sampai pada tahun 2009 pemerintah Metropolitan Seoul mengambil alih kepemilikan hanok. Pemerintah kota mengubahnya menjadi objek wisata bersejarah.
Popularitas Bukchon Hanok Village
Buckhon Hanok Village semakin dikenal setelah ditayangkan di sebuah acara televisi satu dekade lalu. Bahkan dalam setahun terakhir sekitar enam juta orang mengunjungi kawasan yang dihuni sekitar 6100 penduduk tersebut. Ramainya wisatawan yang datang ke sana, mengubah suasana daerah pemukiman yang tenang menjadi tempat yang sangat ramai.
Selain itu, penduduk setempat juga mengeluhkan sampah dan bahkan privasi, banyak wisatawan yang mengintip ke dalam rumah-rumah pribadi. Banyak penduduk yang meninggalkan daerah tersebut, sehingga populasi Buckhon menurun hingga 27,6 persen selama dekade terakhir.
KOREATIMES | TRAVEL AND TOUR WORLD | YOHNAP
Pilihan editor: 4 Istana Dinasti Joseon di Seoul Menarik 13 Juta Pengunjung pada 2024