TEMPO.CO, JAKARTA - Menyongsong hari baru di tahun 2025, banyak orang yang mempersiapkan jadwal dan rencana kegiatan mereka selama satu tahun ke depan. Karena itu, perayaan hari-hari besar perlu diketahui guna mempermudah mengatur rencana kerja dan libur. Oleh sebab itu, tak jarang muncul pertanyaan kapan Lebaran Haji 2025?
Lebaran Haji atau Hari Raya Idul Adha adalah salah satu hari besar dalam agama Islam. Hari raya ini diperingati setiap tanggal 10 Zulhijah dalam kalender Hijriah. Karena itu, tanggal perayaan Hari Raya Idul Adha ditetapkan sebagai tanggal merah atau hari libur nasional. Lantas kapan Lebaran Haji 2025? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapan Lebaran Haji 2025?
Untuk menjawab pertanyaan kapan Lebaran Haji 2025, ada dua versi yang umum di Indonesia. Versi pemerintah dan versi Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Tanah Air.
Melansir dari laman Masjid Muhammadiyah, dalam Kalender Hijriyah Global Tunggal 1446 Hijriah, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Zulhijah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Karena Idul Adha jatuh setiap tanggal 10 Zulhijah, maka Lebaran Haji akan bertepatan dengan Jumat, 5 Juni 2025.
Senada, menurut Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang dirilis oleh Kementerian Agama, tanggal 1 Zulhijah 1446 H juga diprediksi akan jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Dengan demikian, maka Hari Raya Idul Adha diperkirakan akan jatuh bersamaan pada Jumat, 6 Juni 2025.
Meski begitu, tanggal jatuhnya Lebaran Haji 2025 versi pemerintah Indonesia itu masih perkiraan dan dapat berubah. Hal ini karena penetapan awal Zulhijah tergantung pada penampakan hilal (bulan sabit) yang ditetapkan oleh keputusan lembaga resmi, yakni Kementerian Agama.
Penentuan Idul Adha 2025
Menurut kalender Masehi, tanggal Hari Raya Idul Adha setiap tahunnya akan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perhitungan puasa Zulhijah mengikuti penanggalan kalender Hijriyah, yang didasarkan pada siklus bulan.
Kalender Hijriyah umumnya lebih pendek sekitar 11 hari dibandingkan dengan tahun Masehi. Oleh karena itu, bulan Zulhijah akan datang lebih awal sekitar 11 hari setiap tahunnya. Ini terjadi karena kalender Hijriyah memiliki jumlah hari yang lebih sedikit, dengan setiap bulan terdiri dari 29 atau 30 hari.
Penentuan awal Zulhijah itu dilakukan dengan mengamati hilal pada akhir bulan Zulkaidah, bulan kesebelas dalam kalender Hijriyah. Metode penentuan awal bulan ini bisa berbeda-beda antara negara dan organisasi keagamaan Islam. Namun, sebagian besar penentuan awal bulan Zulhijah dilakukan dengan metode rukyatul hilal (melihat bulan) dan hisab (perhitungan astronomi).
Di Indonesia, penentuan awal Zulhijah selalu didasarkan pada keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama yang menggelar sidang isbat. Sidang isbat ini melibatkan para ulama, ahli astronomi, serta pihak-pihak terkait untuk menentukan kapan bulan Zulhijah dimulai.
Selain itu, penentuan awal Zulhijah dan Idul Adha di Indonesia juga merujuk pada kriteria-kriteria visibilitas hilal yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Dilansir dari brin,go.id, MABIMS merupakan kriteria baru penetapan 1 Zulhijah yang ditetapkan oleh Menteri Agama dari empat negara. Kriteria ini baru dipakai di Indonesia pada 2022, khususnya pada penentuan awal Ramadan dan hari raya 1443 H.
Pada kriteria baru ini, ketentuan tinggi hilal minimal terlihat 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Hal ini lebih tinggi dari ketentuan sebelumnya yang berdasarkan tinggi hilal minimal 2 derajat dan elongasi atau jarak sudut bulan ke matahari minimal 3 derajat serta umur bulan minimal 8 jam.
RIZKI DEWI AYU, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.