TEMPO.CO, Jakarta - Wahyu Andre, masyarakat yang memiliki rumah di kawasan Jakarta Garden City, menceritakan pengalamannya soal bermukim di kompleks mewah bukan jaminan untuk hidup tenang di Jakarta. Wahyu membeli rumah dengan tujuan investasi masa tua, harapannya harga jual bisa lebih tinggi ketika dia menjual kembali harta tidak bergerak itu.
Wahyu membeli rumah di Jakarta Garden City pada 2018 lalu. Lokasi kompleks mewah ini beralamat di Kelurahan Cakung Timur, Jakarta Timur, tidak jauh dari AEON Mall JGC. Awal-awal dia merasa tenang-tenang saja tinggal di kompleks itu, sebab fasilitas lengkap sudah langsung dia dapatkan ketika membelinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lambat laun perasaan gusar menghampiri Wahyu dan masyarakat di cluster Jakarta Garden City. Dia mengatakan sudah ditampar perasaan tidak nyaman selama dua kali. Pertama lokasi perumahan itu berdekatan dengan TPU Rorotan yang menjadi tempat pemakaman massal jenazah Covid-19. Teranyar bau busuk akibat kehadiran Refuse Derived Fuel atau RDF Plant Jakarta.
“Kami beli rumah mahal-mahal, hampir Rp 2 miliar. Tujuannya untuk investasi dan mencari tempat tinggal yang nyaman. Tapi kalau begini kan sama saja. Apalagi itu RDF Plant Jakarta proyek pemerintah, mau mengadukan keluh-kesah akan susah,” ucap Wahyu yang menjabat sebagai Pengurus RT 18 RW 14, Jakarta Garden City, ketika ditemui Tempo di kediamannya, Selasa, 11 Februari 2025.
Dia membuktikan sendiri kalau harga rumah bisa anjlok tergantung kondisi lingkungannya. Dia pernah mencoba menjual rumah itu ke bank. Namun harganya jauh dari harapan Wahyu. Kenyamanan untuk hidup tenang di Jakarta gagal didapatkan karena asap bau zat kimia itu selalu menghampiri setiap sore hingga malam.
Wahyu tidak terlalu ambil pusing dengan kehadiran TPU Rorotan sebagai lokasi pemakaman massal kala Covid-19 melanda Indonesia kala itu. Menurut dia, fenomena ini akibat hal-hal mendesak yang harus diterima oleh banyak pihak. Namun dia agak kesal dengan kehadiran RDF Plant Jakarta yang sangat mengganggu karena mengeluarkan bau busuk lewat cerobong asapnya.
Wahyu menyebut bau busuk mirip zat kimia dari asap RDF Plant Jakarta itu sudah sangat mengganggu masyarakat di kompleks Jakarta Garden City. Dia memperlihatkan kalau pembicaraan di grup WhatsApp perumahan itu kerap menyinggung pengolahan sampah ini yang dianggap memicu masalah kesehatan masyarakat setempat.
Wahyu sudah menyampaikan pelbagai keluhan ini kepada pihak manajemen Jakarta Garden City. Namun RFD Plant Jakarta merupakan proyek milik pemerintah, pihak manajemen belum bisa memberikan solusi akan permasalahan itu.
Menurut Wahyu, pembangunan RFD Plant Jakarta tidak pernah melibatkan masyarakat sekitar yang dipastikan terdampak langsung akibat proses pengolahan sampah di sana. Dia menilai ini tindakan yang salah karena pemerintah seharusnya tidak asal membangun dan merugikan masyarakatnya.
“Kami sampai sekarang tidak tahu ini. Apakah sudah sesuai dengan aspek kesehatan itu atau belum. Coba saja bayangkan, kalau ternyata asap yang keluar dari cerobong RDF Plant Jakarta itu mengandung bahan kimia berbahaya, kan yang rugi masyarakat juga,” ucap Wahyu.
Tempo menyusuri kompleks Jakarta Garden City, memang pada sore hari mulai tercium bau menyengat mirip pupuk kimia yang diduga berasal dari cerobong asap RDF Plant Jakarta. Tempo meninjau pengolahan sampah di tempat itu dan terlihat kabut putih berterbangan di udara. Asalnya memang muncul dari salah satu cerobong tempat tersebut.
Semakin dekat dengan lokasi pengolahan sampah RDF Plant Jakarta, baunya tambah menyengat. Masyarakat yang tidak biasa mencium aroma mirip pupuk kimia itu, dipastikan bakal kesulitan bernafas karena bau tak nyaman terdeteksi oleh indera penciuman.
Pengolahan sampah berbasis RDF diklaim sebagai solusi canggih menanggulangi penumpukan sampah. Metode ini mampu menghasilkan bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah itu. Sampah-sampah yang sulit terurai seperti plastik, karet, kain, dan sejenisnya pun mampu terurai dengan mudah melalui cara ini.
Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi telah meninjau lokasi RDF Plant Jakarta itu pada awal tahun ini. Teguh mengatakan pembangunan pengolahan sampah sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat Jakarta. Jika sesuai dengan kontrak awal, peresmian lokasi ini akan dilakukan pada 15 Februari mendatang.
“Kami akan melaporkan ke pemerintah pusat untuk diresmikan secara nasional dan pemerintah provinsi Jakarta sangat senang jika itu sudah dilakukan," kata Teguh melalui keterangan resminya, saat meninjau RDF Plant Jakarta, pertengahan Januari 2025.
Tempo sudah mengonfirmasi kepada Teguh soal keluhan masyarakat yang terdampak aroma menyengat dari RDF Plant Jakarta. Namun hingga tulisan ini rampung, belum ada respons dari Penjabat Gubernur Jakarta itu.
Kapasitas pengolahan sampah RDF Plant Jakarta diklaim mencapai 2.500 ton per hari. Proyek ini digadang-gadang akan menghasilkan 875 ton bahan bakar alternatif setiap harinya dari hasil pengolahan sampah tersebut. Bahan bakar alternatif ini nantinya akan didistribusikan ke pabrik-pabrik semen untuk membantu proses produksi mereka.
Metode pengolahan jenis ini mencacah sampah dan mengeringkannya. Kemudian sampah-sampah akan dipilah untuk diolah secara terpisah, antara anorganik dan organik. Sampah-sampah ini nantinya akan menjadi RDF serpihan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, biasanya dimanfaatkan oleh industri pabrik semen atau pembangkit listrik.