Kemenag Yogya: Tepuk Sakinah Inovasi Memberikan Ketahanan Keluarga

1 hour ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fenomena Tepuk Sakinah yang viral di media sosial, khususnya TikTok, menyita perhatian publik. Gerakan yel-yel yang muncul dalam sesi bimbingan pra nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) ini menjadi perbincangan hangat karena dinilai unik, edukatif, dan mencerminkan gaya komunikasi khas generasi muda yang mudah dipahami.

Merespons fenomena tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta, Ahmad Shidqi mengakui belum mengetahui secara rinci soal viralnya Tepuk Sakinah yang disebut-sebut berasal dari KUA Menteng, Jakarta Pusat. Meski begitu, ia menyampaikan inovasi semacam itu sah-sah saja dilakukan, selama tetap berfokus pada tujuan utama yakni untuk membangun ketahanan dan keharmonisan keluarga.

"(Trend Tepuk Sakinah -red) ini mungkin bagian dari inovasi memberikan ketahanan keluarga seperti apa. Ya masing-masing punya (caranya) melalui mentor atau fasilitator di KUA," kata Shidqi, Kamis (25/9/2025).

Shidqi menyampaikan setiap KUA memiliki Terms of References (TOR) sendiri dalam memfasilitasi kegiatan bimbingan. Biasanya, bimbingan pra nikah ini ditujukan agar pasangan mampu memahami dan mempersiapkan diri menghadapi dinamika pernikahan.

Saat ditanya apakah KUA di Kota Yogyakarta akan mengadopsi tren serupa atau tidak, ia menyebut sejumlah program yang telah berjalan di Kemenag Kota Yogyakarta, mulai dari Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) untuk mencegah pernikahan dini, hingga Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin (Bimwin Catin) dan Pusaka Sakinah bagi pasangan yang telah menikah antara 5 hingga 15 tahun.

"Setiap KUA masing-masing kan sudah ada materi-materi yang disampaikan. Ini saya rasa kalau tepuk sakinah hanya bagian dari inovasi di dalam memberikan edukasi terkait ketahanan keluarga ini seperti apa," ujarnya.

"Bimbingan kita lakukan sejak sejak usia dini, sejak sekolah. Kita punya program untuk memberikan edukasi siswa-siswi terkait bahaya pernikahan dini, kemudian efek dari pernikahan dini seperti apa, edukasi seperti apa. Edukasi (yang diberikan) mencakup kesehatan mental, ekonomi keluarga, psikologi pasangan, hingga komunikasi harmonis dalam rumah tangga," kata dia menambahkan.

Lebih lanjut, Shidqi mengatakan tidak ada format baku dalam penyampaian edukasi pernikahan. Fasilitator KUA bebas menggunakan pendekatan kreatif, seperti diskusi kelompok, pelatihan interaktif, atau bahkan yel-yel seperti Tepuk Sakinah, selama tidak keluar dari tujuan utamanya.

"Bentuknya bisa kelas diskusi, seminar, hingga pelatihan interaktif. Semua bergantung pada kreativitas fasilitator KUA. Tidak ada aturan baku bahwa edukasi harus dengan format tertentu seperti ‘tepuk-tepuk’, tapi jika itu membantu dan tidak keluar dari substansi, maka sah-sah saja," ungkapnya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |