TEMPO.CO, Jakarta - Kenapa susah tidur saat puasa? Pertanyaan ini kerap muncul di benak banyak orang yang menjalankan ibadah puasa. Pada malam hari, sering kali Anda merasa sulit untuk memejamkan mata. Hal ini wajar terjadi karena rutinitas yang berubah selama bulan Ramadan.
Anda yang biasanya tidur di atas jam 12 malam, kini harus bangun pada jam 2 atau 3 subuh untuk makan sahur. Di satu sisi, Anda khawatir melewatkan waktu sahur jika tidur. Namun di sisi lain, terjaga sepanjang malam juga tidak baik untuk kesehatan.
Kenapa Susah Tidur Saat Puasa?
Perubahan jadwal tidur yang mendadak membuat tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Rasa kantuk yang biasanya datang secara alami pada malam hari pun sering kali terganggu karena tubuh dipaksa bangun lebih awal. Akibatnya, kualitas tidur menurun, dan Anda merasa lebih lelah saat beraktivitas siang hari.
Susah tidur saat puasa sering kali dipicu oleh pola makan yang kurang tepat. Misalnya, kebiasaan berbuka puasa terlalu larut, mengonsumsi makanan berat menjelang tidur, atau meminum minuman berkafein saat mendekati waktu istirahat. Asupan kafein pada malam hari dapat membuat tubuh tetap terjaga, sehingga rasa kantuk pun tertunda.
Tak hanya itu, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sebelum tidur dapat meningkatkan suhu tubuh. Tubuh yang seharusnya beristirahat justru bekerja ekstra untuk mencerna makanan, membuat Anda merasa tidak nyaman dan sulit terlelap. Kondisi ini bisa diperparah jika makanan yang dikonsumsi memicu gangguan pencernaan, menyebabkan perut kembung atau sakit.
Perubahan pola makan saat puasa juga memengaruhi ritme sirkadian, yaitu siklus alami tubuh yang mengatur waktu tidur dan bangun. Jika pola makan tidak dijaga, ritme ini bisa terganggu, membuat tubuh bingung menentukan kapan harus beristirahat. Namun, jika Anda menerapkan pola makan sehat selama berpuasa, ritme sirkadian justru bisa diperkuat.
Penelitian menunjukkan bahwa puasa yang dijalani dengan benar dapat meningkatkan produksi orexin-A siang hari dan menurunkannya malam hari. Orexin-A adalah senyawa yang berfungsi mengatur kewaspadaan tubuh. Kadar orexin-A yang tinggi saat siang hari membuat Anda lebih berenergi untuk menjalani aktivitas, sedangkan kadar yang menurun saat malam membantu tubuh rileks dan siap untuk beristirahat.
Cara Mengatasi Susah Tidur Ketika Berpuasa
Susah tidur saat puasa tentu bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain mengurangi energi, kurang tidur juga berdampak pada kemampuan berkonsentrasi, mengingat, berpikir, hingga berkreasi.
Tak hanya itu, tidur yang tidak cukup membuat seseorang lebih sulit mengelola emosi, mengontrol nafsu makan, serta rentan mengalami migrain dan sakit kepala. Agar hal ini tidak terjadi dan Anda bisa tidur nyenyak setiap malam selama bulan puasa, cobalah beberapa tips mengatasi susah tidur berikut ini yang direkomendasikan oleh situs alodokter:
- Bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap hari.
- Usahakan tidak tidur kurang dari 4 jam malam hari setelah berbuka puasa. Jika masih merasa ngantuk, tidurlah lagi setelah santap sahur. Namun, beri jeda waktu sejenak setelah makan.
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, seperti mematikan atau meredupkan lampu, mengatur suhu kamar agar sejuk, dan menjauhkan perangkat elektronik.
- Jika memungkinkan, manfaatkan waktu untuk tidur siang selama maksimal 20 menit.
- Perbanyak konsumsi makanan bernutrisi seimbang, seperti buah, sayuran, daging tanpa lemak, dan kacang-kacangan.
- Hindari berbuka puasa dengan makanan tinggi gula, berlemak, dan berkalori kosong, seperti junk food.
- Batasi konsumsi minuman berkafein.
- Hindari rokok dan minuman beralkohol.
Dengan memahami penyebab susah tidur saat puasa dan mengatur pola makan yang tepat, Anda bisa memaksimalkan manfaat puasa untuk kesehatan, termasuk memperbaiki kualitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas akan mendukung kelancaran ibadah puasa serta menjaga kebugaran tubuh sepanjang Ramadan.