Kronologi Calon Praja IPDN Meninggal Dunia Diduga karena Henti Jantung

5 hours ago 9

Bandung, CNN Indonesia --

Wakil Rektor Bidang Administrasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Arief M. Edie mengungkap kronologi meninggalnya calon praja asal Maluku Utara, Maulana Izzat (20).

Arief mengatakan Izzat meninggal dunia pada Rabu (8/10) pukul 23.50 WIB. Menurutnya, tidak ada unsur kekerasan dalam meninggalnya Izzat.

"Peristiwa terjadi Rabu malam sekitar pukul 23.00, setelah apel malam rutin yang dimulai pukul 22.00," kata Arief saat ditemui di kampus IPDN, Jumat (10/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief menyebut apel malam merupakan kegiatan wajib calon praja dalam masa pendidikan dasar (diksar) yang dipimpin oleh pihak kepolisian.

Menurut Arief, setelah apel selesai Izzat mengeluh lemas. Petugas yang berjaga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa almarhum ke Klinik Kesehatan untuk pemeriksaan awal.

"Kami cek tensinya, kami beri minum. Setelah itu, dibawa ke RS Unpad. (Setelah dinyatakan meninggal) dari sana, kemudian dirujuk ke RSHS untuk pemulasaraan," ujarnya.

Arief mengatakan bahwa dokter menyatakan Maulana meninggal akibat henti detak jantung. Menurutnya, hasil pemeriksaan medis menunjukkan tidak ada tanda-tanda kelelahan ekstrem maupun penyakit bawaan.

"Saturasi oksigen masih 70, detak jantung juga 70. Jadi tidak ada indikasi kelelahan. Dan kalau punya riwayat jantung, sejak awal pasti tidak akan diterima sebagai calon praja," ujarnya.

Maulana dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 23.50 di RS Unpad. Jenazahnya telah dipulangkan ke Maluku Utara dan dimakamkan pada keesokan paginya.

"Sejak almarhum sakit, kami sudah berkoordinasi dengan orang tua. Keluarga menerima dengan ikhlas," ujar Arief.

Arief mengatakan kegiatan diksar IPDN hanya berfokus pada latihan Peraturan Baris Berbaris (PBB) dan berlangsung selama dua minggu.

Diksar dimulai pada 30 September sampai dengan 14 Oktober 2025. Seluruh kegiatan dilakukan di dalam area kampus.

"Kami semua tinggal di mes. Tidak ada kegiatan di luar, tidak ada aktivitas lari-lari berlebihan, hanya lari pagi dan sore seperti biasa," katanya.

Terkait evaluasi program diksar, Arief menyebut kegiatan akan tetap berjalan. Ia menegaskan, tidak ada permintaan visum maupun autopsi dari pihak keluarga meski IPDN telah menawarkan.

"Kami tawarkan untuk visum atau autopsi, tapi keluarga menolak," katanya.

IPDN, lanjut Arief, juga memberikan santunan kepada keluarga Maulana sebagai bentuk tanggung jawab sosial lembaga.

"Jenazah diantar langsung ke rumah duka sesuai permintaan orang tua. Saat ini proses pemakaman sudah selesai," tambahnya.

Arief membantah keras tudingan kekerasan dalam kegiatan diksar IPDN. Menurutnya, calon praja belum memiliki interaksi sama sekali dengan senior, sehingga tidak mungkin ada kontak fisik.

"IPDN sudah zero kekerasan. Untuk calon praja pun belum bertemu dengan senior karena masih dalam tahap diksar yang ditangani tim khusus. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban," kata Arief.

Arief pun mewakili semua civitas IPDN menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga Izzat.

"Kami sangat berduka. Semoga almarhum husnul khatimah. Ia adalah anak yang semangat dan tekun. Ini menjadi pengingat bagi semua calon praja agar selalu menjaga kesehatan dan tidak memaksakan diri," ujarnya.

(fra/csr/fra)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |