TEMPO.CO, Lumajang - Gunung Semeru dilaporkan meletus kembali pada Sabtu sore, 15 Maret 2025, setelah letusan tredekat sebelumnya pada Senin lalu. Tinggi kolom letusan kali ini teramati kurang lebih 1.200 meter di atas puncak (kurang lebih 4.876 meter di atas permukaan laut).
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru Mukdas Sofian mengatakan letusan itu terjadi pada pukul 16.02 WIB. "Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut," ujar Mukdas dalam laporannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 125 detik. Sebelumnya, sepanjang 24 jam terakhir hingga Sabtu dinihari, terekam 49 kali gempa vulkanik, 2 kali gempa guguran, 7 kali gempa embusan, 1 kali gempa harmonik dari dalam gunung tertinggi di Pulau Jawa ini. Terekam pula 2 kali gempa tektonik jauh dan 1 kali getaran banjir.
Meski begitu Badan Geologi, tepatnya Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), menetapkan status Gunung Semeru tetap di Level II (Waspada). Pada level ini, masyarakat direkomendasikan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak. Lalu, di sektor manapun, tidak direkomendasikan untuk beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Gempa Meningkat di Gunung Kerinci
Secara terpisah, Badan Geologi juga mencatat peningkatan aktivitas gempa dari Gunung Kerinci di tanah Sumatera sepanjang Jumat sore hingga tengah malamnya. "Peningkatan kegempaan, khususnya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan tertulis, Sabtu 15 Maret 2025.
Gunung Kerinci saat masih mengeluarkan abu, namun dengan ketinggian yang menurun, saat erupsi pada Selasa 1 November 2022. Ini adalah erupsi yang ketiga kalinya sejak 20 Oktober lalu.(ANTARA/HO/TNKS)
Pengamatan visual pada Sabtu pagi tidak ada aktivitas embusan gas dari arah kawah puncak. Karenanya tingkat aktivitas Gunung Kerinci saat ini belum berubah dari Level II (Waspada) dengan rekomendasi agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak mendekati dan beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah puncak.
Wafid menjelaskan, gunung yang terletak di Kabupaten Kecinci, Jambi, dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, ini sempat tertutup kabut pada periode 1-13 Maret 2025. Saat cuaca cerah terlihat asap putih ke luar dari kawah gunung dengan ketinggian sekitar 50-100 meter dari puncak.
Warna embusan gas menunjukkan dominan uap air, tidak ada material batuan atau abu yang terbawa ke permukaan. Kemudian rekaman gempa selama periode yang sama didominasi oleh gempa embusan. “Jumlah dan jenis gempa yang terekam terdiri dari 1.003 kali gempa embusan, 2 kali gempa vulkanik dangkal, 1 kali gempa vulkanik dalam, dan 17 kali gempa tektonik jauh,” tutur Wafid.
Wafid mengimbau masyarakat tetap mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi serta tidak terpancing berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
M. FAIZ ZAKI berkontribusi dalam penulisan artikel ini.