TEMPO.CO, Yogyakarta - Negara Turki yang kerap dijukuki Tanah Seribu Budaya telah menjadi salah satu destinasi utama dunia yang tiap tahunnya diserbu jutaan wisatawan berbagai belahan dunia. Tak hanya dikenal sebagai negara yang memiliki banyak kota sejarah seperti Istanbul, Ephesus, Troya, dan Pamukkale. Negara yang populer lewat festival balon udara Cappadocia itu pun juga dikenal kaya dengan ragam kultur yang mempesona.
Sebagian potret keindahan Turki itu bisa disaksikan lewat Pameran Fotografi Internasional bertajuk The Beauty of Turkiye yang digelar di Galeri Pandeng Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 31 Januari hingga 5 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pameran yang menggandeng Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI) dan Photographic Arts Federation of Turkiye (TFSF) itu, pengunjung bisa melihat deretan kultur di Turki dari 90 karya fotografi. "Kami ingin mengenalkan sekaligus mengajak pengunjung menjelajahi keindahan budaya, tradisi, serta lanskap Turki yang mempesona lewat pameran ini," kata Ketua Umum FPSI Agatha Anne Bunanta, Jumat 31 Januari 2025.
Pengunjung disuguhi karya fotografer Turki, Ercan UC berjudul Galata Tower and Full Moon. Dari karya itu tampak keanggunan Menara Galata sebagai landmark Kota Istanbul saat malam dengan latar bulan purnama penuh yang menakjubkan seperti ilustrasi dongeng.
Karya foto bertajuk Nemrut Mountain yang dipamerkan dalam pameran fotografiThe Beauty of Turkiye yang digelar di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta 31 Januari hingga 5 Februari 2025. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tak hanya itu, di sudut lain galeri memajang karya fotografer Turki, Celal Erdem berjudul Nemrut Mountain. Dalam karya ini, pengunjung diajak melihat sisi misterius sekaligus eksotisme Gunung Nemrut yang dikenal dengan sejumlah patung besar yang didirikan di sekitaran makam kerajaan dari abad ke-1 Sebelum Masehi (SM).
Sedangkan fotografer Turki lainnya Sevki Karaca memilih mengabadikan sebuah tradisi jaman Persia lewat foto bertajuk Traditional Art of Ebru dalam pameran itu. Sevki membidik interaksi hangat seorang ayah dan putri kecilnya ketika sedang membuat marbling atau seni kuno era Persia yakni melukis di atas air yang biasa disebut Ebru oleh warga Turki.
Suasana pameran fotografi The Beauty of Turkiye di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta 31 Januari hingga 5 Februari 2025. Tempo/Pribadi Wicaksono
Agatha menuturkan, dalam pameran ini ada sebanyak 65 karya berasal dari fotografer TFSF, 15 dari FPSI, dan 10 karya lainnya merupakan kontribusi Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta. "Pameran ini tak sekedar memamerkan estetika visual, namun lebih jauh menjadi platform untuk membangun dialog lintas budaya dan memperluas jejaring antar komunitas fotografi dari kedua negara," kata Agatha.
Pameran ini, kata Agatha, menjadi cerminan keindahan setiap negara yang dapat mempromosikan pariwisata kedua belah pihak melalui karya fotografi. Sebagai bagian dari pertukaran dua pusat pameran FIAP (Fédération Internationale de l'Art Photographique) Exhibition Center, pameran ini juga mendapat pengakuan internasional dengan status FIAP Auspicious.
"Setelah pameran di Yogyakarta, pada Maret 2025 nanti giliran fotografer Indonesia memamerkan karyanya lewat pameran The Beauty of Indonesia di Ankara, Turki," kata dia.
Suasana pameran fotografi The Beauty of Turkiye di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta 31 Januari hingga 5 Februari 2025. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sefa Ulukan, Ketua Dewan Direksi TFSF menambahkan melalui foto-foto yang terkurasi itu, pihaknya ingin menghadirkan gambaran lebih dekat lanskap dan kultur di Turki. Yang mungkin belum diketahui banyak orang. "Foto foto dalam pameran ini semuanya tentang negeri Turki, dari Göbeklitepe, yang kini dianggap sebagai titik awal sejarah peradaban masyarakat Turki," kata Ulukan.
Ulukan menambahkan, federasi yang dipimpinnya itu sendiri menaungi 65 asosiasi fotografi dari 36 kota di seluruh negeri, dengan ribuan anggota yang aktif dalam seni fotografi. "TFSF menjadi federasi seni pertama dan satu-satunya yang diizinkan menggunakan kata 'Türkiye' dalam namanya berdasarkan keputusan Dewan Menteri," ujar Ulukan.
Adapun Rektor ISI Yogyakarta Irwandi, menyebut pameran ini menjadi rintisan awal kerja sama strategis dalam bidang seni dan budaya antara Indonesia dan Turki. Ia berharap pameran ini tidak hanya mengenalkan keindahan Turki kepada publik Indonesia, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mempromosikan budaya lokal di Turki melalui media fotografi.
"Selain mempererat hubungan budaya, pameran ini bisa menjadi jalan baru meningkatkan kerja sama diplomatik antara Indonesia dan Turki dalam sektor seni dan kebudayaan," kata Irwandi.
Pilihan editor: