Meneropong Observatorium Nasional Timau dan Bosscha

7 hours ago 13

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan Observatorium Nasional Timau di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, sudah hampir selesai. Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan, pembangunan observatorium terbesar di Asia Tenggara sudah mencapai 99 persen.

Observatorium Nasional Timau akan menambah jumlah observatorium yang ada di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia sudah memiliki observatorium di Bandung, Jakarta dan Manado. Ada beberapa hal yang membedakan Observatorium Nasional Timau dengan Observatorium Bosscha di Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan Observatorium Nasional Timau mempunyai teleskop dengan diameter cermin utama 3,8 meter. Ini akan menjadikannya sebagai observatorium terbesar di Asia Tenggara dan masuk daftar 12 teleskop optik terbesar di dunia. “Kalau semuanya lancar, kami berharap uji pengamatan bisa dimulai Juni 2025,” ujarnya, Rabu, 30 April 2025.

Pernyataan ini dikuatkan oleh peneliti dan Koordinator Observatorium Nasional Timau Abdul Rachman. Seperti dikutip dari laman BRIN, 24 Agustus 2024, dia menyatakan teleskop Observatorium Timau jauh di atas teleskop terbesar saat ini yang dimiliki oleh Thailand yang ukurannya 2,4 meter. 

Teleskop di Observatorium Timau berada di ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut daerah Kupang, NTT. Lokasinya berada dekat dengan garis ekuator yang memungkinkan bisa mengamati bintang-bintang atau objek astronimi dalam wilayah langit yang luas baik di belahan utara maupun selatan. Alasan lain memilih lokasinya di Kupang karena daerah itu memiliki jumlah hari dengan langit cerah dalam setahun di atas 65 persen. Jumlah langit cerah di Kupang ini sulit ditemukan di daerah lain.

Teleskop di Observatorium Timau akan digunakan untuk berbagai program pengamatan astronomi, seperti supernova, planet di luar tata surya (eksoplanet), objek galaksi, galaksi luar, hingga benda-benda langit dalam tata surya serta akan mendukung program pendidikan melalui degree by research untuk jenjang S2 dan S3.

Secara teknis, Observatorium Nasional Timau jauh lebih modern dibandingkan Observatorium Bosscha. Observatorium yang berusia lebih dari 102 tahun ini memiliki diameter teleskop hanya 0,6 meter. Artinya, diameter teleskop Observatorium Nasional Timau lebih enam kali dari diameter Observatorium Bosscha.

Kondisi lingkungan di sekitar Observatorium Bosscha yang berada di dataran tinggi Bandung sudah mulai tidak kondusif. Polusi cahaya mengancam keberadaan observatorium sejak 1980-an. “Dengan kondisi Observatorium Bosscha yang sudah mengalami polusi cahaya cukup parah dari Kota Bandung, maka tentu riset-riset astronominya tidak bisa lagi seoptimal dulu,” kata Thomas pada 30 Januari 2023.

Tak hanya polusi cahaya, pada pengamatan hilal awal Ramadan 1446H per tanggal 28 Februari 2025 oleh tim pengamat Observatorium Bosscha gagal dan terpaksa harus menutup teleskop akibat cuaca hujan yang mengguyur langit Lembang. “Teleskop terpaksa kami posisikan dalam keadaan tertutup namun tetap stand by,” kata staf Divisi Pendidikan dan Penjangkauan Publik Observatorium Bosscha Yatny Yulianti kepada Tempo.

Defara Dhanya, Anwar Siswadi dan Zacharias Wuragil berkontribusi dalam artikel ini.

Pilihan Editor: Beda Penanganan Siswa Nakal di Jawa Barat dan Luar Negeri

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |