Pagoda Shwedagon di Myanmar dikunjungi lebih dari 2,5 juta turis dalam empat bulan sejak awal 2025
7 Mei 2025 | 10.17 WIB
PAGODA Shwedagon di Myanmar dikunjungi lebih dari 2,5 juta turis dalam empat bulan sejak awal 2025. Anggota Dewan Pengawas Pagoda Shwedagon U Boe Thin menjelaskan bahwa dari jumlah tersebut, 28 ribu di antaranya merupakan turis asing. "Dari Cina, Thailand, dan Vietnam dikutip dari laporan Antara, Senin, 5 Mei 2025.
Tentang Pagoda Shwedagon
Pagoda Shwedagon yang juga dijuluki sebagai Pagoda Emas berada di sebelah barat Danau Kandawgyi. Pagoda ini tingginya 99 meter. Pagoda ini terbagi menjadi empat sisi, yakni barat, timur, selatan, dan utara. Patung Buddha tertua berada di bagian barat dan yang termuda di utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pagoda Shwedagon merupakan tempat ibadah di Myanmar yang menyimpan relik Buddha tua yaitu tongkat Kakusandha, saringan air Konagamana, jubah Kassapa. Pagoda Shwedagon juga menjadi tempat beribadah bagi warga lokal. Sudah menjadi kebiasaan bagi umat Buddha di Myanmar untuk melakukan beribadah ke tempat ini, setidaknya sekali seumur hidup mereka.
Lokasi beribadah ditentukan berdasarkan hari lahir pengunjung. Setiap hari lahir memiliki simbol hewan tersendiri. Di Pagoda Shwedagon juga terdapat pameran yang menjadi tempat penyimpanan seni, sejarah, dan arsitektur Myanmar. Pameran ini menggambarkan biografi dan penghormatan kepada leluhur yang membangun pagoda tersebut. Pameran Pagoda Shwedagon terletak di panggung utama yang bisa dikunjungi wisatawan untuk menelusuri sejarah dan simbolisme Pagoda Shwedagon melalui foto-foto.
Dikutip dari Shwedagon Pagoda, pagoda ini juga termasuk salah satu tujuan wisata terkenal di Myanmar. Turis yang berkunjung ke Pagoda Shwedagon diwajibkan berpakaian sopan sepantasnya sesuai aturan yang berlaku di tempat wisata tersebut.
Pakaian dengan celana atau rok panjang atau setidaknya bawahan yang menutupi lutut, baju yang menutupi sebatas siku diperbolehkan. Pengunjung disarankan tidak memakai alas kaki saat memasuki Pagoda Shwedagon.
Intan Nuka turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini