Kronologi Acara Prambanan Bersholawat Menuai Polemik Hingga Ganti Nama

20 hours ago 11

TEMPO.CO, Jakarta - Acara Prambanan Bersholawat yang semula dijadwalkan digelar pada 10-11 Mei 2025 menuai polemik di media sosial hingga harus mengalami perubahan nama mendadak. Kegiatan yang diinisiasi oleh klub motor Pelopor CB itu direncanakan digelar di zona III kawasan Candi Prambanan, tepatnya sekitar 1,3 kilometer dari candi utama. Namun, rencana tersebut menuai sorotan publik di media sosial karena dianggap sensitif terhadap isu keagamaan.

Ketua Pelopor CB, Trawiten, mengakui bahwa penggunaan gambar Candi Prambanan sebagai latar dalam poster acara menjadi sumber utama kontroversi di media. “Kami mohon maaf karena poster acara ada latar belakang Candi Prambanan,” ucapnya saat memberikan keterangan di Pendopo Candi Sewu, Prambanan, Klaten, pada Selasa, 6 Mei 2025.

Kronologi Keruwetan Prambanan Bersholawat

Beberapa hari lalu, di media sosial X (dulu Twitter) ramai dibahas mengenai poster acara Prambanan Bersholawat yang menampilkan latar Candi Prambanan dengan sosok penceramah ternama Miftah Maulana atau yang lebih dikenal sebagai Gus Miftah dan hadroh santri Manjung pimpinan Abah Eko. “Selama ini Mindu kira Prambanan itu candi Hindu. Ternyata bukan, ya?” tulis akun @GlHindu dengan menandai akun X Kementerian Agama dan pengelola Candi Prambanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Unggahan tersebut lantas menuai berbagai reaksi warganet di media sosial. Salah satunya disampaikan oleh akun @Efa****. “Bayangkan kalau ada acara berikut ini: "Doa Rosario di depan Parkiran Masjid Agung Kabupaten/Kota [...]" Kalau Anda merasa ada yang aneh, itu juga yang dirasakan saudara kita umat Hindu ketika melihat poster ini,” tulis dia dalam kutipan unggahan tersebut.

Sejumlah warganet juga menyarankan agar acara keagamaan umat Islam tersebut digelar di tempat lain yang tidak menunjukkan rumah ibadah agama lain. “Islam itu melarang berkegiatan agama di tempat ibadah agama lain. Bahkan sebagian ulama ada yg mengharamkan masuk tempat ibadah agama lain. Masalahnya waktu muslim dakwah begini kan kalian cap radikal,” komentar @ima****.

Acara Prambanan Bersholawat yang memicu protes. Foto: X.

Kalo sudah jelas area candi Prambanan itu tempat ibadah umat Hindu. Umat lslam yg mau mengadakan acara pengajian sebaiknya tidak disitu. Masih banyak masjid dan tempat-tempat lain. Jangan egois karena mayoritas, kita saling menghormati sesama pemeluk agama yg berbeda keyakinan,” tulis @Ferd****.

Lokasi Dipindah

Menanggapi protes yang terus bergulir, panitia akhirnya memutuskan untuk memindahkan lokasi kegiatan. “Sudah ada kepastian, lokasi kami pindah, tetapi waktu penyelenggaraan tetap sama,” ujar Trawiten. Ia menegaskan bahwa rencana awal acara tersebut sebenarnya telah disusun secara matang bersama pihak pengelola candi serta perwakilan umat Hindu.

Lebih lanjut, Trawiten menjelaskan bahwa pemilihan latar Candi Prambanan semata-mata bertujuan untuk mengangkat ikon pariwisata setempat. Ia tidak menyangka ada polemik sejauh ini yang menyentil agama. Niatnya memang sekaligus untuk menambah kampanye pariwisata.

Ia menambahkan bahwa penyebutan “Prambanan” merujuk pada nama wilayah administratif di Klaten, Jawa Tengah, dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta—bukan pada kompleks candi itu sendiri. Sebagai respons atas kontroversi tersebut, panitia pun mengganti nama kegiatan menjadi Pelopor Bersholawat.

Acara tersebut juga masih akan dihadiri oleh penceramah ternama Gus Miftah. Menurut perwakilan manajemen Gus Miftah, Wahyu Laksono, kehadiran sang dai adalah bentuk undangan dari pihak panitia. “Bukan Gus Miftah yang mengadakan, tetapi beliau diundang untuk mengisi acara,” ujarnya.

Wahyu juga mengatakan bahwa pemindahan lokasi kegiatan merupakan saran langsung dari Gus Miftah. Jika lokasinya pindah, pengasuh pesantren Ora Aji itu menyatakan bakal tetap hadir dalam acara tersebut. 

Di sisi lain, Trawiten menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan ulang tahun komunitas motor Pelopor CB. “Enggak tahu kemudian terjadi seperti ini, mohon bantuan teman-teman untuk meluruskan semua kegiatan kami,” ungkapnya dengan nada menyesal.

Sementara itu, General Manager Candi Prambanan–Ratu Boko, Ratno Timur, menyatakan bahwa lapangan utara Candi Sewu yang semula menjadi lokasi acara memang kerap digunakan untuk kegiatan komunitas. Area tersebut memiliki luas sekitar 28 ribu meter persegi dan telah menjadi lokasi berbagai agenda serupa pada tahun-tahun sebelumnya. “Kegiatan ini sebenarnya akan tiga kali. Pada 2023 dan 2024 sudah pernah dengan kegiatan beragam,” ujarnya.

X dan M. Syaifullah berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |